Lenny Darmawang: Relawan Tzu Chi Makassar
Bersemangat Menjalankan Misi-misi Tzu Chi


Jalinan jodoh awal saya dengan Tzu Chi dipertemukan pada tahun 2009. Ketika itu saya diajak oleh Lily Ohmio relawan Tzu Chi Makassar, sekaligus menjadi donatur. Saya masih teringat pertama kali ikut kegiatan Tzu Chi ketika menjalankan misi amal dan megunjungi pasien yang di damping oleh relawan Tzu Chi. Awal kegiatan saya merasa canggung dan bingung mau bantu apa untuk si pasien, namun ketika beberapa kali mengikuti training dan pendampingan dari relawan senior kini sudah saya sudah bisa mendampingi pasien. Dalam berkegiatan Tzu Chi hampir semua kegiatan Tzu Chi terutama di kota Makassar saya ikut karena, kita (relawan Makasar) harus saling bersinergi dengan relawan lainnya.

Serangkaian pelatihan (training) dan kegiatan Tzu Chi saya ikuti, di tahun 2011 saya berkesempatan mengikuti pelatihan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di Tzu Chi Taiwan. Ketika itu pula saya berkesempatan bertemu Master Cheng Yen untuk kali pertamanya. Saat itu saya ingin menangis melihat Master Cheng Yen, dalam hati saya berbicara beliau itu badannya kecil tapi bisa menyelesaikan masalah-masalah di dunia.

Banyak sekali ilmu yang Saya dapat dari ajaran Master Cheng Yen tentang kehidupan. Dari hal yang kecil sampai hal yang besar. Selama bergabung di Tzu Chi, saya banyak berlatih mengoreksi diri saya, keseharian saya, dan cara saya bertutur kata. Saya juga melatih diri saya agar selalu lemah lembut kepada orang lain. Jika saya selalu keras kepada orang maka, saya tidak mendapat apa-apa, justru orang itu pasti membenci saya.

Sebelum bertekad menjadi murid Master Cheng Yen saya akui saya memiliki tabiat yang kurang baik. Saya sangat pemarah dan mudah emosi. Namun seiring waktu saya menjalani arahan Master Cheng Yen dengan banyak membaca kata-kata perenungan dan ceramah Master Cheng Yen kebiasaan buruk itu mulai terkikis. Seiring waktu berjalan bersama Tzu Chi saya menyadari jika kita emosi dan marah itu seperti marah kepada diri sendiri.

Kini sudah tujuh tahun saya bersama di barisan relawan Tzu Chi, di tahun 2016 saya dipercaya menjadi relawan komite oleh Master Cheng Yen bersama 5 orang relawan dari Tzu Chi Makassar. Hal yang menggembirakan hati saya, keluarga saya sangat mendukung saya menjalankan misi kemanusiaan Bersama Tzu Chi. Shi xiong (suami) saya justru mendukung saya dengan membantu mencarikan donatur untuk Tzu Chi. Di beberapa paruh waktu saya mengajak anak saya ikut berkegiatan Tzu Chi seperti, membantu di baksos amal dan kesehatan.

Saya bersyukur diberi rasa bersemangat ketika menjalankan misi-misi Tzu Chi. Rasa syukur ini saya harapkan juga terjadi pada relawan-relawan Tzu Chi di kota Makassar. Saya merasa kasihan dan haru kepada Master Cheng Yen hingga di usia 80 lebih masih semangat mencari solusi untuk masalah-masalah kemanusiaan dan alam di seluruh dunia. Kita harus mencontoh Master Cheng Yen sekaligus menjadi perpanjangan tangan beliau.

Pengalaman yang sangat berkesan bagi saya ketika salah satu gan en hu (penerima bantuan Tzu Chi) yang saya dampingi mau menjadi donatur juga. Walaupun kehidupan para gan en hu kurang beruntung, tapi kita bisa melihat niat baik mereka yang juga ingin membantu sesama. Dari situ saya banyak belajar bahwa masih banyak orang yang ingin berbuat baik apapun jika hatinya sudah terbuka.

Saya mengajak para gan en hu untuk saling bertemu dan saling berbagi pengalaman yang baik. Mereka bisa saling berbagi dan berbuat kebajikan. Karena Setetes air yang dapat membentuk sebuah sungai, butiran beras dapat memenuhi satu lumbung. Inilah kumpulan kebajikan, walaupun sedikit jika dilakukan terus menerus akan menjadi banyak. Dan kebajikan yang kita kerjakan, sekecil apapun saya berharap orang lain bisa melihat dan mengikuti.

Seperti dituturkan kepada: Arimami Suryo A.

Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -