Relawan Tzu Chi Jakarta: drg. Delidanti
Terus Menggenggam Kesempatan


Tahun 2002 saya diajak teman sejawat untuk mengikuti bakti sosial kesehatan umum dan gigi yang diselenggarakan Tzu Chi di Rumah Sakit Sentra Medika. Di baksos ini saya melihat suasana baksos begitu rapi dan teratur, dan relawannya juga sangat perhatian. Sejak itulah saya ingin tahu Tzu Chi dan tertarik untuk mengikuti kegiatan sosialnya. Hingga akhirnya saya berjodoh dengan Rumah Sakit Cinta Kasih (RSCK) Cengkareng, Jakarta Barat yang saat itu sedang dibangun.

Awal saya bergabung di RSCK (dulu Poliklinik) Tzu Chi tahun 2003 sebagai part timer saja seminggu dua kali. Dua tahun kemudian saya dipercaya menjadi karyawan tetap RSCK, dan saat itu saya harus meninggalkan praktik saya di tempat lain.

Belasan tahun menjadi bagian dari Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi, saya merasa memiliki jodoh baik. Di RSCK Tzu Chi banyak kesempatan baik untuk bersumbangsih membantu sesama yang membutuhkan. Tidak hanya bekerja mencari uang, tetapi juga bisa bekerja sambil beramal. Dan yang lebih bersyukur lagi, saya bisa melatih diri.

Kegiatan kemanusiaan yang diadakan Tzu Chi tidak hanya sebatas profesi saya sebagai dokter di misi kesehatan sebagai anggota Tzu Chi International Medical Assosiation (TIMA) Indonesia, tetapi saya turut bersumbangsih bersama relawan Tzu Chi di komunitas. Saya bergabung menjadi relawan komunitas Tzu Chi He Qi (wilayah) Barat. Dengan menjadi relawan komunitas tidak hanya baksos kesehatan gigi saja, namun juga kegiatan-kegiatan kemanusiaan lainnya, seperti kunjungan kasih ke panti asuhan, kegiatan pemilahan barang-barang daur ulang, belajar bahasa isyarat tangan, dan Misi-misi Tzu Chi lainnya.

Tahun 2018 lalu, saya dilantik menjadi Relawan Komite. Ketika dilantik saya merasa seperti baru lagi. Dilantik menjadi komite itu langkah awal untuk komit, jadi baru merasa benar-benar jadi keluarga Tzu Chi, merasa benar-benar sudah memiliki janji-janji lebih dan lebih bertekad. Komitmen yang saya bangun tentu untuk pelatihan diri saya sendiri, namun juga saya terapkan untuk rumah sakit. Karena memang saya juga merupakan bagian dari rumah sakit dan memiliki tanggung jawab untuk turut andil membesarkannya.

Menjadi komite menuntun saya menjadi seorang vegetaris dan juga lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan. Sekarang saya mulai menjalankan penghematan dalam bentuk apapun dan belajar memilah barang-barang yang bisa didaur ulang. Jika dulu saya tipe orang yang cuek, makan pakai sumpit kayu atau plastik nyaman-nyaman saja, tapi sekarang saya selalu membawa dan menggunakan alat makan sendiri.

Ini juga berkat Master Cheng Yen yang terus mengingatkan kita agar selalu mencintai bumi. Dalam Ceramah Master Cheng Yen setiap pagi di rumah sakit, saya merasa diingatkan Master agar terus berjalan di jalan Bodhisatwa, artinya tidak melenceng kemana-mana.

Tidak hanya Ceramah Master Cheng Yen saja yang menguatkan tekad saya berada di barisan Tzu Chi, namun juga Kata Perenungan beliau yang berbunyi, “Di dunia ini tiada hal yang tidak mampu kita lakukan, yang ditakutkan adalah jika kita tidak mau melakukannya.” Ini menjadi pedoman saya dalam melakukan pekerjaan apapun. Tak terkecuali ketika saya dan tim menyiapkan akreditasi Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi yang memakan waktu tiga tahun.

Kini setelah dilantik menjadi Komite Tzu Chi, saya harus terus menggenggam kesempatan dengan sebaik-baiknya. Master Cheng Yen selalu mengatakan bahwa sudah tidak ada waktu lagi, maka saya pun harus memanfaatkan setiap waktu. Utamanya untuk terus melakukan kebajikan. Saya memiliki tekad ke depan menjalankan visi  dan Misi Tzu Chi dengan berpegang pada Tekad Guru Hati Buddha.

 

Seperti dituturkan kepada Yuliati

Editor: Anand Yahya, Hadi Pranoto

Menggunakan kekerasan hanya akan membesarkan masalah. Hati yang tenang dan sikap yang ramah baru benar-benar dapat menyelesaikan masalah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -