Baksos Papua: Doa Seorang Ibu

Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Dimin (He Qi Barat), Hadi Pranoto, Juliana Santy
 
 

foto Yakoba mendampingi anaknya, Ona (tengah) saat akan melakukan operasi bibir sumbing di RSUD Manokwari, Papua Barat.

Pada tanggal 29 Juli 1998, di sebuah pondok rumah kayu, Yakoba menanti kelahiran bayi di dalam kandungannya. Dibantu oleh ibunya, ia pun melahirkan di dalam rumah. Beberapa lama berjuang untuk melahirkan akhirnya bayi itu pun keluar dengan posisi tertelungkup. Kesenangan telah terpancar di kedua wajah tersebut, tetapi saat membalikkan badan bayi tersebut keduanya terperanjak kaget melihat buah hatinya yang keempat memiliki kelainan pada bibir mungilnya. Tapi Yakoba tetap bersyukur dan berkata, “Itu dari Tuhan yang kasih, jadi biar bagaimana kita harus rawat dia baik-baik.”

 

Buah hatinya yang keempat dari delapan bersaudara itu, ia namakan Ona Yulianti Ullo. Karena kondisi ekonomi yang tak memadai, Yakoba tak membawa anaknya berobat untuk dioperasi, menyatukan bibir mungil putrinya yang sumbing. Meski begitu, Yakoba selalu berdoa dan ia yakin bahwa suatu saat, kapan pun itu, akan ada dokter yang datang mengobati Ona (menyatukan celah di antara bibir atas Ona).

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Yakoba dan suaminya Yohan Ullo menggantungkan hidup dari hasil berkebun dengan menjual pisang. Makanan sehari-hari keluarga mereka juga sudah terbiasa dengan hanya mengonsumsi pisang rebus yang dipetik dari kebun bersandingkan sayur-sayuran yang juga dicarinya dari kebun. Namun sayangnya kebun yang menjadi sumber mata pencaharian dan makanannya setiap hari tersebut tidak terawat dengan baik.  

Keyakinan Yakoba pun menimbulkan secercah harapan, Mantri Puskemas di daerahnya mendaftarkan Ona untuk mengikuti baksos pengobatan gratis yang diadakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di RSUD Manokwari pada tanggal 1 dan 2 Juni 2012. Sebelumnya Ona pun harus mengikuti pemeriksaan awal pada screening yang dilakukan pada tanggal 26 dan 27 Mei 2012.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan selalu memberikan perhatian kepada Ona, agar ia tidak merasa khawatir dan takut (kiri).
  • Nony Shijie melepaskan perban pada bibir Ona pada saat melakukan kunjungan kasih ke rumah keluarga Yakoba (kanan).

Dari sana pula ia pun berjumpa dengan relawan Tzu Chi. Keadaaan Ona dan semangat seorang ibu yang dimiliki Yakoba membuat relawan merasa simpati dan terus memberikan perhatian. Saat di rumah sakit, Yakoba merawat Ona dan dua anaknya yang lain. Keadaan tersebut membuat Yakoba cukup kesulitan karena ia harus menjaga ketiga anaknya (adik-adik Ona –red) dalam waktu bersamaan. Tanpa bekal yang cukup, pakaian dan makanan, mereka tetap bersabar menunggui Ona. Hal ini tak luput dari pantauan relawan, maka saat pembagian makanan, keluarga ini pun tak pernah luput memperoleh makanan sesuai dengan jumlah kebutuhan keluarga mereka. Bahkan relawan yang bersimpati dengan kondisi keluarga ini pun menyediakan baju ganti untuk Ona dan ketiga adiknya selama menunggu di rumah sakit.

Kesabaran dan perjuangan Yakoba terjawab sudah, pada tanggal 2 Juni 2012 Ona pun akhirnya berhasil dioperasi. Usai menjalani operasi, Yakoba pun kembali gembira karena buah hatinya akan dapat tersenyum dengan indah seperti anak-anak sebayanya.  Melihat keluarga tersebut bergembira, wajah bahagia pun terpancar dari para relawan.  Sejumlah relawan Jakarta pun berjanji akan menjenguk mereka pada keesokkan harinya.  Yakoba pun sangat gembira mendengar kabar tersebut, dan ia berkata akan melakukan doa bersama relawan.

Jodoh yang Berlanjut
Minggu, 3 Juni 2012, usai melakukan post op (pemeriksaan ulang pasca operasi) di RSUD Manokwari, relawan pun segera bersiap untuk berkunjung ke kediaman Yakoba dan Ona di Kampung Warkami yang berjarak tempuh sekitar 1 jam dari Kota Manokwari. Sebelumnya para relawan Jakarta ini telah berunding ingin membawakan barang-barang yang dapat berguna bagi kehidupan keluarga ini, dan akhirnya mereka membawakan bibit tanaman (jagung), beras, serta beberapa kebutuhan pangan  dan sandang lainnya.

Sepanjang jalan, relawan melewati indahnya pegunungan dan pemandangan Bumi Cendrawasih ini. Benar-benar jauh berbeda dari pemandangan sehari-hari para relawan di Jakarta. Jarak antara satu rumah ke rumah lainnya pun tidak dekat. Dan semakin ke masuk ke dalam, keadaan rumah-rumah penduduk terlihat semakin memprihatinkan.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan memberikan bantuan kepada keluarga Yakoba dan mereka bersama-sama melakukan isyarat tangan “Satu Keluarga” (kiri).
  •  Kunjungan ini membawa kegembiraan bagi keluarga Yakoba, mereka pun mendoakan para relawan dapat pulang dengan selamat dan berkumpul dengan bahagia bersama keluarga masing-masing (kanan).

Setibanya di depan rumah Ona, Yakoba dan beberapa anaknya pun langsung berlari keluar menyambut kami dengan wajah-wajah bahagia. Mereka telah menunggu kedatangan para relawan ini. Begitu pula dengan para relawan, mereka pun tak sabar untuk bertemu dengan Ona. Dalam kesempatan itu relawan Tzu Chi juga membersihkan dan melepas perban yang ada di bibir atas Ona. “Lihatlah, sekarang kamu jadi cantik kan…,” kata Nony Intan Shijie, relawan Tzu Chi. Tak ada jawaban dari mulut Ona, hanya senyum dan tawa bahagia yang menyelimuti Yakoba saat memperlihatkan cermin ke hadapan putrinya. “Ona masih sakit, sejak operasi sampai sekarang dia nggak pernah mau lepas dari saya,” terang Yakoba.

Usai memberi perhatian pada Ona, para relawan pun memberikan bantuan yang mereka bawa. Mereka meminta keluarga Yakoba memanfaatkan bantuan itu dengan sebaik-baiknya, seperti bibit tanaman. Relawan berharap Yakoba dan keluarga dapat menanam bibit tersebut di kebunnya sehingga kelak mereka dapat memiliki penghasilan sendiri yang lebih baik.

Pertemuan keluarga Yakoba ini merupakan suatu jodoh yang terjalin erat. Walaupun baru bertemu, namun semua tampak seperti satu keluarga. Perasaan itu juga yang dirasakan oleh seorang relawan, Nony Intan Shijie, “Saya merasa mereka harus dibantu, karena kalo kita menyelamatkan dia berarti kita juga menyelamatkan satu keluarga. Kita hari ini datang, kita pengen membantu dia bukan hanya sakitnya aja, tapi juga supaya mereka punya kehidupan sendiri. Kita hari ini datang membawa bibit tanaman supaya mereka bisa menghasilkan sesuatu untuk keluarga mereka, jadi tidak selalu mengharapkan bantuan orang lain,” ucapnya.

Apa yang terjadi hari itu memberi pesan pada kita semua, bahwa cinta kasih dan kekuatan sebuah doa dapat menjadi pengantar kebahagiaan bagi orang lain dan diri kita sendiri. Terlebih doa seorang ibu terhadap anaknya, yang tak pernah putus-putusnya berharap akan kesembuhan putrinya. Semua orang merasa bahagia saat itu: Yakoba, Ona dan keluarganya merasa bahagia karena memperoleh berkah yang selama ini mereka harapkan (operasi bibir sumbing), dan relawan pun berbahagia karena telah diberi kesempatan untuk berbuat kebajikan.

  
 

Artikel Terkait

Paket Lebaran 2019: Berbagi Paket Cinta Kasih di Bulan Ramadan

Paket Lebaran 2019: Berbagi Paket Cinta Kasih di Bulan Ramadan

23 Mei 2019

Momentum bulan Ramadan dimanfaatkan oleh insan Tzu Chi di komunitas Hu Ai Pluit Gan En untuk mempererat tali silaturahmi dan memberikan uluran cinta kasih bagi warga Penjaringan yang membutuhkan. Cuaca cerah berawan pada Minggu pagi, 19 Mei 2019 seakan menyambut 64 relawan yang hadir dengan semangat untuk siap bersumbangsih.

Berbuat untuk Kemanusiaan

Berbuat untuk Kemanusiaan

28 Desember 2010 Kegiatan sosial belajar-mengajar untuk anak-anak jalanan dan pemulung di bawah asuhan para suster Puteri Kasih yang dibantu oleh para relawan He Qi Timur yang berlangsung di Gang 24, di bawah jalan tol layang Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Staf Tzu Chi Gelar Doa Bersama untuk Wuhan

Staf Tzu Chi Gelar Doa Bersama untuk Wuhan

04 Februari 2020

Pagi ini, seluruh staf Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia memanjatkan doa bersama yang ditujukan bagi seluruh masyarakat yang terdampak virus corona. Semoga kekuatan ketulusan, keyakinan, dan niat baik dari semua orang bisa memancarkan energi positif khususnya bagi orang-orang yang terdampak penyakit tersebut.

Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -