Berbagi Semangat Tzu Chi Kepada Para Calon Pastor

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari

Senin, 23 November 2015, para pastor dan frater dari Wisma Xaverian Cempaka Putih melakukan kunjungan ke Aula Jing Si, PIK, Jakarta Utara.

Senin, 23 November 2015, para pastor dan frater (calon pastor) dari Wisma Xaverian Cempaka Putih, Jakarta Pusat melakukan kunjungan ke Aula Jing Si, PIK, Jakarta Utara. Sebanyak 3 pastor, 16 frater, dan satu jemaat ditemani oleh relawan Tzu Chi berkeliling aula selama kurang lebih satu setengan jam.

Yurida, jemaat Wisma Xaverian yang menginformasikan keberadaan Tzu Chi di Jakarta merasa senang karena kunjungan tersebut akhirnya terlaksana. “Saya lihat Tzu Chi sangat bagus dalam hal melayani sesama, kemanusiaannya, dan sama sekali tidak memandang perbedaan agama,” ucapnya. Latar belakang itulah yang membuat Yurida banyak bercerita mengenai Tzu Chi kepada teman-temannya, termasuk kepada Kepala Wisma Xaverian Pastor Vitus Rubianto.

Yurida merupakan seorang tenaga pengajar Kelas Pilates di Tzu Chi University Continuing Education Center (TCUCEC) sejak tahun 2012 lalu. Sejak saat itu pula ia mengenal Tzu Chi beserta nilai-nilai kemanusiaan yang diusung. “Sepanjang saya mengajar, kurang lebih saya juga mengenal Tzu Chi yang bersumbangsih begitu besar ke masyarakat banyak,” katanya.

Yurida (baju putih), jemaat Wisma Xaverian yang menginformasikan keberadaan Tzu Chi di Jakarta merasa senang karena kunjungan tersebut akhirnya dapat terlaksana.

Banyak hal yang dibagikan oleh relawan kala menemani rombongan pastor dan frater berkeliling Aula Jing Si. Hal yang dituturkan kurang lebih berkaitan dengan semangat dan filosofi Master Cheng Yen dalam memberikan bantuan.

Dalam kesempatan tersebut, ia pun mengutip khotbah Pastor Vitus Rubianto atau Pastor Rubi yang selalu mengingatkan jemaatnya untuk tidak lupa bersumbangsih kepada masyarakat banyak. “Makanya saya ingin kenalkan beliau, frater dan pastor semua dengan Tzu Chi,” tambah Yurida.

Sementara itu, Pastor Rubi begitu antusias ketika salah satu jemaatnya menawarkan diri untuk memperkenalkan Tzu Chi secara lebih mendalam. “Saya memang sudah lama ingin tahu tentang Tzu Chi karena selama ini hanya mendengar sepak terjangnya saja,” ucapnya seraya tersenyum.

Banyak hal yang dibagikan oleh relawan kala menemani rombongan frater dan pastor berkeliling Aula Jing Si. Hal yang dituturkan kurang lebih berkaitan dengan semangat dan filosofi Master Cheng Yen dalam memberikan bantuan. “Prinsip biksuni di Griya Jing Si adalah kemandirian: Sehari tidak bekerja, sehari tidak makan,” jelas Ricky, salah satu relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Utara.

Para frater menerima celengan bambu yang merupakan cikal bakal berdirinya Tzu Chi.

Yudhistira, seorang frater asal Jawa Tengah menilai bahwa cinta kasih yang disebarkan oleh Tzu Chi adalah tanpa pamrih saat ia memberikan sharing usai berkeliling aula.

Relawan juga menekankan bahwa semangat bersumbangsih yang diwariskan Master Cheng Yen kepada murid-muridnya tidak mengenal keharusan. “Harus beragama Buddha, harus menjadi donatur, harus donasi sekian. Tidak, Tzu Chi tidak seperti itu,” tegas Ricky, “Master Cheng Yen justru mewariskan semangat bersumbangsih melalui ‘Dana Kecil, Amal Besar’ dari celengan bambu yang merupakan cikal bakal berdirinya Tzu Chi.”

Usai berkeliling dan menerima penjelasan dari masing-masing Misi Tzu Chi, Pastor Rubi terkesan. “Rupanya semangat rela dalam kerelawanan yang zaman sekarang semakin mahal, di Tzu Chi malah betul-betul ditekankan. Kemandirian dan keyakinan yang dimiliki relawan sungguh luar biasa. Keakraban dan keharmonisan mereka sudah sangat kuat,” ucap pastor yang telah 10 tahun menetap di Roma, Italia ini.

Yudhistira, seorang frater (calon pastor) asal Jawa Tengah pun menilai bahwa cinta kasih yang disebarkan oleh Tzu Chi adalah tanpa pamrih. “Di sini semua dilakukan dengan cinta kasih dan membuat saya pribadi belajar untuk memberikan pelayanan tanpa mengeluh dan menyadari bahwa dalam memberikan cinta kasih tidak sepatutnya kita berkeluh kesah,” tuturnya memberikan sharing.

Ivan, frater asal Batam kemudian menambahkan bahwa Tzu Chi seakan membuatnya bertekad bahwa suatu saat nanti ia akan menjadi pemimpin umat yang tidak hanya bisa membimbing umat dengan kata-kata namun juga memberikan pelayanan kepada mereka. “Ini karena saya terinspirasi oleh kata-kata perenungan Master Cheng Yen yang bagus. Tapi kata-kata tersebut tidaklah berarti apabila tidak dilaksanakan dan tidak diwujudkan. Maka dari itu saya ingin mencontoh relawan Tzu Chi yang senantiasa mempraktikkan kata-kata indah Master Cheng Yen,” pungkasnya diiringi tepuk tangan.


Artikel Terkait

Menanamkan Jiwa Kebajikan Sejak Usia Dini

Menanamkan Jiwa Kebajikan Sejak Usia Dini

27 September 2018
Usia dini adalah masa yang paling tepat untuk menanamkan sifat kebajikan serta rasa cinta kepada lingkungan. Kemarin, Rabu 26 September 2018, siswa-siswi SD BPK Penabur Bandung berkunjung ke Aula Jing Si Tzu Chi Bandung. Mereka dikenalkan tentang Tzu Chi, mulai dari sejarah, misi-misinya, termasuk Misi Pelestarian Lingkungan.
Silaturahmi Suster Katolik Carolus Borromeus

Silaturahmi Suster Katolik Carolus Borromeus

26 Januari 2018
Sabtu, 13 Januari 2018 sebanyak 15 relawan menyambut kedatangan rombongan 12 Suster dari Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih St. Carolus Borromeus. Kali ini suster yang datang adalah yang berkarya di bidang pendidikan
Belajar dari Semangat Garsel

Belajar dari Semangat Garsel

15 April 2016
Acara perkenalan Tzu Chi yang dibawakan oleh rekan dari DAAI TV Indonesia di ruang Galeri DAAI berjalan lancar dan meriah karena semangat dari rombongan ini yang mau menyimak dengan baik walaupun memakan waktu lebih kurang 1,5 jam.
Berlombalah demi kebaikan di dalam kehidupan, manfaatkanlah setiap detik dengan sebaik-baiknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -