Berawal dari Sebuah Niat (Bag. 1)

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
 
 

fotoBerawal dari niat menginformasikan kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Bryan dan teman-temannya tergerak untuk membuat sebuah blog Jurnalistik SMA Cinta Kasih Tzu Chi.

Dunia jurnalistik adalah dunia yang dinamis, selalu mengikuti perkembangan zaman. Jika awalnya media lebih didominasi media cetak, beberapa tahun kemudian dunia pertelevisian mulai menjadi daya pikat tersendiri bagi masyarakat dalam mencari berita dan menikmati hiburan lainnya. Kini, berkembang lagi media dalam bentuk internet, atau lebih populer disebut dengan media online, dimana kecepatan dan kesempatan untuk mengakses menjadi keunggulan tersendiri dibanding media-media lainnya lainnya.

Hal ini pula yang coba dikembangkan oleh Bryan Raharja (15), siswa Kelas 9 SMA Cinta Kasih Tzu Chi yang juga tergabung dalam Ekskul Jurnalistik Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat untuk meluncurkan blog Jurnalistik SMA Cinta Kasih Tzu Chi (http://www.scktc-jurnal.co.cc/) sebagai wadah para siswa dalam mempublikasikan berbagai kegiatan yang ada di lingkungan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi.

Membawa Pengaruh Positif
Berawal dari niat menginformasikan kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Bryan dan teman-temannya tergerak untuk membuat sebuah blog Jurnalistik SMA Cinta Kasih Tzu Chi. Jika sebelumnya Bryan dan beberapa temannya hanya menggunakan media Mading (majalah dinding) yang ada di sekolah, kini mereka telah memiliki blog sendiri yang menampung berbagai foto-foto kegiatan dan artikel-artikel dari para siswa yang tergabung dalam Ekskul Jurnalistik di sekolah ini. “Kita (jurnalistik -red) harus mengikuti perkembangan zaman, kalau dulu mungkin publikasi hanya melalui media tulis, cetak, dan lain-lain, tapi sekarang kan juga bisa dari internet. Bisa dilihat orang dimana aja, darimana aja, dan kapan aja dia mau melihatnya,” kata Bryan. Media blog sendiri dipilih karena selain lebih mudah dan praktis dalam pembuatannya, juga tidak membutuhkan biaya, baik dalam pembuatan maupun perawatan. “Kalau kita bikin web sendiri, kita harus keluar biaya untuk sewa hosting dan domain, sementara keuangan kita sendirikan terbatas,” jelas penggemar internet ini.

foto    foto

Keterangan :

  • Media blog sendiri dipilih karena selain lebih mudah dan praktis dalam pembuatannya, juga tidak membutuhkan biaya, baik dalam pembuatan maupun perawatan (kiri).
  • Selama ini media publikasi di Sekolah Cinta Kasih hanya melalui Mading (majalah dinding), tetapi kini sudah ada blog yang bisa diakses secara online tentang kegiatan di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi (kanan).

Awal mula Bryan membuat blog ini sendiri sebenarnya adalah untuk  menjawab “tantangan” dari Herfan, salah seorang guru yang juga menjadi pembimbing Ekskul Jurnalistik di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang menginginkan adanya suatu wadah untuk menampung tulisan-tulisan dan foto para siswa Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. “Kebetulan saya pernah punya blog sendiri, jadi tinggal modifikasi aja. Pembuatannya sendiri hanya butuh waktu 1-2 hari saja, tapi (kalau) sampai jadi fix itu butuh 4-5 hari,” kata Bryan menerangkan. Untuk membuat blog ini sendiri secara teknis Bryan dapat melakukannya sendiri, namun ia juga membutuhkan bantuan dari teman-teman lainnya untuk konten dan fitur-fitur lainnya. “Saya memberikan saran, moto, dan motivasi aja,” kata Johan Siautama (15), rekan sekelas Bryan yang juga anggota Eksul Jurnalistik Sekolah Cinta Kasih.

Jika dalam pembuatan blog Bryan tidak memiliki kesulitan yang berarti, tantangan yang sebenarnya justru terletak pada saat mengelola blog ini agar tetap update dan menarik. “Orang bilang susah membuat sesuatu, tetapi sebenarnya yang susah adalah mengelolanya agar dapat terus berjalan dan menarik,” tandas Bryan. Diluncurkan pada tanggal 22 Oktober 2011, blog ini cukup banyak menyita perhatian para siswa di Sekolah Cinta Kasih. Bryan yang baru memasang mesin penghitung pengunjung blog ini 10 hari (20 November 2011) yang lalu mencatat sudah ada 47 orang yang mengakses blog ini. Bryan mengatakan, “Tujuan membuat blog ini supaya even-even dan kegiatan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi bisa diketahui orang luar, juga supaya dapat memberi pengaruh juga, misalnya tentang siswa-siswi Sekolah Cinta Kasih yang berprestasi, itu kita tulis kisah dan kiat-kiatnya supaya bisa memotivasi siswa-siswi lainnya. ‘Dia aja bisa, kenapa saya nggak bisa?’,” tegas Bryan saat kami kunjungi pada tanggal 1 Desember 2011.

foto  foto

Keterangan :

  • Herfan (kiri) pembimbing Ekskul Jurnalistik Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi bersama Bryan tengah melihat blog Ekskul Jurnalistik Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi di sela-sela waktu istirahat sekolah (kiri).
  • Suasana belajar di lingkungan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. “Lebih teratur dan terarah dibanding sekolah-sekolah yang lain,” kata Bryan yang menamatkan SMP-nya di daerah Tangerang, Banten (kanan).

Selain berisikan info-info tentang kegiatan sekolah, blog ini juga menampilkan video ceramah Master Cheng Yen. “Tujuannya untuk menginspirasi orang. Saat dia lagi iseng buka, meski jujur yang buka saat ini masih sangat jarang, tetapi mudah-mudahan kita bisa menginspirasi. Meski nggak banyak, tetapi saya yakin tetap ada pengaruhnya,” kata Bryan optimis. Bryan sendiri cukup terinspirasi dengan sosok Master Cheng Yen, pendiri Tzu Chi. “Master Cheng Yen tinggalnya di daerah (pedesaan), tetapi master ada cinta kasih. Meski hidupnya sendiri sangat sederhana, tetapi beliau masih juga mau menolong orang,” ungkapnya. “Master Cheng Yen bisa mengumpulkan orang banyak untuk berbuat kebajikan di Tzu Chi, merintis dari nol sampai bisa bangun rumah sakit dan Tzu Chi bisa sebesar ini,” tambah Johan, siswa lainnya.

Untuk source bahan-bahannya sendiri Bryan mengandalkan video-video dari youtube. “kebetulan ada yang setiap hari upload video ceramah Master Cheng Yen, kemudian juga ada subtitlenya dalam bahasa Inggris,” terang Bryan. Meski begitu, karena pangsa pasar tujuan dari blog ini adalah anak-anak muda, Bryan pun mencoba mengimbangi isinya agar bisa juga diterima oleh anak-anak muda. “Jangan sampai mereka antipati dan nggak mau buka karena merasa isinya gitu-gitu aja atau materinya terlalu ‘dalam’. Saya juga tarik ulur, terlalu banyak berat, terlalu sedikit juga kita nggak mau sampai meleset tujuan kita,” ungkapnya.

Bersambung ke Bagian 2.

 

  
 

Artikel Terkait

Demi Ajaran Buddha, Demi Semua Mahluk Hidup

Demi Ajaran Buddha, Demi Semua Mahluk Hidup

20 Mei 2013 Terdengar alunan Sutra Sakyamuni  “Namo Ben Shi, Shi Zia Mo Ni Fo” berkumandang, menambah suasana khidmat di pagi hari dengan semilir angin yang lembut membelai wajah.
Sembako di Tengah Himpitan Ekonomi

Sembako di Tengah Himpitan Ekonomi

05 Oktober 2015

Pada Minggu, 27 September 2015, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan Polsek Tambora mengadakan bakti sosial pembagian sembako bagi warga Kelurahan Duri Selatan, Jakarta Barat. Bakti sosial yang berlangsung di Kantor Kelurahan Duri Selatan ini berhasil menyalurkan 1.150 paket sembako.

Dana Kecil Amal Besar

Dana Kecil Amal Besar

26 Oktober 2018

Relawan Tzu Chi Medan Timur mengadakan Sosialisasi Misi Amal Tzu Chi (SMAT) di Sekolah Dharma Bakti, Lubuk Pakam, Deli Serdang, Sumatera Utara, Selasa 23 Oktober 2018. Di sini relawan membagikan celengan dan mensosialisasikan manfaat menabung ke celengan setiap hari kepada siswa-siswa serta para guru.

Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -