Bersedialah Menjadi Donor Sumsum Tulang

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Henny Yohannes (He Qi Utara 2), Fotografer : Khusnul Khotimah, Edie (TIMA Indonesia)


Dr Chi Cheng Li, Director Center of Stem Cell & Precision Medicine dari Hualien Tzu Chi Hospital menjelaskan, jumlah donor  di Hualien juga mulai dari enam orang, tapi sekarang sudah ada ratusan ribu donor.

Tzu Chi Hospital PIK yang pembangunannya akan rampung bakal punya dua keunggulan; rawat paliatif dan transplantasi sumsum tulang. Layanan transplantasi sumsum tulang yang akan dibuat oleh Tzu Chi Indonesia adalah suatu layanan yang benar, yang sesuai standar. Karena itu Tzu Chi sangat serius, salah satunya serius dalam mensosialisasikannya, baik kepada para tim medis juga kepada masyarakat luas.

Pekan lalu Sabtu 10 Agustus 2019, TIMA Indonesia mengadakan dua seminar tentang layanan transplantasi sumsum tulang ini.  Seminar yang ditujukan bagi tim medis di antaranya menguliti tentang tindakan transplantasi sumsum tulang seperti apa, perawatannya, juga pengobatannya. Sementara seminar bagi masyarakat umum menjelaskan apa sebetulnya transplantasi sumsum tulang ini. Melalui seminar ini, TIMA Indonesia ingin menggerakkan hati orang-orang untuk mulai berpikir menjadi donor sumsum tulang.

“Sekarang tidak susah mencari donor darah, tapi untuk sumsum tulang kan beda karena ada tindakan yang sifatnya operasi. Dan ini menyangkut anak-anak kita, misalnya talasemia, leukimia anak di mana banyak anak tidak tertolong. Karena itu mungkin juga mudah menggerakkan hati orang untuk menjadi donor,” kata Dr Tonny Christianto Ms, Sp.B, MM, Wakil Ketua Harian TIMA Indonesia.

Dr Chi Cheng Li, Director Center of Stem Cell & Precision Medicine dari Hualien Tzu Chi Hospital menjelaskan bagaimana persiapan menjadi donor sumsum tulang. Sebagai syarat donor, calon donor akan diperiksa apakah memiliki penyakit menular di darahnya.


Dr Tonny Christianto Ms, Sp.B, MM, Wakil Ketua Harian TIMA Indonesia mengatakan transplantasi sumsum tulang memang sangat terkait dengan sumber daya manusia. 

“Jadi yang mau donorkan sumsum tulangnya bebas dari penyakit seperti hepatitis B, hepatitis C, HIV/ AIDS, sipilis, dan beberapa virus serta bakteri langka yang menyebabkan toksoplasma. Yang paling penting kita memastikan calon donor jangan sampai ada HIV di darahnya,” jelas Dr Chi Cheng Li.

Calon donor juga akan menjalani pemeriksaan umum, misalnya pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati dan fungsi ginjal yang harus normal.

Bank Sumsum Tulang 
Dr Chi Cheng Li juga bercerita bahwa di Hualien Tzu Chi Hospital saat ini sudah terhimpun lebih dari 400 ribu donor dan mempunyai tingkat kecocokan hingga 60 persen. Karena itu bagi yang punya keturunan Tionghoa, dan mencari donor sumsum tulang ke Hualien Tzu Chi Hospital, kemungkinannya 40 persen cocok.

“Tapi bagi anda yang tidak ada turunan Tionghoa, anda tidak perlu khawatir karena tahun depan di Jakarta (Tzu Chi Hospital PIK) akan menduplikasi apa yang dilakukan di Taiwan dan punya bank sendiri. Kalau sudah terbentuk, tidak hanya bisa melayani pasien Indonesia tapi juga saudara-saudara kita di Malaysia,” tambahnya. 

Jika berbicara tentang layanan transplantasi sumsum tulang, salah satu kunci keberhasilannya adalah adanya bank sumsum tulang. Keberadaan bank sumsum tulang sangat perlu karena bank ini akan mencatat donatur dari sumsum tulang.

“Bagaimana kita bisa mentransplantasi kalau tidak ada donor-nya. Jadi tahap awal dari persiapan pusat transplantasi sumsum tulang itu kita harus bentuk bank sumsum tulangnya, ada dulu donor yang tercatat. Kalau ada yang butuh donor sumsum tulang tinggal cari,” jelas Dr Tonny yang juga Direktur RS Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng ini.

Di Indonesia, tambah Dr Tonny, sudah ada beberapa rumah sakit yang melakukan transplantasi sumsum tulang tapi bukan dalam konteks sistem center yang benar. Apalagi bank-nya belum ada dan biasanya dikerjakan di luar negeri.

Transplantasi sumsum tulang memang sangat terkait dengan sumber daya manusia dan sumber dana. Terutama untuk sumber daya manusianya, mengingat ini sangat high tech dan juga high knowledge.

“Jadi tingkat ilmu pengetahuan yang tinggi dengan laboratorium dan teknologi yang tinggi. Kalau sudah ada tenaga, kita bisa. Perkiraan saya kalau kita kerjakan dengan baik, mungkin kita butuh penyiapan tenaga manusia paling lama dua tahun,” tambah Dokter Tonny. 

Dr Edi Setiawan Tetuheru, SpA..(K) dari Rumah Sakit Kanker Dharmais juga menjadi pembicara dalam seminar yang terbuka untuk umum ini. Dr Edi sendiri yakin jika Tzu Chi Hospital PIK bisa menduplikasi apa yang sudah dilakukan di Tzu Chi Hospital di Taiwan.

“Karena ini sama-sama Tzu Chi saya rasa sangat tepat kalau menggandeng rumah sakit Tzu Chi di Taiwan yang sudah maju dan lebih dulu melakukan hal ini,” ujarnya.

Menjadi Donor
Dalam paparannya, dokter Edi juga mengajak para peserta untuk bersedia menjadi donor sumsum tulang.


Dr Edi Setiawan Tetuheru, SpA..(K) dari Rumah Sakit Kanker Dharmais mengajak kepada para peserta, setelah Tzu Chi Hospital jadi bersedialah menjadi donor. 

“Transplantasi sumsung tulang ini kan tidak seperti transplantasi lainnya. Artinya ketika mereka menjadi donor, orang pasti ingin berbuat baik. Hanya saja kadang masih berpikir kok masih harus bayar. Tapi kalau ini yang bayar Tzu Chi,” tambahnya.

Dokter Edi berharap tujuan Tzu Chi untuk membantu pasien-pasien di Indonesia dengan dasar cinta kasih ini dapat terlaksana dengan baik. Dokter Edi yang membaktikan hidupnya pada anak-anak yang menderita kanker ini punya harapan besar agar anak-anak Indonesia yang terkena kanker lebih mudah berobatnya.

Ini adalah suatu hal yang positif karena artinya makin banyak anak-anak yang membutuhkan prosedur ini dapat ditangani oleh negara kita sendiri,” pungkasnya.  

Informasi yang Dibutuhkan Masyarakat
Animo para peserta untuk mengetahui bagaimana cara dan syarat menjadi donor cukup tinggi. Di tiap sesi pertanyaan digunakan para peserta untuk mencari jawaban dari rasa penasaran mereka.    


Makin kuat keinginan Nini (kiri) menjadi donor sumsum tulang setelah mengikuti seminar ini.

Sebelum datang ke seminar ini Nini (40), salah satu peserta mengaku sudah berniat untuk menjadi donor sumsung tulang. Tapi setelah mendengar penjelasan para dokter yang sudah ahli di bidangnya ini, makin kuatlah keinginan ia menjadi donor.

“Awam banget sih enggak (soal donor sumsum tulang) karena ada beberapa teman yang kena kanker. Jadi saya sudah ada niat untuk menjadi donor, kalau memang bisa membantu kenapa tidak? Nggak masalah kalau kita yang dioperasi,” katanya.

Begitu juga dengan Titik Harijanto. Awalnya Titik kurang memiliki informasi tentang transplatasi sumsum tulang, tetapi dari seminar ini ia mendapatkan banyak pengetahuan baru. Termasuk tentang Tzu Chi Indonesia yang akan mendirikan rumah sakit yang akan memfasilitasi donor sumsum tulang dan juga pasien yang membutuhkan sumsum tulang. Baginya informasi ini sangat penting dan bisa dibagikan ke teman atau orang yang butuh informasi tersebut. Bila ada kesempatan dan berjodoh ia pun bersedia menjadi donor sumsum tulang. 


Titik Harijanto mendapatkan banyak pengetahuan baru. 

“Ini merupakan suatu kemajuan, saya sangat terharu karena Tzu Chi bisa memikirkan dan akan mewujudkan rumah sakit yang dapat memberikan  manfaat bagi banyak orang,” kata karyawan swasta ini.

Di seminar ini, Titik mengajak serta ibunya yang berusia 76 tahun. Ibunya mengalami sakit di kakinya, sehingga mulai bengkok dan berbentuk O. Kebetulan sekali di seminar ini, ia juga mendapatkan informasi tentang pengobatan stem cell di RS Tzu Chi Hualien Taiwan yang bisa mengobati sakit ibunya.

“Saya merasa sangat beruntung sekali bisa hadir dan mengikuti seminar hari ini. Walaupun informasinya kami harus menunggu mendapatkan izin dari pemerintah sebelum melakukan pengobatan di sana,” ujarnya.

Editor: Arimami SA.


Artikel Terkait

Bersedialah Menjadi Donor Sumsum Tulang

Bersedialah Menjadi Donor Sumsum Tulang

14 Agustus 2019

Pekan lalu Sabtu 10 Agustus 2019, TIMA Indonesia mengadakan dua seminar tentang layanan transplantasi sumsum tulang ini. Seminar bagi masyarakat umum menjelaskan apa sebetulnya transplantasi sumsum tulang ini. Melalui seminar ini, TIMA Indonesia ingin menggerakkan hati orang-orang untuk mulai berpikir menjadi donor sumsum tulang.

Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -