Banjir 2020: Uluran Tangan untuk Saudara

Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Timur), Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Timur)


Para pengurus dan relawan OMK (Orang Muda Katolik) Gereja Katolik Santo Arnoldus Janssen, Bekasi menyambut baik kedatangan relawan Tzu Chi komunitas He Qi Timur.

Banjir besar yang terjadi pada 1 Januari 2020 masih menyisakan duka mendalam. Suatu jalinan jodoh, relawan Tzu Chi membantu dan mengunjungi para warga terdampak, salah satunya Merly.

Merly adalah satu relawan Tzu Chi komunitas He Qi Timur yang rumahnya terendam banjir, hingga susah beraktivitas dan mendapatkan makanan siap saji. Ketika relawan datang berkunjung ke rumahnya, banjir sudah surut. Kedatangan relawan Tzu Chi untuk memberikan kekuatan dan kepedulian sebagai satu keluarga.

Bersinergi untuk Sesama

Dalam kesempatan kunjungan kasih itu, relawan Tzu Chi mendapat kabar tentang satu gereja yang peduli terhadap lingkungan di Bekasi. Banyak relawan dari gereja, yang adalah OMK (Orang Muda Katolik) bergerak untuk membantu sesama yang banjir. Mereka mendirikan posko dan dapur umum.

Tergerak dengan situasi ini, enam relawan Tzu Chi He Qi Timur berangkat ke Bekasi pada 3 Januari 2020, untuk mendata sekaligus mendengar cerita tentang keadaan wilayah sekitar gereja.

“Saat itu para relawan gereja mengatakan mereka kekurangan makanan. Sekarang saja, banjir sudah agak surut, mereka masih memberikan makanan siap saji kepada 200 orang. Mereka banyak menceritakan bagaimana keluh kesah mereka melayani,” ucap Johan Kohar, koordinator relawan tanggap darurat He Qi Timur usai berbincang dengan para relawan gereja.

“Mereka membutuhkan selimut, masih banyak orang kedinginan. Juga bahan makanan yang akan mereka masak di dapur umum,” tambah Johan. Dengan mengetahui situasi ini, relawan Tzu Chi memutuskan untuk membantu pengolahan dapur umum di sana.

Esok harinya, 4 Januari 2020, empat relawan bergerak menuju Tzu Chi Center, PIK untuk memastikan barang bantuan telah siap untuk disalurkan ke posko bencana yang ada di Bekasi sekitarnya.


Romo Sebastianus Ndona SVD (berbaju batik) dan Putri Kawanti (kaos abu-abu) sangat berterima kasih kepada Tzu Chi telah memberikan barang bantuan bencana bagi warga di Bekasi.

Hari itu, He Qi Timur menyalurkan bantuan berupa 20 karung beras – 20 kg, 200 lembar selimut, 20 dus air mineral – 600 ml, 25 kotak obat masuk angin, dan 100 ember yang diserahkan kepada Gereja Katolik Santo Arnoldus Janssen, Bekasi. Gereja ini adalah posko bahan makanan atau dapur umum yang mengalokasikan barang-barang bantuan dari sumbangan masyarakat sekitarnya untuk didistribusikan kepada warga banjir.

Gaby Gabriel Winarto, Ketua Pengembang Sosial Ekonomi yang bertugas menangani beberapa wilayah yang terdampak banjir di Paroki Bekasi, Santo Arnoldus Janssen, Bekasi mengungkapkan pada hari keempat penanganan banjir, mereka sudah mencoba membantu 30 wilayah (paroki) yang tersebar di Bekasi. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Gereja Katolik Santo Arnoldus Janssen telah menjadi tempat yang pertama untuk membantu warga yang mengalami musibah.

“Kami siap untuk senantiasa menjadi jembatan itu, agar orang-orang tahu kemana mereka harus mencari bantuan pertama. Bila ada umat atau masyarakat yang tergerak hatinya untuk membantu, maka gereja inilah yang menjadi posko utamanya di wilayah ini. Juga ada posko-posko lain yang tersebar di berbagai wilayah. Tapi gereja ini yang menjadi pusatnya di sini,” jelas Romo Sebastianus Ndona SVD.

Setelah bantuan terkumpul, mereka biasa membaginya untuk beberapa posko dapur umum. Putri Kawanti, Dewan Paroki Harian bagian Kabid Pelayanan menjelaskan ada 3 central (stasi) dapur umum, yaitu stasi YP2 di Bantar Gebang, stasi Santo Petrus di Tambun Cibitung, dan Arnoldus Janssen sebagai wilayah tengah.

“Kemarin bantuan telah kami sebar kepada koordinator wilayah. Sedangkan rumah warga yang tidak terkena banjir, dijadikan posko dapur umum. Bisa pula dijadikan sebagai tempat pengungsian, evakuasi, dan barang bantuan drop ke sana, agar bantuan dapat tersalurkan dengan baik,” ungkap Putri.

Ramah Tamah Dengan Warga Tambun

Bukan hanya ke beberapa posko, relawan Tzu Chi juga menyalurkan bantuan langsung ke warga. Sebanyak 7 relawan He Qi Timur menyalurkan barang bantuan ke warga Desa Wanasari, Tambun Cibitung, Minggu, 5 Januari 2020.

Selain menyerahkan bantuan, relawan juga bersilatulami dengan warga sekitar. Di stasi Tambun Cibitung ada 1.605 jiwa (803 keluarga) yang terkena musibah banjir.


Relawan menyerahkan bantuan kepada Gereja Katolik Santo Arnoldus Janssen. Bantuan tersebut didistribusikan ke beberapa posko dan dapur umum di bawah koordinasi gereja.

“Banjir kemarin kurang lebih 1.5 – 2,5 meter yang paling tinggi. Jadi cukup tinggi. Dari kemarin, baik dari paroki ataupun gereja sudah membagikan nasi bungkus ke seluruh korban yang ada,” tutur Yosep Yosi (53), pengurus Gereja Katolik Santo Arnoldus Janssen, Bekasi, stasi Tambun Cibitung.

Yosep menambahkan pascabanjir, banyak para korban banjir mengalami pegal-pegal dan beberapa keluhan sakit. “Kami nantinya akan mengadakan baksos pengobatan untuk para korban. Selain itu, kami akan mencari perahu karet untuk distribusi makanan ke wilayah yang sulit, karena arus di sini sangat kencang. Evakuasi masih sangat sulit untuk tempat ini,” lanjutnya.

Bertahan dari Banjir

Satu warga, Elisabet Wahyuningsih bercerita bahwa banjir ini membuat ia dan keluarganya terjebak di dalam rumahnya sendiri. Mereka berdelapan orang hanya bisa mengamankan diri di lantai dua rumah.

“Biasanya air cepat surut, saya pikir hanya semalam atau sehari. Ternyata bukan surut, tapi semakin tinggi. Kami bertahanlah di (lantai) atas. Lama kelamaan makanan (kue-kue kecil sisa Natal, biskuit) tersedia habis. Kami tidak terima nasi dari mana-mana. Ada yang kasih tapi nggak nyampe sini. Jadi kami bertahan 2 hari tanpa makan nasi atau semacamnya,” cerita Elisabet.

Banjir yang berarus deras menyebabkan lingkungannya sulit dijangkau tim evakuasi walaupun Elisabet sudah mencoba  membagikan kabarnya di media sosial untuk meminta bantuan. Hingga keesokkan harinya, ketika banjir mulai surut, ia mencoba mencari pertolongan di kampung supaya keluarga bisa mendapat makanan.


Banjir besar telah membuat keluarga Elisabet Wahyuningsih (berkaos biru tua) bersama 7 orang lainnya terjebak di lantai dua rumah mereka.

Kisah tak jauh berbeda juga dialami Kasianus Silaban. Setelah berkumpul di malam tahun baru bersama warga Wanajaya, Cibitung lainnya, Kasianus tak menyangka pagi harinya air mengepung pemukiman. Ia berusaha memindahkan barang yang bisa dipindahkan dan membiarkan barang lainnya hanyut. Beruntung, ia masih bisa mengungsi ke tempat yang aman.

“Keluraga saya ungsikan ke ruko keluarga yang tempatnya lebih tinggi dan jauh dari lokasi banjir. Sorenya air sampai 90 cm, hingga malam air terus naik dan tidak surut. Air mulai surut 2 Januari, jam 3 sore,” cerita Kasianus yang juga turut membantu evakuasi warga dan membagikan nasi bungkus ke warga terdampak banjir.

Sementara itu, Petrus Triono, Ketua Lingkungan setempat ternyata sudah memperkirakan akan terjadi banjir besar usai melihat situasi hujan di jam 1 subuh yang semakin membesar.

“Pas paginya memang belum (banjir). Mulai jam 9 sudah ada tanda-tanda, air mulai naik makin cepat sehingga kami informasikan kepada warga untuk mengungsikan anak-anak,” terang Petrus Triono, warga Desa Wanajaya, Tambun Cibitung. Walaupun dengan tenaga dan alat yang terbatas, Petrus tetap memantau kondisi warga yang masih tertahan di rumah agar tetap aman. “Saat itu komunikasi putus, karena mati listrik, baterai hp juga terbatas. Tapi kami tetap pantau dan tahu mereka-mereka, warga kami, yang terisolir di rumah-rumah,” tambah Petrus Triono.

Menjaga Alam

Satu hari setelah kunjungan ke Tambun Cibitung, Selasa, 7 Januari 2020, 4 relawan He Qi Timur kembali memberikan 300 alat pembersih lantai, 150 litercairan antiseptik, 300 pcs ember, 90 boks susu kedelai, 300 pcs deterjen, dan 300 pcs sabun mandi kepada Gereja Katolik Santo Arnoldus Janssen, Bekasi untuk didistribusikan kepada warga yang akan membersihkan rumah mereka pasca banjir yang melanda rumah mereka selama 2 hari lamanya.


Penyerahan barang bantuan banjir secara simbolis dari relawan Tzu Chi kepada perwakilan warga Kecamatan Tambun, Cibitung.

Banyak hikmah yang bisa diambil warga Desa Wanasari, Tambun Cibitung, yakni agar selalu peduli lingkungan (alam) dan menjaga satu sama lain. Yang paling mudah adalah tidak membuang sampah sembarangan.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Banjir 2020: Seribu Makanan Hangat untuk Warga Ciledug, Tangerang

Banjir 2020: Seribu Makanan Hangat untuk Warga Ciledug, Tangerang

06 Januari 2020

Kesibukan tampak di rumah Eddyana, relawan Tzu Chi dari He Qi Tangerang sejak pukul 7.30 WIB. Hari ini, Senin 6 Januari 2020, rumahnya disulap menjadi dapur umum. Relawan Tzu Chi memasak 500 porsi makan siang dan 500 porsi makan malam bagi warga Perumahan Ciledug Indah 1 dan Ciledug Indah 2 yang kondisinya masih susah karena banjir beberapa hari lalu.

Banjir 2020: Uluran Tangan untuk Saudara

Banjir 2020: Uluran Tangan untuk Saudara

14 Januari 2020
Relawan He Qi Timur menyisir wilayah Bekasi untuk memberikan bantuan pascabanjir. Dari mulai bantuan kepada seorang relawan hingga bekerja sama dengan OMK (Orang Muda Katolik) untuk mendistribusikan bantuan ke berbagai wilayah terdampak di Bekasi melalui Gereja Katolik Santo Arnoldus Janssen, Bekasi.
Banjir 2020: Rasa Sebagai Satu Keluarga

Banjir 2020: Rasa Sebagai Satu Keluarga

06 Januari 2020

Tzu Chi Sinar Mas wilayah komunitas Head Office Jakarta mulai memberikan perhatian kepada 11 karyawan Sinar Mas yang terdampak bencana. Saat ini, Tzu Chi Sinar Mas masih terus mendata para korban yang membutuhkan bantuan.

Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -