Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-105 : Tempat untuk Bersandar

Jurnalis : Teddy Lianto, Meity (Tzu Chi Palembang), Fotografer : Teddy Lianto, Hendra Gunawan (Tzu Chi Palembang), Meity (Tzu Chi Palembang), Laurentcia (Tzu Chi Palembang)

Memasuki hari ke-2 Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-105 di Kota Palembang, sebanyak 89 pasien sudah berkumpul untuk menjalani operasi katarak.

Memasuki hari ke-2 Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-105 di Kota Palembang, warga yang berdatangan sudah meramaikan pelataran Gedung Hesti Wirasakti, Kesdam II Sriwijaya, tempat dilaksanakannya baksos. Mereka mulai mendaftarkan diri untuk menjalani operasi. Sebanyak 89 pasien berkumpul pagi itu menunggu untuk mendapatkan pengobatan atas penyakit katarak atau pterygium yang mereka alami. Kegiatan kali itu dapat berjalan dengan lancar berkat adanya kerjasama yang baik dan harmonis dari banyak pihak. Sebanyak 15 orang tim medis yang terdiri dari 6 dokter spesialis mata, 6 orang perawat, 2 orang apoteker, dan seorang elektromedik, serta relawan Tzu Chi turut menyukseskan kegiatan kali ini.

Baksos kesehatan yang bekerjasama dengan Kodam II Sriwijaya ini dimulai pada pukul 07.00 WIB. Pada hari kedua, kegiatan disertai dengan seremoni pembukaan acara baksos di Aula Kesdam II Sriwijaya, Ruang Hesti Wira Bakti. Selain relawan Tzu Chi, hadir pula Wakil kepala Kesehatan Daerah Militer (Wakakesdam) II Sriwijaya, Kol Ckm dr. Deddy Firmansyah SPOT, dan Panglima Kodam (Pangdam) II Sriwijaya, Mayjen Iskandar M. Sahil, SE dalam pembukaan tersebut.

Dalam kunjungannya, Iskandar M. Sahil menghampiri ruangan operasi baksos kesehatan dan melihat para relawan medis Tzu Chi (TIMA) mengoperasi pasien penderita katarak. Setelah berkeliling dan berinteraksi dengan para pasien, Pangdam II Sriwijaya ini mengapresiasi apa yang dilakukan Tzu Chi di Palembang. “Kita berharap ini bisa berjalan terus. Tidak hanya di satu tempat, tapi lebih luas lagi. Dengan dibantu oleh teman kita dari  Tzu Chi, kita akan mengurangi jumlah penderita katarak di Kota Palembang,” ujar Iskandar di tengah interaksinya dengan pasien yang telah menjalani operasi. “Jadi kasih tahu teman-teman yang belum datang Insya Allah nanti akan ada pengobatan lanjutan. Selamat berobat, Insya Allah lancar,” tambahnya.

Mengobati Penyakit

Tim medis Tzu Chi tak hanya mengobati penyakit pasien, namun juga menenangkan batin mereka. Mereka bersumbangsih dengan kesungguhan dan cinta kasih. Hal ini membuat warga setempat merasa dikasihi dan memiliki tempat bersandar. Seperti yang dialami oleh Darmadi, salah seorang warga yang ikut dalam baksos.

Darmadi adalah seorang penarik becak. Ia sudah menjalani pekerjaannya itu sejak tahun 1990-an hingga sekarang. Darmadi memiliki fisik yang tinggi dan tegap layaknya tentara, hasil dari tempaan hidup yang keras. Tetapi fisik kuat yang tidak didukung dengan panca indra yang sempurna tentunya mengganggu aktivitas hariannya. Hal itu terjadi saat mata kiri terkena katarak. Ia mulai khawatir dan cemas setiap membawa penumpang. Meskipun perasaan takut atau cemas terus menghantuinya, ia tetap teguh menarik becak setiap hari dari pukul 8 pagi hingga 9 malam walaupun hasil yang ia terima tidak sepadan. Hanya Rp 30.000 perhari. “Ya mau apalagi cuma itu (menarik becak) sumber mata pencaharian saya,” ucapnya pasrah.

Panglima Kodam (Pangdam) II Sriwijaya, Mayjen Iskandar M. Sahil, SE. yang  turut hadir dalam seremoni pembukaan acara baksos kesehatan Tzu Chi ke-105 ini mengapresiasi apa yang telah dilakukan relawan Tzu Chi dan tim medis Tzu Chi.

Darmadi, yang bekerja sebagai penarik becak merasa senang kini ia telah dapat sembuh dari katarak pada mata kirinya.

Kini ia hanya mengandalkan mata kanannya untuk melihat saat mata kirinya sudah tidak dapat menangkap cahaya alias gelap. Kadang ia pun susah untuk melihat lubang atau gundukan batu ketika membawa penumpang. Akibatnya, penumpang yang ia bawa mengalami luka. Kekhawatiran kembali timbul saat ia memikirkan bagaimana jika ia tidak dapat mencari nafkah lagi. Bagaimana dengan ketiga anaknya yang masih kecil.

Beruntung ketika sedang menarik becak, ia tidak sengaja membaca sepotong iklan di surat kabar setempat mengenai baksos Tzu Chi. Darmadi pun langsung mengambil kesempatan itu dengan mendaftarkan dirinya dalam baksos. Setelah menjalani proses screening pada 14 Maret 2015 lalu, Pagi itu, Sabtu, 21 Maret 2015 Darmadi ditemani oleh istrinya, Yuliana, mengikuti operasi Katarak. “Rasanya deg-deg an. Soalnya belum pernah operasi sama sekali sebelumnya,” tutur pria berusia 48 tahun ini. Yuliana pun mencoba menenangkan Darmadi dengan mengajaknya berbicara dan setia berada di samping Darmadi menjalani proses tensi, inform consent, dan seterusnya.

Setengah jam kemudian setelah menjalani operasi, Darmadi pun keluar dari ruang operasi dengan ditemani oleh relawan. “Rasanya dingin, nggak ada rasa sakitnya,” ujar Darmadi sembari bersandar di kursi plastik untuk menenangkan diri setelah menjalani operasi. Ia pun melanjutkan jika dirinya dijadwalkan untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut (post-op) pada Minggu, 22 Maret 2015. “Besok balik lagi buat periksa, semoga besok sudah lebih terang,” ujar Pria yang kerap mangkal di Pasaraya JM, jalan Letkol Iskandar.

Ditemui pada Minggu, 22 Maret 2015, wajah Darmadi terlihat riang. Ketika perawat mata membuka penutup mata dan memeriksanya, ia pun langsung tersenyum. Pasalnya ia sudah merasa “terang”. Mata kirinya sudah bisa menangkap bentuk gambar. “Sudah terang. Saya bisa lihat bapak itu,” ucapnya pasti ketika ditanya apa yang ada di hadapannya sekarang. “Terima kasih ya Tzu Chi, sekarang sudah terang dan kata dokter pasti bisa lebih terang lagi. Bertahap katanya,” ujar Darmadi senang, tidak menyangka ia dapat mengobati penyakit katarak yang telah menderanya selama beberapa tahun terakhir.

Kepedulian Relawan Tzu Chi

Di setiap kegiatan baksos yang diadakan oleh Tzu Chi selalu ada kenangan manis yang dirasakan oleh para pasien yang datang untuk berobat. Semua ini tak lepas dari peran serta relawan Tzu Chi yang selalu menebarkan cinta kasihnya bagi masyarakat yang membutuhkan pertolongan. “Relawannya ramah-ramah,” ujar Selvi, seorang mahasiswi di perguruan tinggi di Kota Palembang yang datang berobat hari itu. Gadis yang baru berusia 22 tahun ini divonis menderita katarak pada awal Januari 2015 ini. Hal ini terjadi akibat benturan keras pada kepalanya beberapa bulan silam.

Pada awalnya ia hanya merasa nyeri di matanya, selain nyeri lambat laun mulai sering gatal, sakit, dan pelan-pelan pengelihatannya mulai menghilang. “Saya sudah 6 kali tes kesehatan ke dokter dan dokter bilang bahwa saya positif katarak,” cerita Selvi. Akibat katarak ini, Selvi yang masih aktif di kampus ini tidak dapat menyerap ilmu yang diajarkan dalam setiap pertemuannya. “Karena pada saat melihat tulisan, biasanya kita fokus dengan kedua mata tetapi ini hanya satu mata,” jelas Selvi.

Darmadi ketika menjalani post-op pada Minggu, 22 Maret 2015.

Selvi (berkaca mata), mahasiswi dari perguruan tinggi di Kota Palembang merasa sangat haru melihat perhatian relawan Tzu Chi selama dirinya menjalani baksos katarak.

Kemudian berkat informasi yang didapatnya dari majalah dinding (mading) di wihara tempat ia melakukan kebaktian, ia pun langsung mendaftarkan dirinya. “Saya berharap mata sebelah kanan saya dapat melihat kembali dengan normal,” harap Selvi yang bercita-cita menjadi relawan Tzu Chi setelah sembuh nanti. “Harapannya setelah saya sembuh, saya ingin menjadi relawan Tzu Chi karena menurut saya Tzu Chi mempunyai kepedulian sosial yang tinggi,” tambahnya.

Melihat sepak terjang Tzu Chi dalam baksos tersebut membuka wawasan Selvi. Ia melihat ternyata Tzu Chi adalah organisasi sosial dengan anggotanya berbeda suku, ras, dan agama tetapi bisa hidup harmonis dan berdampingan. “Awalnya saya berpikir bahwa agama Buddha tidak bisa berbaur dengan agama lain dan sebaliknya agama lain juga tidak dapat berbaur. Ternyata saya salah, di sini saya melihat semua agama berbaur menjadi satu dari agama Islam, Buddha dan Kristen tanpa membeda-bedakan ras dan suku,” ucapnya.

Adapun kesan yang ia miliki ialah hal ini sangat baik untuk muda-mudi di Palembang dalam membina diri. “Daripada jalan-jalan (bersenang-senang) lebih baik kita aktif bersama Tzu Chi untuk menanam karma baik,” ucap Selvi.

Memberikan Cahaya

Tidak hanya Darmadi dan Selvi. Amirul, salah seorang warga yang sudah 2 kali berjodoh mengikuti bakti sosial kesehatan Tzu Chi mengatakan jika baksos seperti ini sangat membantu bagi kaum kurang mampu. Kali ini ia akan melakukan operasi untuk mata kanannya. “Saya sangat bersyukur kepada Yayasan Buddha Tzu Chi telah mengadakan operasi ini karena sangat membantu meringkan beban saya,” ujar ayah 5 anak ini.

Amirul, telah dua kali berjodoh dengan Tzu Chi untuk melakukan operasi katarak pada kedua matanya.

Dengan pulihnya kedua penglihatannya pria berusia 51 tahun ini, ia tidak perlu lagi takut untuk keluar rumah di malam hari. “Pada malam hari agak sulit untuk membedakan cahaya lampu motor dan lampu mobil sehingga membuat saya takut untuk keluar dan jika mau mengerjakan perkerjaan terkadang ragu, apakah benar atau tidak,” terang Amirul yang merasa mendapatkan sebuah cahaya bagi penglihatannya.

Dapat sembuh dari katarak pada dua matanya merupakan hal yang membahagiakan baginya. Kini ia tidak hanya dapat melihat hasil pekerjaannnya dengan baik tetapi juga wajah istri dan putra-putranya.

Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-105 : Tempat untuk Bersandar

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-105 : Tempat untuk Bersandar

26 Maret 2015
Tim medis Tzu Chi dalam setiap baksos tidak hanya mengobati penyakit pasien, namun juga menenangkan batin mereka. Mereka bersumbangsih dengan kesungguhan dan cinta kasih. Hal ini membuat warga setempat merasa dikasihi dan memiliki tempat bersandar.
Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -