Baksos Tzu Chi ke-120: Pelayanan Kesehatan di Pulau Terluar Banten

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari

Relawan Tzu Chi membantu warga di Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-120 yang bekerja sama dengan TNI dalam rangka HUT TNI ke-72, di Pulau Tunda, Serang, Banten.

Di hari kedua pelaksanaan bakti sosial kesehatan Tzu Chi ke-120 yang bekerja sama dengan TNI dalam rangka HUT TNI ke-72, seluruh tim medis kembali bergerak. Apabila hari pertama tim medis menangani pasien di Pulo Panjang, hari kedua ini (23/9/17) mereka habiskan untuk melayani pasien di Pulau Tunda, Serang, Banten.

Pulau Tunda adalah pulau paling utara di Provinsi Banten. Letaknya tidak terlalu jauh dari Pulo Panjang. KRI dr. Soeharso hanya memerlukan waktu tempuh sekitar 2 jam untuk mencapai pulau berpenghuni 440 KK ini. Sama seperti hari sebelumnya, seluruh relawan dan tim medis harus mengganti moda transportasi dengan menggunakan sekoci untuk bisa mencapai dermaga Pulau Tunda. Di sana sudah ada puluhan anak SD Negeri Pulau Tunda dan SMP Negeri Pulau Tunda yang berbaris rapi menyambut kedatangan rombongan. Warga pun terlihat sangat antusias menanti kedatangan mereka.

Akses kesehatan di Pulau Tunda bisa dibilang lumayan terjamin karena di pulau ini ada layanan Puskesmas, namun hanya ada bidan yang menangani keluhan-keluhan warga. “Dokter hanya datang sebulan sekali ke pulau ini,” ucap Samsul Bahri, Kepala Desa Pulau Tunda. “Selebihnya ya tanya ke bidan saja,” imbuhnya. Samsul menambahkan bahwa warganya biasa mendapatkan rujukan ke Serang, Banten apabila diperlukan. “Kapal penyeberangan ke Serang ada tiga kali seminggu. Biayanya 40 ribu untuk pergi-pulang. Tapi kalau darurat, warga bisa sewa kapal untuk langsung pergi. Harganya biasa berbeda dan jauh lebih mahal,” jelasnya.

Puluhan anak SD Negeri Pulau Tunda dan SMP Negeri Pulau Tunda yang berbaris rapi menyambut kedatangan rombongan tim medis. Warga pun terlihat sangat antusias menanti kedatangan mereka.

Ketersediaan akses kesehatan yang sangat minim di wilayah kepulauan memang menjadi satu kendala tersendiri. “Ya idealnya tetap harus ada dokter yang stay atau mungkin seminggu dua kali dia mampir ke pulau jadi bisa mengayomi masyarakat sehingga ke depannya masyarakat makin sehat dan maju,” ucap dr. Ruth, PIC baksos Tzu Chi berharap.

Terbatasnya akses kesehatan ini juga yang menjadikan kegiatan baksos kesehatan selalu diincar oleh warga. Buktinya, Tim Medis Tzu Chi berhasil menangani 222 pasien umum dan 54 pasien gigi dalam waktu yang terbilang singkat, jam 8.30 – 11.30 WIB. Pasien umum yang datang didominasi oleh para lansia dengan keluhan sakit kepala, nyeri pada tulang, dan lainnya. Sementara pasien gigi didominasi oleh anak-anak sekolah dengan usia yang bervariasi.

Sebelum baksos dimulai, relawan dan tim medis melakukan briefing untuk menunjang kelancaran baksos kesehatan.

Pentingnya mengedukasi Masyarakat

“Hari ini pasien gigi lebih banyak dari kemarin padahal kalau dilihat, pulaunya lebih kecil,” ucap drg. Anggita Vica, Tim Medis Tzu Chi. Hal tersebut kembali ia kaitkan dengan terbatasnya tim medis yang ada di tiap wilayah di kepulauan. “Sebenarnya dari baksos ini mereka tidak hanya mendapatkan layanan kesehatan, tapi juga edukasi untuk menjaga apa yang sudah diperbaiki,” imbuhnya.

Relawan Tzu Chi mengatur alur baksos dengan lancar sehingga dalam waktu singkat mereka bisa menangani 222 pasien umum dan 54 pasien gigi dalam waktu yang terbilang singkat, pukul 08.30 – 11.30 WIB.

Dokter Vica pun menjelaskan tetang bagaimana menjaga kesehatan mulut dan gigi, juga bagaimana penangan yang tepat untuk anak-anak. Rajin membersihkan gigi, dalam arti menyikat gigi setelah makan dan sebelum tidur adalah poin utama yang ia berikan. Mengonsumsi sayuran dan buah-buahan juga menjadi kunci perkembangan gigi yang baik.  “Orang tua harus proaktif menjaga perkembangan anak sejak dari kandungan,” ucapnya.

Pasien gigi didominasi oleh anak-anak sekolah dengan usia yang bervariasi. Selain pelayanan kesehatan, mereka juga diedukasi untuk menjaga kesehatan gigi secara mandiri.

Dokret  Vica juga menambahkan bahwa pada anak usia 5 tahun ke atas, pertumbuhan tulang rahang akan membuat wajah melebar dan rahang memanjang. Otomatis di antara gigi gerahamnya mulai ada jarak dan sela-sela sehingga mulai keselip makanan. “Kebanyakan dari sana mulai ada gigi berlubang,” katanya. “Solusinya harus ditambal atau dicabut agar si kuman di gigi yang berlubang itu tidak semakin berkembang biak dan membuat sakit,” lanjut drg. Vica.

Edukasi serupa dinilai sangat penting untuk masyarakat yang akses kesehatannya minim karena ketika baksos kesehatan usai, mereka harus kembali mandiri dalam menjaga kesehatan.

Tim medis dan seluruh relawan kembali ke KRI dr. Soeharso usai melakukan baksos. Seperti sebelumnya, seluruh relawan dan tim medis harus mengganti moda transportasi dengan menggunakan sekoci untuk bisa mencapai dermaga Pulau Tunda.

 

Editor: Hadi Pranoto

 

 


Artikel Terkait

Baksos Kesehatan di Ujung Kulon

Baksos Kesehatan di Ujung Kulon

26 September 2017
Disambut dengan lebatnya hujan di Ujung Kulon, relawan dan Tim Medis Tzu Chi tetap bergerak dengan semangat di hari ketiga (24/9/17) pelaksanaan Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-120 bekerja sama dengan TNI.
Doa dan Cinta di dalam Boneka

Doa dan Cinta di dalam Boneka

27 September 2017
Yang Pit Lu membuat kreasi boneka kaus kaki untuk diberikan kepada pasien anak-anak penderita katarak dan sumbing di baksos kesehatan ke-120 Tzu Chi. Dalam setiap boneka yang ia buat, terselip cinta dan doa untuk anak-anak tersebut.
Baksos Tzu Chi ke-120: Merajut Hari-hari Ceria Amanah

Baksos Tzu Chi ke-120: Merajut Hari-hari Ceria Amanah

27 September 2017
Amanah (8), siswi kelas 2 SD Kadubera II Pandeglang terlihat begitu tegar saat akan diambil darahnya oleh tim medis baksos Tzu Chi ke-120 untuk keperluan operasi bibir sumbing. Dalam dekapan sang ayah, tubuh kurusnya menahan jarum suntik yang menusuk di lengan kirinya.
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -