Berbagi Kasih Melalui Pengobatan Degeneratif

Jurnalis : Ivon, Junaedy Sulaiman (Tzu Chi Lampung), Fotografer : Junaedi Sulaiman, Wilson (Tzu Chi Lampung)


Para dokter melayani keluhan dari 258 pasien yang hadir dalam kegiatan baksos pengobatan Degeneratif di Lampung. Kegitan ini dibantu oleh 9 dokter, 10 perawat, 2 apoteker, dan 50 relawan.

Tzu Chi Lampung menggelar Bakti Sosial Pengobatan Degeneratif, di lokasi yang akan menjadi rumah baru Tzu Chi, Kupang Raya, Teluk Betung Utara, Bandar Lampung pada Sabtu, 15 September 2018. Baksos ini dimulai pukul 08.00 hingga 14.00 WIB. Dari 258 pasien yang hadir,  Misnah (40) warga RT 03 Kupang Raya, mengungkapkan rasa senangnya karena baksos degeneratif ini diselenggarakan.  “Senang ya, karena ada pengobatan seperti ini. Jadi kami bisa ikut periksa kesehatan,” ungkap Misnah. Sementara itu Sameah (60) juga menambahkan, “Semoga nanti ada lagi pengobatan-pengobatan begini, jadi bisa bantu warga yang kurang mampu,” tuturnya.

Ada salah satu pasien yang juga menarik perhatian kami, yakni Bapak Yan Fu (66) yang merupakan salah satu pasien yang mempunyai keluhan akan kadar kolestrol dan asam urat. Ia memang sudah tua, tapi masih semangat dan bisa berjalan dengan lancar. “Sekarang ini cuma  mau cek lagi aja bu, karena saya juga punya asam urat dan kolesterol,” ungkap Yan Fu.

Pada baksos pengobatan degeneratif ini terdapat 50 relawan yang turut melayani para pasien dan memberikan informasi atau penyuluhan tentang kesehatan. Lis Linggarningsih dan Junaedy Sulaiman, relawan Tzu Chi yang bertugas untuk memberikan informasi kesehatan tidak lupa memperkenalkan Tzu Chi kepada para pasien.


Junaedy menyampaikan sosialisasi tentang prinsip-prinsip Tzu Chi, yakni sikap bersyukur, menghormati, dan cinta kasih universal di hadapan para pasien baksos degeneratif, 15 September 2018.

Lis Linggarningsih sedang berbincang-bincang dengan Ibu Misnah dan Ibu Sameah, dua peserta baksos yang akan mengikuti sosialisasi.

“Banyak orang yang bertanya, kenapa sih harus ada kata Buddha-nya? Nah, jadi pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi beragama Buddha dan beliau adalah seorang Bikkhuni. Tapi, kita membantu tanpa memandang ras, suku, budaya dan agama,” jelas Lis Linggarningsih. Junaedy Sulaiman juga menjelaskan mengenai prinsip Tzu Chi, “Bersyukur, menghormati, dan mampu meberikan cinta kasih kepada semua makhluk adalah prinsip Tzu Chi yang harus kita jalankan” ungkap Junaedy.

Pada kegiatan baksos degeneratif ini, Tzu Chi juga mengundang beberapa pasien penerima bantuan  Tzu Chi untuk ikut serta menjadi relawan. Di antaranya adalah Nurlela dan Martha. Nurlela adalah salah satu pasien yang menderita tumor kulit di wajahnya, sehingga ia harus menjalani beberapa kali operasi untuk mengangkat tumor di wajahnya. Ia sudah 2 tahun melakukan pengobatan dengan dibantu Tzu Chi. “Saya sudah 4 kali operasi, nanti bulan Januari mau operasi lagi. Kali ini akan operasi plastik,” ungkap Nurlela. Ikut dalam baksos, membuat Nurlela merasa senang karena bisa mengenal banyak orang dan membuatnya memiliki banyak teman. “Saya seneng bisa diajak menjadi relawan, ramai di sini,” imbuhnya.


Ali kuku Shixiong sedang menjawab pertanyaan peserta baksos mengenai pengertian baksos degeneratif.

Nurlela (kanan) pasien kanker kulit dan Martha (kiri), pasien kanker payudara yang sudah dibantu oleh Tzu Chi pun bersedia untuk ikut menjadi relawan melayani para pasien lainnya.

Selain Nurlela, Martha yang merupakan penerima bantuan Tzu Chi. Ia adalah pasien kanker payudara stadium 3 juga ikut menjadi relawan Tzu Chi. Martha menjadi pasien Tzu Chi sejak bulan Mei 2018. “Sekarang kata dokter sudah sembuh, tapi katanya kanker saya ini termasuk kanker yang mudah tumbuh, jadi harus ada pengobatan yang obatnya nggak di-cover BPJS,” ungkap Martha. Namun kesedihannya itu tidak ia rasakan, karena hatinya merasa senang bisa bergabung dengan Tzu Chi menjadi relawan. “Saya seneng bisa ikut jadi relawan, banyak teman, ramai, besok kalau ada acara pasti ingin ikut lagi,” tambah Martha.

Kegiatan baksos pengobatan Degeneratif ini dibantu oleh beberapa tenaga medis, yakni 9 dokter, 10 perawat, dan 2 apoteker. Melalui bantuan dari tenaga medis, kegiatan ini juga berjalan dengan lancar. Relawan juga mengajak peserta baksos untuk melakukan shou yu (isyarat tangan) lagu Satu Keluarga secara bersama-sama. “Jadi, baik jauh atau dekat, kenal atau tidak kenal, kita adalah satu keluarga, saling menghormati, dan menyayangi,” ungkap Lis Linggarningsih menjelaskan makna lagu Satu Keluarga.

 

Editor: Metta Wulandari

 


Artikel Terkait

Berbagi Kasih Melalui Pengobatan Degeneratif

Berbagi Kasih Melalui Pengobatan Degeneratif

17 September 2018
Tzu Chi Lampung menggelar Bakti Sosial Pengobatan Degeneratif, di lokasi yang akan menjadi rumah baru Tzu Chi, Kupang Raya, Teluk Betung Utara, Bandar Lampung pada Sabtu, 15 September 2018 dengan jumlah pasien sebanyak 258. 
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -