Belajar dari Si Pencipta Harry Potter

Jurnalis : Yanny Sukadjaya (He Qi Pusat), Fotografer : Fendy Setiawan, Lie Fu Che (He Qi Pusat)

Minggu, 6 Maret 2016, Nelly yang menjadi salah satu pengisi materi dalam kegiatan rutin anak asuh di He Qi Pusat berbagi cerita tentang J. K. Rowling dan Harry Potter.

“Expelliarmus!!” Itulah kata pertama yang terucap dari mulut Nelly, salah seorang relawan Tzu Chi senior dari He Qi Barat, sambil membalikkan badan dan mengangkat tangan yang memegang tongkat sulap menghadap ke arah anak asuh.

“Ada yang tahu siapakah dia yang sangat terkenal dengan kata tersebut?” lanjutnya bertanya. Tidak menunggu lama, anak-anak tanpa ragu menjawab dengan serentak, “Harry Potter”.

Pada kesempatan tersebut, Nelly yang menjadi salah satu pengisi materi dalam kegiatan rutin anak asuh mengajak mereka untuk menyelami sang Harry Potter. Ia tidak hanya mengajak anak-anak untuk menonton film tentang penyihir tersebut, namun juga mengajak mereka melihat proses lahirnya Novel karya J. K. Rowling yang mendunia itu.

Nelly kemudian memutarkan video yang menceritakan perjalanan J. K. Rowling. Joanne Kathleen Rowling lahir di Inggris dan menuntun ilmu di bangku sekolah dengan belajar bahasa Prancis. Ia bekerja di suatu organisasi hak asasi manusia International, juga pernah menjadi guru bahasa Inggris di Portugis. Ia lalu menikah dengan seorang wartawan Portugis namun berakhir dengan perceraian. Ia lalu menderita depresi berat setelah ia kehilangan pekerjaan dan menjadi pengangguran.

Pada saat keadaan yang benar-benar miskin, ia bahkan tidak mampu membeli sebuah gas penghangat. Untuk menghangatkan tubuhnya, setiap hari ia pergi ke kedai kopi ‘Elephant House’ dan hanya memesan satu gelas cappuccino. Di sana ia meminta izin kepada pemilik kedai untuk bisa duduk sepanjang hari. Di kedai itulah, J. K. Rowling mulai menulis huruf demi huruf dan menyelesaikan kisah fiksi berjudul: Harry Potter.

Dalam kesempatan tersebut, Nelly juga memberikan motivasi tentang mimpi, sikap, dan komitmen bagi anak asuh.

Pengalaman untuk Pembelajaran

Ada 3 poin penting yang dari cerita perjalanan penulis “Harry Porter”. Pertama, setiap orang harus mempunyai mimpi. Menjadi seorang penulis sebenarnya telah ada di pikiran J. K. Rowling sejak lama, namun terkendala oleh beberapa hal.

Kedua, tidak boleh menyerah. Keterpurukan seharusnya menjadi titik balik, tidak menyerah kepada keadaan. Dan terakhir, tidak menyalahkan kondisi atau orang lain. Titik balik itu ada di tangan kita sendiri, kita tidak boleh menyalahkan orang lain, juga tidak menyalahkan situasi.

Tidak menyerah dan tidak menyalahkan kondisi ataupun orang adalah attitude. Tetapi di zaman sekarang ada satu hal lagi yang lebih tinggi dari attitude, yaitu integrity. Integrity atau integritas lebih tinggi dibandingkan dengan honest (kejujuran). “Pada saat ia hanya memesan satu gelas cappuccino dan duduk sepanjang hari di kedai kopi, ia meminta izin kepada pemilik kedai kopi, inilah integritas,” kata Nelly.

Sharing Nelly telah memberikan dorongan kepada beberapa anak asuh untuk mengucapkan dengan keras cita-cita mereka. Di antara mereka, Vincent berkeinginan menjadi seorang bos, Brigita ingin menjadi seorang wanita karier, Tirta ingin menjadi seorang motivator, dan Anjasmara ingin menjadi seorang pengusaha.


Artikel Terkait

Gathering Anak Asuh

Gathering Anak Asuh

16 Oktober 2015 Pada tanggal 4 Oktober 2015, sebanyak 65 anak asuh mengikuti acara gathering yang diadakan pada minggu pertama setiap bulannya. Kali ini anak-anak dibagi menjadi 11 kelompok dan diajak untuk membuat bangunan setinggi-tinggi sesuai cita-cita mereka, sedangkan yang anak SD dituangkan dalam bentuk gambar.
Menghadapi Tantangan dan Mengatasi Kesulitan

Menghadapi Tantangan dan Mengatasi Kesulitan

01 Juni 2016

Dengan mengusung tema ‘Menghadapi Tantangan dan Mengatasi Kesulitan’ seorang relawan pemerhati di Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Teguh Taslim memberikan sharing perjalanan hidunya.

Saling Dukung untuk Menggapai Cita

Saling Dukung untuk Menggapai Cita

17 November 2015
Minggu, 15 November 2015, ruangan Xi She Ting Tzu Chi Center PIK tampak riuh dengan kehadiran anak-anak beasiswa karier Tzu Chi dan relawan pendampingnya yang tengah mengadakan gathering bulanan. Sebanyak 89 anak asuh dan 22 relawan pendamping yang hadir meramaikan kegitan rutin tersebut.
Cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, malah sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -