Relawan Tzu Chi Tebing Tinggi: Wardi
Memaknai Kehidupan yang Sesungguhnya


Saya sudah mengenal Tzu Chi sebelum ada kantor Tzu Chi di Kota Tebing Tinggi. Saat itu hanya ada seorang sukarelawan Tzu Chi, Pinnie Johan Shijie yang giat menggalang dana amal untuk Tzu Chi sejak tahun 2006. Pinnie Johan Shijie juga sempat mengajak saya untuk ikut dalam kegiatan baksos pembagian beras, namun saya belum bisa ikut saat itu.

Jalinan jodoh saya dengan Tzu Chi pun bersemi di awal tahun 2009. Saya mulai tertarik dengan Tzu Chi setelah menonton drama kisah nyata di Da Ai TV. Dari televisi cinta kasih ini pula saya mulai mengenal sosok Master Cheng Yen melalui ceramah-ceramahnya. Kewelasasihan dan kebijaksanaan Master Cheng Yen membuat saya tersentuh. Sejak itulah timbul sebersit niat untuk menggagas pendirian kantor Tzu Chi di Kota Tebing Tinggi agar bisa menolong banyak orang. Saya pun berdiskusi dengan Pinnie Johan Shijie dan Rusli Shixiong untuk merealisasikan niat ini. Lalu bagaimana caranya? Terus terang saya bingung saat itu terlebih saya tidak begitu memahami Tzu Chi. Meski begitu ada saja jalan untuk niat baik ini, Pinnie Shijie yang sudah mengenal relawan Tzu Chi Medan segera menjalin komunikasi. Niat baik kami pun diterima dengan antusias dan sukacita.

Mendapatkan dukungan dari relawan Tzu Chi Medan untuk mendirikan Tzu Chi di Kota Tebing Tinggi membuat saya lega namun masih ada kerisauan dalam diri. Saya merasa bagaikan berjalan di lorong yang gelap, bagaimana saya bisa menjelaskan Tzu Chi kepada sahabat dan kolega saya, sementara saya sendiri tidak terlalu memahami Tzu Chi. Lantas saya hanya minta kepada mereka untuk menonton Da Ai TV jika ingin mengenal Tzu Chi. Hampir setiap hari lebih kurang selama dua bulan saya mengunjungi kolega untuk berdiskusi meminta pendapat dan dukungan mereka dalam mendirikan Tzu Chi.

Akhirnya pada tanggal 28 Februari 2009, kami mengadakan Tea Gathering yang dibantu relawan Tzu Chi Medan di Gedung Tio Heng Wan dengan mengundang masyarakat Kota Tebing Tinggi. Tak disangka masyarakat sangat antusias, lebih kurang 350 orang hadir untuk mengenal Tzu Chi. Dari hasil kegiatan Tea Gathering ini, terkumpullah 30 orang relawan yang siap mengikuti pelatihan Relawan Abu Putih. Maka pada April 2009 dibentuklah Xie Li Tebing Tinggi dan saya dipercaya memegang tanggung jawab sebagai ketua.

Seiring berjalannya waktu pada Maret 2011 Tzu Chi Tebing Tinggi menjadi Hu Ai, dan saya menjadi Wakil Hu Ai. Meningkatnya menjadi Hu Ai tentu kegiatan yang diadakan pun semakin bertambah dan jangkauannya semakin meluas. Salah satunya kami dipercaya untuk membina Tzu Chi Pematang Siantar dan Kisaran. Hal ini membuat saya lebih banyak lagi menyumbangkan waktu dan pikiran. Hampir seluruh waktu saya curahkan untuk Tzu Chi. Keluarga pun sangat mendukung, mereka juga aktif berkegiatan di Tzu Chi. Saya merasa bersyukur memiliki keluarga yang sangat pengertian.

Lima tahun kemudian, saya dilantik menjadi Relawan Komite Tzu Chi dan kembali diberi tanggung jawab menjadi Ketua Hu Ai Tebing Tinggi. Namun mengingat usia saya yang kian bertambah, saya merasa perlu ada kaderisasi. Maka pada tahun 2018 ini tanggung jawab sebagai Ketua Hu Ai saya serahkan kepada Rusli Shixiong. Sementara saya tetap membantu sebagai wakilnya.

Bertahun-tahun bersama Tzu Chi saya telah belajar banyak hal. Dulu saya mengira Tzu Chi hanya menjalankan misi amal saja, menolong masyarakat yang tidak mampu. Namun begitu saya mengenal lebih dalam Tzu Chi, justru berada di Tzu Chi saya memiliki kesempatan untuk melatih diri menumbuhkan kebijaksanaan dengan mendalami Ajaran Jing Si dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Di Tzu Chi saya mengikuti berbagai kegiatan seperti bedah buku dan Xun Fa Xiang (menghirup harumnya Dharma di pagi hari). Dari kegiatan ini saya menyadari bahwa terdapat mustika berharga di Tzu Chi, yakni ajaran kebenaran agar bisa menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Master Cheng Yen selalu berkata, “Menciptakan berkah dan menumbuhkan kebijaksaan harus seiring sejalan, agar kita tidak tersesat dan bisa mencapai tujuan.” Artinya pelatihan diri sebenarnya bukan hanya berbuat saja, tapi juga harus belajar (bekerja sambil belajar, belajar sambil bekerja). Dengan begitu kita bisa merasakan sukacita dalam Dharma.

Master Cheng Yen benar-benar menjadi guru panutan bagi saya. Beliau begitu memperhatikan semua makhluk bagai anak kandung sendiri tanpa membeda-bedakan. Kata-kata perenungan Master Cheng Yen bagaikan obat yang bisa mengobati kerisauan dan bisa membangkitkan semangat. Saya berharap bisa menjalin jodoh Dharma dengan Master dari kehidupan ke kehidupan.

 

Seperti dituturkan kepada Elin Juwita (Tzu Chi Tebing Tinggi)

 

Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -