Budaya Humanis di Segala Aspek Pendidikan

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari


Tsai Ping Kun, Ketua Misi Pendidikan Tzu Chi Taiwan kembali mengadakan seminar pendidikan. Kali ini seminar yang diadakan pada 10 Agustus 2018 tersebut ditujukan untuk para guru sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Setelah sebelumnya mengadakan Jing Si Talk bertema Kekuatan dari Pendidikan yang ditujukan untuk masyarakat umum, Tsai Ping Kun, Ketua Misi Pendidikan Tzu Chi Taiwan kembali mengadakan seminar yang sama. Bedanya, seminar yang diadakan pada 10 Agustus 2018 tersebut ditujukan untuk para guru sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Ada lebih dari 300 guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng dan Sekolah Tzu Chi Indonesia yang memenuhi Auditorium Konferensi Internasional, lantai 3 Aula Jing Si, tempat seminar diadakan.

“Hari ini saya sangat senang bisa berbagi pengalaman dengan semua guru di sini karena saya juga seorang guru,” kata Tsai Ping Kun membuka sharingnya. Di hadapan para guru, ia juga memaparkan materi yang tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya ia bawakan bahwa, 3 poin yang menjadi fokus utama dalam mendidik anak adalah dengan cinta kasih, prinsip keteguhan, dan memberi kesempatan agar anak-anak dapat mengembangkan potensinya. Ketiga poin ini juga merupakan pokok pikiran yang ia tuangkan dalam bukunya yang berjudul: The Power of Education.

Tsai Ping Kun menggarisbawahi masing-masing poin tersebut untuk diingat oleh para guru. Pasalnya baik di Sekolah Cinta Kasih maupun Sekolah Tzu Chi Indonesia adalah sekolah yang menekankan pendidikan berbasis cinta kasih dan budaya humanis.


Ada lebih dari 300 guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng dan Sekolah Tzu Chi Indonesia yang memenuhi Auditorium Konferensi Internasional, lantai 3 Aula Jing Si, tempat seminar diadakan.

“Pendidikan di sekolah luar mungkin banyak yang tujuannya membuat nilai siswa semakin baik. Tapi tidak cukup di sana, sekolah kita lebih baik dari sekolah lain karena kita mengajarkan budaya humanis. Jadi kita bukan hanya mengajar pelajaran tapi kita mengajarkan mereka menjadi manusia yang baik,” ungkap Tsai Ping Kun. Dirinya juga menekankan bahwa pendidikan budaya humanis sama sekali tidak bermaksud membebani siswa tapi sebaliknya akan bisa menjadi karakter sekolah serta membentuk karakter siswa menjadi lebih baik.

Hal tersebut dibenarkan oleh Pahru, Wakil Kepala SD Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng. Selama 15 tahun bergabung dengan Sekolah Cinta Kasih, Pahru merasa mempunyai kebanggan tersendiri karena keunikan sekolahnya. “Ini adalah kebanggaan, khusus ketika kami bertemu teman-teman dari sekolah lain atau kepala dinas, atau siapa pun, mereka pasti antusias dengan ciri khas sekolah kami,” kata Pahru. Apalagi ketika mengetahui program pelestarian lingkungan di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, yang mengharuskan siswa membawa dan memilah sampah pada Selasa dan Kamis. “Banyak sekolah yang kini mengadopsi program tersebut. Selain untuk membantu Jakarta dalam menanggulangi sampah tentu ini juga memberikan pendidikan yang positif bagi siswa,” imbuhnya.


Pahru (kedua dari kiri), Wakil Kepala SD Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng merasa mempunyai kebanggaan tersendiri karena keunikan dan karakter cinta kasih serta budaya humanis yang dimiliki oleh Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng.

Pahru pun mengaku bersyukur bisa mendengarkan sharing yang dibawakan oleh Tsai Ping Kun. Baginya pendidikan bisa didapat dari mana saja, terlebih dari mereka yang sudah piawai dalam bidangnya. “Hari ini saya senang karena bisa mendapatkan update informasi, update pengetahuan lagi,” katanya. Ia berharap nantinya Sekolah Cinta Kasih maupun Sekolah Tzu Chi Indonesia terus mampu mengembangkan diri dalam mendidik generasi masa depan.

Sementara itu Tsai Ping Kun mengingatkan para guru untuk terus percaya akan kekuatan pendidikan, menggenggam niat awal menjadi seorang guru, mengisi pengetahuan dengan membaca buku-buku Master Cheng Yen, dan tidak lupa menyempatkan waktu untuk berkegiatan Tzu Chi. Di akhir sesi, ia juga berharap bisa bertemu dengan guru-guru ini di lain kesempatan. “Semoga nanti guru-guru di sini bisa pulang ke Taiwan dan datang ke Hualien untuk bersama-sama melakukan pertukaran pengalaman dan belajar dengan guru di sana agar dapat merasakan budaya humanis di Sekolah Tzu Chi karena kita semua adalah satu keluarga,” harapnya.

Editor: Yuliati

Artikel Terkait

Seminar Pendidikan Tzu Chi University Taiwan di Medan

Seminar Pendidikan Tzu Chi University Taiwan di Medan

10 Oktober 2019

Tzu Chi University Taiwan ikut mengambil bagian dalam pameran Taiwan Higher Education Fair 2019 yang diadakan di Santika Premier Dyandra Hotel selama 2 hari, yakni 29 dan 30 September 2019. Di sana seluruhnya  ada 45 stand yang diisi berbagai universitas dari Taiwan.

Hal-hal yang Sering Luput dari Perhatian Guru

Hal-hal yang Sering Luput dari Perhatian Guru

06 November 2018

Perkembangan dan well being pada anak dipaparkan secara mendalam oleh Elizabeth Santosa, seorang psikolog anak dalam seminar pendidikan yang diadakan Tzu Chi Indonesia pada Sabtu, 3 November 2018. Sementara bagaimana mendidik karakter anak di tengah pesatnya kemajuan teknologi di sampaikan dengan gamblang oleh Prof. Dr. H. Arief Rachman, M.PD.

Menjadi Pengajar Sekaligus Pembelajar

Menjadi Pengajar Sekaligus Pembelajar

28 Agustus 2019
Pelatihan Relawan Pendidikan ke-2 diadakan pada Sabtu, 24 Agustus 2019. Kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 200 orang peserta, terdiri dari para relawan Tzu Chi di Misi Pendidikan dan juga guru-guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi.
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -