A Happy Family Day

Jurnalis : Yunita Margaret, Erli Tan (He Qi Utara), Fotografer : Aris Widjaja, Elysa Wu, Johnsen Wijaya, Linawati, Teksan Luis (He Qi Utara)

Melalui pementasan Sutra Bakti Seorang Anak, setiap orang diharapkan dapat mengingat kembali budi luhur orangtua dan hendaknya menyadari kesalahan agar segera berbakti pada orangtua selagi ada kesempatan.

Minggu 14 Desember 2014 relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara mengadakan perayaan Hari Ibu dengan tema “A Happy Family Day” dengan moto Mengembalikan rasa hangat sebuah keluarga dan membangkitkan rasa bakti dari dalam hati. Acara diselenggarakan di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk Jakarta yang dihadiri sekitar 636 peserta baik dari masyarakat umum maupun relawan Tzu Chi beserta keluarganya. Sejak pukul 08.00 WIB mulai dilakukan pendaftaran ulang. Setelah registrasi para peserta dapat foto bersama di photo booth lalu memasuki exhibition hall dan ruang pameran. Di ruang pameran para peserta dapat melihat foto-foto perayaan hari ibu dan hari ayah pada tahun-tahun sebelumnya. Selain foto juga tersedia postcard kata perenungan Master Cheng Yen dan audiobook berisi rekaman suara relawan yang membacakan Dharma Master Cheng Yen.

Pukul 08.30 WIB acara dimulai dengan games sederhana bersama keluarga. Salah satu permainan seperti membuat sandwich dengan mata tertutup dan permainan memindahkan bola membuat keluarga menjadi lebih akrab karena dibutuhkan kekompakan. Setelah cukup seru bermain, peserta diajak mengikuti acara utama di ruang Guo Yi Ting, Aula Jing Si lantai 3. Suasana yang ceria perlahan-lahan berubah menjadi mengharukan. Acara diawali dengan peragaan isyarat tangan tentang keluarga berjudul Tian Mi De Jia, tentang bakti lukisan anak kambing berlutut dan tentang ibu Mu Qin De Shou. Lalu menonton drama pementasan Sutra Bakti Seorang Anak yang diperankan relawan. Dalam drama ini diceritakan tentang sepuluh budi luhur orangtua dan kesalahan anak. Beberapa orang tampak menitikkan air mata. Setelah menonton drama, para peserta kemudian melakukan prosesi membasuh kaki orangtua, memegang tangan, memberi bunga kemudian memeluk orang tua. Suasana haru semakin terasa, setiap anak diingatkan kembali akan kasih sayang orang tua. Tidak peduli bagaimana kondisi anak, orangtua akan selalu menyayangi anaknya. Anak yang masih memiliki orangtua sangat beruntung maka harus segera menggenggam kesempatan untuk berbakti. 

Setiap pemeran drama telah memberikan penampilan yang terbaik dan membuat terharu penonton, seperti kata perenungan Master Cheng Yen, ‘Kesungguhan hati adalah profesional’.

Selesai prosesi para peserta disuguhkan ceramah Master Cheng Yen. Master menjelaskan bahwa rasa khawatir orang tua terhadap anak tidak terukur waktu, orangtua selalu mengkhawatirkan anaknya. Anak harus dapat memahami hati orangtua. Tidak cukup hanya memberikan materi, memberi ketenangan di hati orangtua adalah wujud bakti yang tertinggi. Kemudian para peserta bernyanyi bersama lagu Shi Shang Zhi You Mama Hao dan lagu Bunda. Acara ditutup dengan makan siang bersama.

Martha Khosyahri Shijie dan Elvy Kurniawan Shijie selaku koordinator acara ini pun mengungkapkan rasa syukurnya,“Pada kegiatan ini saya banyak belajar bagaimana bekerja sama antar relawan. Selesai acara saya merasa lega dan berharap apa yang ingin disampaikan panitia dapat dipahami oleh para peserta”, ucap Martha Shijie. “Melalui acara ini diharapkan hubungan anak dan orangtua akan lebih dekat. Sesuai tema, kita ingin menampilkan kegembiraan bersama keluarga. Setiap orang merasa bahagia karena ada keluarga. Dari sisi panitia, saya juga merasa senang melihat relawan yang bersemangat menyusun berbagai acara. Ini adalah keluarga Tzu Chi yang harmonis”, terang Elvy Shijie sambil tersenyum bahagia.

Suasana haru semakin terasa ketika setiap anak melakukan prosesi membasuh kaki orangtua sebagai wujud cinta kasih dan berbakti selagi masih ada kesempatan.

Hari Keluarga yang Bahagia

Bicara mengenai keluarga, Addo Shixiong salah satu panitia drama sangat tersentuh, apa yang dicapainya saat ini adalah berkat bimbingan orang tua. “Awalnya ketika diminta menjadi salah satu PIC sutradara drama saya sempat ragu tapi mama selalu memberi semangat. Hari ini walau saya tidak dapat mengikuti prosesi karena bertugas tapi saat melihat adik saya membasuh kaki dan memegang tangan mama, saya ikut menangis terharu. Saya baru menyadari selama ini belum pernah menggenggam tangan mama papa yang telah bekerja keras demi saya. Ke depannya saya harus lebih menghargai orangtua”, ucapnya.

Selain menjadi salah satu PIC Babak, Addo Shixiong (pakaian rompi) juga turut berperan sebagai orangtua dalam pementasan Sutra Bakti Seorang Anak bagian “Kesalahan Anak”.

Berbeda dengan Addo, Canny gadis 15 tahun berkesempatan membasuh kaki mamanya. Ia adalah putri tunggal dari Leebie (46) dan Jusdi (47). Mereka adalah keluarga yang harmonis, kompak melakukan apapun selalu bersama. Setiap harinya mereka selalu meluangkan waktu mengobrol dengan tujuan mempererat hubungan antar anggota keluarga. Bagi Canny, keberadaan keluarga sangat penting artinya. Kadang-kadang bila teman ajak keluar, Canny akan berpikir dulu apakah penting, kalau tidak begitu penting maka ia akan memilih menghabiskan waktu bersama kedua orang tuanya saja. Dan ia sangat suka menjalani kebersamaan itu. Meski begitu, kedua orang tuanya terutama papa termasuk orang yang cukup temperamen. Seringkali bila Canny dan papa sedang berselisih paham, mereka akan saling diam dan tidak bicara. “perang dingin” itu biasanya berlangsung berhari-hari. Sehari sebelum menghadiri acara Family Day ini, Canny dan papa kembali berselisih paham. Papa marah karena menganggap Canny telah melakukan sebuah kesalahan. Karena cinta kasih yang besar jugalah menimbulkan kekuatiran dalam diri papa akan keselamatan diri Canny, sehingga papa marah. Padahal Canny tidak melakukan kesalahan tersebut. Karena sudah terbiasa menghadapi kondisi demikian, Canny akhirnya memilih diam, tidak mau berdebat lebih lanjut dengan papa.

 Saat mengikuti prosesi basuh kaki, kebetulan ia memilih dengan mama. “Karena dulu pernah ikut acara seperti ini, dan waktu itu sama papa, jadi gantian, kali ini sama mama,” ujarnya. Setelah menjalani prosesi mengelap kaki mama, memberi mama setangkai bunga carnation merah, Canny pun memeluk dan menangis dalam haru bersama mama. Canny juga diminta seorang relawan untuk memeluk papa, Canny yang sudah terbawa haru pun tidak memikirkan lagi pertengkaran sehari sebelumnya. Ia langsung memeluk papa. Walaupun tanpa kata, tapi batin yang sejiwa telah mengungkapkannya. Ucapan maaf tidak perlu diutarakan, hanya diam, tangis, dan peluk, kesalahpahaman pun sirna seketika dan yang tersisa hanyalah cinta kasih. Peluk tangis dalam diam itu telah menyimbolkan bahwa mereka telah berbaikan. Pertama kalinya ia berbaikan dengan papa dalam waktu yang singkat, “Iya, cepat, biasanya bisa seminggu baru baikan,” ungkapnya tersenyum bahagia. Bagi Canny, hari itu benar-benar adalah sebuah hari keluarga yang bahagia, A Happy Family Day, kehangatan keluarga telah kembali, rasa bakti kian kuat terpatri dalam diri, dan cinta kasih itu takkan pernah berubah.

Canny  sempat berselisih paham dengan papanya sehari sebelumnya, berbaikan ketika memeluk orangtuanya dan menangis dalam haru bersama-sama.


Artikel Terkait

Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -