Bepartisipasi Melalui Celengan Bambu

Jurnalis : Khusnul Khotimah , Fotografer : Khusnul Khotimah

doc tzu chi

Siswa-siswi SMP Santa Maria Jakarta mendapatkan Celengan Bambu dan siap mengisinya agar dapat berperan serta membantu orang-orang yang memerlukan uluran tangan.

“Lewat kegiatan ini saya jadi kenal Tzu Chi. Tzu Chi bagus, memberi kasih pada semua orang, membantu. Senang juga dapat celengan, bisa menabung dan nanti untuk orang-orang yang perlu dibantu,” kata Stephen Chandra, siswa kelas 9 SMP Santa Maria Jakarta usai mengikuti sosialisasi Misi Amal Tzu Chi dan mendapatkan Celengan Bambu Tzu Chi, Sabtu, 20 Mei 2017.

Ada pula Kania Pratiwi dari kelas 8.

“Yayasan kemanusiaan yang berlandaskan cinta kasih, soalnya sering bantu-bantu yang susah tanpa lihat agamanya apa, sukunya apa. Karena sudah dapat celengan, saya mau isi dari uang jajan,” kata Kania.

Pagi itu, Stephen dan Kania, serta 375 siswa SMP Santa Maria mengikuti sosialisasi Misi Amal Tzu Chi di aula sekolah mereka, Sekolah Santa Maria, Juanda, Jakarta. Pengenalan Misi Amal Tzu Chi ini dibawakan Andre Zulman dan Yuli Simorangkir dari Sekretariat Tzu Chi Indonesia. Ada juga relawan Tzu Chi, Ivana Chang yang menyampaikan tentang perayaan Waisak.

Selain siswa, kegiatan mengenal lebih dalam tentang Tzu Chi ini diikuti pula oleh puluhan guru dan orangtua siswa.

Suster Anastasia Ratnawati, OSU berharap anak didiknya dapat lebih mendalami nilai-nilai kemanusiaan.


Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengunjungi SMP Santa Maria Jakarta, Sabtu, 20 Mei 2017. Andre Zulman dari Sekretariat Tzu Chi Indonesia memperkenalkan tentang Tzu Chi.

“Yayasan Buddha Tzu Chi adalah yayasan kemanusiaan, sehingga tujuan kita adalah untuk memberikan bantuan kemanusiaan, bukan menyebarkan agama. Tzu Chi pusatnya di Hualien Taiwan. Lalu Tzu Chi terdaftar sebagai organisasi kemanusiaan resmi PBB. Kami tersebar di 52 negara dengan 372 kantor penghubung. Jadi jangan kaget kalau teman-teman main ke Filipina, ketuanya seorang Katolik, karena kami lintas agama. Sementara di Indonesia kita sudah ada sejak tahun 1993. Sudah 24 tahun,” jelas Andre Zulman.

Selain menjelaskan tentang Tzu Chi, Andre juga memutarkan video tentang Ahmad Rikafi, salah satu balita penerima bantuan Tzu Chi. Rikafi mengalami bibir sumbing. Ayah Rikafi yang bekerja sebagai pemulung mendapatkan penghasilan yang pas-pasan, sekitar 10-15 ribu sehari. Ayahnya sudah lama menabung untuk operasi Rikafi tetapi belum mencukupi mengingat kebutuhan hidup juga besar. Ia menghidupi empat orang anggota keluarga.

“Jalinan jodoh Tzu Chi untuk membantu Ahmad Rikafi ini sangat luar biasa. Ahmad Rikafi dioperasi berkat bantuan siapa? Itu berkat bantuan banyak orang yang mungkin teman-teman yang sudah punya celengan sudah tahu, Celengan Bambu yang digunakan selama ini yang digunakan Tzu Chi untuk mengajak orang menabung dengan uang koin. Dengan uang koin itu bisa memberikan perubahan,” tambah Andre. 

Beberapa murid dan guru menuangkan celengan bersama-sama.


Kania Pratiwi (dua dari kiri) bersama teman-temannya senang bisa ikut beramal melalui Celengan Bambu.

Beberapa siswa dan guru telah mengenal Celengan Bambu karena sebelumnya pernah berkunjung ke kantor Tzu Chi Indonesia dan mendapatkan Celengan Bambu. Karena itu sebelum para siswa lainnya mendapatkan Celengan Bambu, mereka menuangkan celengan bersama-sama.

Kepala SMP Santa Maria, Suster Anastasia Ratnawati, OSU sangat senang sosialisasi Tzu Chi ke sekolah dapat terwujud.

“Kami mendidik anak-anak bukan hanya mau mengembangkan intelektualitasnya tetapi juga karakternya. Kami mengundang Tzu chi, kami berharap supaya nilai-nilai kemanusiaan yang begitu erat dengan Tzu Chi itu dibagikan pada anak-anak. Dan anak-anak bisa membangun dirinya dengan membantu orang lain,” kata Suster Anastasia.

Terkait dengan Celengan Bambu, Suster Anastasia akan mendukung anak didiknya menabung di Celengan Bambu.  

“Tentu kami akan mengingatkan anak-anak bahwa nanti akan ada penuangan. Bahwa Tzu Chi akan datang lagi. Saya senang sekali ini bukan hanya soal mengumpulkan uang, tapi bagaimana anak-anak diajak mengumpulkan kebaikan. Kebaikan bagi orang lain, bagi dirinya sendiri, maupun bagi orang lain,” ujar Suster Anastasia Ratnawati.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -