Baksos Tzu Chi ke 119: Melihat Lebih Jelas, Hati Lebih Bersyukur

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Anand Yahya

doc tzu chi

Bakti sosial Tzu Chi ke-119 di Cikarang, Kabupaten Bekasi berlangsung lancar. Di hari pertama ini baksos diikuti oleh 77 pasien mata.

Hari masih begitu gelap, namun Kuntia Diwarman (55) sudah bergegas menuju Rumah Sakit Sentra Medika Cikarang. Ia ditemani keponakannya, Malikul Sahad dan sampai di rumah sakit pada pukul 7.30 WIB. Di pelataran rumah sakit, puluhan pasien lainnya yang juga akan mengikuti operasi katarak dan pterygium tampak berdatangan.

Gangguan mata telah dirasakan Diwarman sejak kecil. Beberapa kali berobat, namun warga Karawaci yang bekerja sebagai marketing di usaha mebel ini hanya menerima obat tetes mata dan kaca mata. Ia merasa beruntung, atasannya memberitahu informasi baksos kesehatan yang digelar oleh Tzu Chi kali ini.

“Kebetulan di Tzu Chi ada operasi gratis,” ujarnya. Saat diperiksa, tekanan darah Diwarman mencapai 150/90. Dengan ramah relawan pun  memberikan obat dan air minum agar tekanan darahnya menjadi normal. “Iya tekanan darah saya naik. Mungkin rasa khawatir, nanti bagaimana, berhasil tidak. Saya berharap sekali mudah-mudahan bisa. Kalau sudah terang saya ingin bekerja lebih giat,” kata Diwarman berjanji.

Diwarman adalah satu dari 77 pasien mata (68 katarak dan 9 pterygium) yang hari ini mengikuti operasi. Baksos Tzu Chi yang ke-119 ini digelar selama dua hari. Di hari pertama ini sebanyak 68 pasien menjalani katarak dan sembilan lainnya menjalani operasi pterygium. Sementara besok, hari terakhir ada 326 pasien. Terdiri dari para pasien katarak, pterygium, bibir sumbing, benjolan, dan hernia.

Salah satu pasien, Kuntia Diwarman (55) tengah menjalani pemeriksaan tekanan darah. Diwarman sangat bersyukur dengan baksos kesehatan yang digelar Tzu Chi di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.


Hayati (tengah) asal Kampung Cabang Karang Asih Cikarang Utara saat menunggu di ruang tunggu operasi.

Sementara itu di ruang tunggu operasi, terdengar canda tawa yang berasal dari obrolan antara pasien dan relawan. Keramahan relawan membuat Hayati (68) dan pasien katarak lainnya merasa lebih santai. Sesekali relawan mengecek kondisi matanya lalu meneteskan obat mata.  

“Rasa deg-degan ada sedikit. Alhamdulillah, bersyukur saya ada operasi mata lagi. Yang sebelah sudah pernah operasi dulunya. Sekarang mata yang kanan. Saya diajak ngobrol sama relawan. Satu cakep-cakep, kedua ramah-ramah. Gembiralah saya. Alhamdulillah biar saya sehat, penglihatan jadi bagus. Saya doakan rumah sakit tambah bagus, relawan tambah sukses,” ungkapnya.

Sejak mengalami gangguan pada matanya, Hayati asal Kampung Cabang Karang Asih Cikarang Utara ini berhenti berjualan gado-gado dan digantikan oleh anak perempuannya, Rindi Antika (25) yang mengantarnya ke rumah sakit.  

“Kalau ada rezeki, badan saya sehat, saya sudah pulih, Insya Allah mau bikin selamatan di rumah,” tambahnya.

Dokter Ruth Anggraini (berdiri) memberikan penjelasan kepada para pasien tentang alur sebelum operasi. 


Bulu mata para pasien harus dipotong guna prosedur operasi mata.

Dari kesibukan para relawan dan tim medis saat melayani pasien, koordinator kegiatan, dr. Ruth O Anggraini dari TIMA Jakarta tengah memberikan penjelasan kepada para pasien. Penjelasan ini membuat para pasien juga lebih santai mengikuti alur sebelum operasi. Alur tersebut di antaranya cek tekanan darah, cuci kaki dengan cairan antiseptik, dan potong bulu mata. Dokter Ruth menilai, pelaksanaan baksos sejak pagi hingga jelang siang ini berjalan dengan baik. “Tentu lebih teratur karena sebagian sudah kita pisahkan, yang katarak atau yang tidak bisa operasi. Beberapa pasien dengan tekanan darah yang tinggi juga sudah kita obati dan berharap mereka juga sudah bisa operasi,” jelasnya.   













Relawan Tzu Chi Indonesia melakukan sosialisasi kepada para keluarga pasien tentang visi dan misi Yayasan Buddha Tzu Chi. 

Bagi Direktur Rumah Sakit Sentra Medika Cikarang, dr. Ruly S. FCN. SpGK (K), diadakannya Baksos Kesehatan Tzu Chi di rumah sakit yang dipimpinnya merupakan sebuah kehormatan. “Sebenarnya visi misi Tzu Chi dengan kami sama, kita membantu orang yang tidak mampu. Kesempatan ini kita saling sinergi. Tzu Chi itu dalam pandangan kami misi-misinya bagus sekali. Dan itu saya lihat di Indonesia saja banyak ya melakukan kegiatan-kegiatan baksosnya. Saya lihat ini tidak mudah, melakukan suatu kegiatan baksos secara berkala, secara nasional, dan bahkan internasional. Ini jempol lah,” kata dr. Ruly.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Baksos Tzu Chi ke-119: Mengembalikan Keceriaan Rindu

Baksos Tzu Chi ke-119: Mengembalikan Keceriaan Rindu

14 Agustus 2017

Yuningsih (34) berdiri mematung di depan sebuah ruang operasi di Rumah Sakit Sentra Medika Cikarang. Matanya terlihat sembab. Kedua tangannya mengatup di dada seraya berdoa. Di ruangan itu, anak bungsunya, Yunita Rindu Saputri (2) tengah menjalani operasi hernia oleh tim dokter dari TIMA Jakarta.  

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-119 di Cikarang

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-119 di Cikarang

29 Agustus 2017
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan bakti sosial kesehatan ke-119 di Cikarang, Jawa Barat. Kegiatan berlangsung pada tanggal 11-12 Agustus 2017 dan bertempat di RS Sentra Medika Cikarang ini berhasil menangani 394 pasien katarak, pterygium, bibir sumbing, benjolan, dan hernia yang berasal dari wilayah Cikarang dan sekitarnya.
Baksos Tzu Chi ke 119: Melihat Lebih Jelas, Hati Lebih Bersyukur

Baksos Tzu Chi ke 119: Melihat Lebih Jelas, Hati Lebih Bersyukur

11 Agustus 2017
Sebanyak 77 warga Cikarang dan sekitarnya mengikuti bakti sosial kesehatan Tzu Chi ke-119 di Rumah Sakit Sentra Medika Cikarang, Jumat, 11 Agustus 2017. Ditemani anggota keluarganya serta para relawan, para pasien mata (katarak dan pterygium) ini mengikuti tahapan-tahapan sebelum memasuki ruang operasi.
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -