Berbagi Kasih di Tahun Baru Imlek

Jurnalis : Noorizkha (He QI Barat), Fotografer : James Yip, Janice (He Qi Barat)

Relawan Tzu Chi pada 22 Februari 2015 melakukan kunjungan ke Panti Werdha Yayasan Kasih Mulia Sejahtera, Bogor

Tahun Baru Imlek yang dirayakan dalam kebudayaan Tionghoa umumnya dilakukan bersama keluarga tercinta. Biasanya orang akan berkumpul dan berbagi angpao bersama keluarga. Pada Tahun Baru Imlek yang kali ini jatuh pada 19 Februari 2015, nampaknya tidak semua warga Tionghoa dapat merayakan bersama keluarganya. Seperti yang dialami oleh opa dan oma di Panti Werdha Yayasan Kasih Mulia Sejahtera, Bogor. Menyadari perlunya memberikan perhatian kepada opa dan oma, maka kegiatan kunjungan kasih yang biasanya dilakukan kepada para penerima bantuan Tzu Chi kali ini diubah dengan mengunjungi opa dan oma. Oleh karena itu pada 22 Februari 2015 sebanyak 50 relawan Yayasan Buddha Tzu Chi melakukan kunjungan ke panti werdha tersebut.

Sejak pukul 07.30 WIB relawan Tzu Chi komunitas (He Qi) Barat telah berkumpul di Sekolah Cinta Kasih Cengkareng, Jakarta Barat. Setelah melalui perjalanan selama 1,5 jam para relawan tiba di Yayasan Kasih Mulia, Bogor. Terdapat 80 opa dan oma yang menghuni panti yang berdiri sejak 1996 ini. Di sana opa dan oma bersama staf telah berkumpul di Aula untuk mengikuti kegiatan. Para relawan memulai acara dengan isyarat tangan, mengajak opa dan oma menyanyi, hingga berdansa. Salah satu oma bernama Sani Dewi mengaku sangat senang mendapat kunjungan dari relawan. Oma berusia 80 tahun ini pun ikut menyumbangkan lagu. Selain menghibur opa dan oma, relawan pun mengajak para staf untuk ikut melakukan isyarat tangan. Kedatangan para relawan mendapat sambutan hangat dari pengurus dan pendiri panti. Eddy Hartanto selaku Ketua yayasan mengaku para opa dan oma memang sangat membutuhkan hiburan dan perhatian agar mereka tidak merasa sendiri terutama di momen tahun baru ini.

Oma Amoy, salah seorang penghunii panti mengaku sangat tersentuh karena dikunjungi relawan, karena selama di panti ia merasa kesepian.

Setelah pembagian angpao kepada opa-oma dan staf, acara dilanjutkan dengan makan siang bersama. Setelah itu relawan berpamitan dan melanjutkan perjalanan menuju Wisma Muara Kasih di Parung. Setibanya di sana, relawan mengajak opa dan oma berkumpul di aula. Salah satu oma bernama Amoy bahkan langsung menitikan air mata ketika melihat kedatangan relawan. Ia mengaku sangat tersentuh karena dikunjungi dan merasa kesepian. Dengan sabar relawan memeluk dan menghiburnya. Setelah berkumpul relawan pun melakukan isyarat tangan dan mengajarkannya kepada opa dan oma. Opa dan oma pun diajak menyanyi dan maju ke depan untuk menyumbangkan lagu bahkan ada salah seorang opa yang memberanikan diri untuk memainkan harmonika. Meski kemampuan berbicaranya sudah tidak jelas, namun opa dapat memainkan harmonikanya dengan baik. Menurut Ibu Vonny selaku Ketua Yayasan di Panti ini penghuninya berasal dari berbagai suku, daerah, dan agama. Di panti yang berdiri sejak 1994 ini terdapat sekitar 80% opa dan oma yang tidak dapat beranjak dari tempat tidur karena sakit atau harus menggunakan kursi roda. Perhatian yang besar tentu sangat dibutuhkan oleh opa dan oma ini. Oma Kakun Yustinah mengaku sangat senang mendapat kunjungan dari relawan. Ia merasa masih ada orang yang peduli dengannya di luar sana. Oma berusia 72 tahun ini berharap dapat segera dikunjungi lagi kelak.

Setelah membagikan angpao dan puas bermain dan tertawa bersama opa dan oma, pukul 15.00 WIB para relawan bersiap pulang. Senyum yang terukir di wajah opa dan oma hari itu terasa sangat indah dan sayang untuk dilewatkan. Momen bersama opa dan oma menjadi momen yang berharga dan tak terlupakan. Air mata kebahagiaan dan haru dari opa dan oma karena dikunjungi menyentuh hati relawan untuk kelak lebih peduli kepada mereka dan tentu saja yang utama terhadap orang tua sendiri. Seperti pesan Master melalui kata perenungannya “Di dunia ini ada dua hal yang tidak dapat ditunda yakni berbakti kepada orang tua dan berbuat baik


Artikel Terkait

Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -