Bazar Amal Tzu Chi: Menggalang Dana Pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi

Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Halim Kusin, Merry Christine (He Qi Barat), Juliana Santy

Seorang anak memasukan sumbangan pada kotak dana di Bazar Amal Tzu Chi yang diselenggarakan pada tanggal 25 dan 26 Oktober 2014.

Suasana di basement Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara tampak berbeda pada tanggal 25-26 Oktober 2014. Lokasi yang biasanya menjadi tempat parkir kendaraan ini ramai dengan stan-stan, relawan, hingga masyarakat umum. Pada dua hari itu Yayasan Buddha Tzu Chi mengadakan Bazar Amal Tzu Chi untuk menggalang dana pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi yang rencananya pada Mei 2015 akan dilakukan peletakkan batu pertama.

Penggalangan dana ini disambut antusias dan penuh semangat dari relawan Tzu Chi dan donatur lainnya. Buktinya di bazar kali ini terdapat 208 stan, mulai dari stan makanan, minuman, sembako, pakaian, peralatan rumah tangga, dan lainnya. Tidak hanya dari Jakarta, relawan dari luar kota pun turut berpartisipasi, diantaranya adalah Medan, Tebing Tinggi, Siantar, Padang, Lampung, Batam, Surabaya, Pontianak, Singkawang, Manado, hingga Biak, Papua. Mulai dari relawan hingga perusahaan-perusahaan besar bahu membahu mendukung kegiatan ini.

Bazar ini dibuka dengan pemukulan gong, Sabtu (25/10/2014) pukul 9 pagi. Pada pembukaan itu, Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi mengucapkan terima kasih kepada seluruh relawan yang sudah  mendukung pembangunan sebuah rumah sakit yang dapat menjaga kesehatan, menyelamatkan kehidupan, dan mewariskan cinta kasih. 

Berbagai penganan khas dari berbagai daerah tersedia di bazar ini, relawan dari beberapa kota juga datang untuk mendukung bazar ini.

Bersumbangsih Sungguh Membahagiakan

Ketika berjalan menyusuri stan-stan, ada satu stan yang berbeda. Di stan tersebut terdapat beberapa hasil sulam kristik, dan salah satunya adalah sulam kristik foto Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi. Pada sudut figura sulaman tersebut terdapat keterangan bahwa hasil karya tersebut telah disumbangkan untuk Rumah Sakit Tzu Chi. Ternyata sulaman tersebut berasal dari seorang donatur Tzu Chi. Ia adalah Ifen Sani, yang sudah lama mengenal Tzu Chi karena adiknya (Rudy Darwin) terlibat aktif sebagai relawan. 

Hasil sulam kristik foto Master Cheng Yen disumbangkan oleh seorang donatur Tzu Chi untuk Rumah Sakit Tzu Chi.

Suatu hari Rudy menawarkan gambar pola Master Cheng Yen untuk ia sulam. Usul ini pun langsung ia setujui karena baginya Master adalah sosok yang hebat. Perasaan ini timbul karena pada tahun 2005, ia sempat mengalami musibah dan mendapat perhatian insan Tzu Chi saat ia liburan di Bali. Saat itu ia menjadi korban Bom Bali II, beruntung ia hanya mengalami pecah gendang telinga dan gotri di kaki. Ketika menjalani perawatan di rumah sakit, relawan Tzu Chi yang kerap datang dan memperhatikan para korban, membuat ia merasa terharu.

Rasa haru tersebut membuatnya ingin aktif menjadi relawan, membalas budi baik relawan Tzu Chi. Namun ia merasa tidak ada waktu, sehingga apa yang bisa ia lakukan untuk membantu maka akan ia lakukan. Hingga suatu hari, Rudy menginformasikan jika Tzu Chi Indonesia akan mengadakan bazaar amal untuk menggalang dana pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi. Sebelum bazar dimulai Ifen sudah bersemangat ikut menggalang dana. Ia menjual kupon bazar dan casing handphone yang akan dijual di bazar kepada rekan-rekan kerjanya. Ia berharap rumah sakit ini dapat segera rampung agar dapat menyelamatkan nyawa banyak orang, terutama mereka yang kurang mampu.

Ifen Sani, selain menyumbangkan sulam kristik foto Master Cheng Yen, ia juga menyumbangkan beberapa karyanya.

Jarak Bukan Penghalang

Diawal tahun 2014, insan Tzu Chi bahu membahu membantu korban banjir di Manado. Jalinan jodoh Tzu Chi dengan masyarakat di Manado terus terajut hingga hari ini. Saat bazar amal, sebanyak 10 relawan Manado datang berpartisipasi. Anggie Sondakh, relawan Tzu Chi Manado, begitu mendengar tentang penggalangan dana ini, ia mengajak relawan dan teman-temannya untuk membantu pengumpulan dana Rumah Sakit Tzu Chi. Pada bazar yang baru pertama kali mereka ikuti ini, makanan khas Manado, seperti bubur Manado, nasi kuning, hingga makanan khas lainnya mereka sajikan.

“Selain berkorban tenaga, waktu, materi, dengan bawaan (makanan) yang kita tenteng dari Manado, dengan ini saja kita merasa puas karena banyak yang datang. Antusias banget untuk ikut dalam bazaar ini, semua akrab dan saling tegur sapa” ucapnya. Ia berharap pembangunan rumah sakit ini cepat selesai dan sepulangnya ke Manado ia ingin mengajak banyak orang untuk berpartisipasi dalam pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi di Jakarta.

Jarak tidak menjadi penghalang bagi relawan untuk bersumbangsih. Relawan dari Manado dan Biak, walaupun jauh datang secara khusus untuk berpartisipasi di bazar.

Jarak bukan menjadi penghalang bagi setiap orang untuk bersumbangsih. Relawan Manado yang harus menempuh perjalanan udara selama 3,5 jam saja datang membantu. Selain itu relawan Biak yang melewati perjalanan udara lebih dari 5 jam juga tidak kalah semangat untuk berperan serta dalam bazar. Sebanyak 300 porsi coto Makassar, Buras, Sate, dan Mie mereka sediakan dalam bazar ini. Lelah memang pasti akan terasa tapi lelah fisik dikalahkan oleh kebahagian dari bersumbangsih, kebahagiaan dari semangat setiap orang untuk menggalang dana rumah sakit. Seperti yang dikatakan oleh Master Cheng Yen, bahwa mampu bersumbangsih berarti memiliki tubuh yang sehat; mampu bersumbangsih berarti memiliki cinta kasih dan kemampuan. Sehat, memiliki cinta kasih, dan mampu membantu orang lain adalah berkah sesungguhnya.


Artikel Terkait

Belanja Sambil Beramal

Belanja Sambil Beramal

04 September 2015

Tzu Chi Bandung mengadakan acara bazaar amal yang bertujuan untuk menghimpun dana dalam proses pembangunan Aula Jing Si Tzu Chi Bandung yang seluruh hasil dana yang terkumpul akan digunakan untuk pembangunan Aula Jing Si. Acara diselenggarakan pada tanggal 30 Agustus 2015.

Mengabadikan Setiap Jejak Langkah Bodhisatwa Tzu Chi

Mengabadikan Setiap Jejak Langkah Bodhisatwa Tzu Chi

08 Maret 2017

Sebuah kegiatan jika tanpa ada yang mengukirnya menjadi catatan sejarah, seiring berjalannya waktu maka kegiatan tersebut akan sirna dan dilupakan. Untuk itu setiap kegiatan harus ada yang mencatat dan mengukirnya menjadi catatan sejarah. Seperti halnya dalam bazar Cinta Kasih Tzu Chi yang diadakan tanggal 5 Maret 2017, sebanyak 15 orang relawan Zhen Shan Mei siap mengabadikan setiap sisi dari kegiatan bazar ini.

Semarak Cinta Kasih di Rumah Sakit Baru

Semarak Cinta Kasih di Rumah Sakit Baru

03 November 2014 Antusiasme pengunjung  cukup  tinggi, sebab bazar ini  bukan bazar vegetarian biasa yang rutin diadakan setiap tahunnya. Bazar tahun ini sebuah upaya untuk menggalang dana bagi pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi Indonesia.
Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -