Bulan Kebahagiaan Penuh Berkah

Jurnalis : Djunarto (He Qi Timur), Fotografer : Neysa (He Qi Timur)
 

fotoAcara komite dan relawan Tzu Chi mempersembahkan lilin, bunga dan buah kepada para Buddha sebagai tanda bersyukur di bulan 7 imlek, yakni bulan kebahagiaan yang penuh berkah.


Hati yang baik akan merasakan kebahagiaan surgawi, pikiran yang buruk akan mengalami penderitaan neraka. (Master Cheng Yen)

Satu barisan komite (relawan yang berkomitmen untuk senantiasa bergerak di jalan Tzu Chi –red) berbaris dengan rapi memasuki aula Rumah Sakit Khusus Bedah Cinta Kasih Tzu Chi. Langkah mereka penuh kesadaran, membawa lilin, bunga, maupun buah untuk dipersembahkan kepada para Buddha.

Langkah demi langkah diiringi alunan “Sutra Amitartha” menciptakan suasana khusyuk dan luhur. Kemudian, terdengar suara pembawa acara Jia Wen Yu Shijie mempersilakan para relawan yang hadir untuk berdiri dan bersikap anjali, kemudian dilanjutkan dengan menjalankan pradaksina “Rau Fo Rau Fa“ atau berjalan dengan penuh kesadaran.

Makna Bersukacita
Acara tanggal 23 Agustus 2009 ini bertema “bersuka cita dan bersyukur dalam bulan tujuh imlek penuh berkah“. Kegiatan hari itu memang dirancang dalam memperingati bulan tujuh imlek, yang menurut tradisi Tionghoa selalu identik dengan “Bulan Hantu”. Video rekaman ceramah Master Cheng Yen pun diputar untuk memberikan pemahaman tentang makna sebenarnya peringatan bulan tujuh tanggal 15 imlek.

Tradisi cioko atau ulambana identik dengan Bulan Hantu. Masyarakat berbondong-bondong membakar ribuan dupa di kelenteng dan mempersembahkan sesajian dengan aneka binatang persembahan untuk “menenteramkan“ para arwah gentayangan, agar mereka yang hidup di alam setan ini tidak mengganggu manusia.

foto  foto

Ket : -Dengan langkah kaki yang terpusat dan penuh kesadaran, barisan komite Tzu Chi mempersembahkan lilin,           bunga dan buah kepada para Buddha. kiri)
       - Akhir dari doa bersama, para relawan memberikan dana amal untuk meringankan beban para korban          bencana topan Morakot yang melanda Taiwan Selatan.. (kanan)

Kehidupan masyarakat kini yang semakin moderen, seharusnya bersikap lebih arif dalam menyikapi makna Pu Du (Ulambana) yang sebenarnya. Master Cheng Yen membabarkan Dharma mengenai silsilah Ulambana. ”Bulan ini merupakan bulan bersyukur dan saat yang tepat untuk membalas budi terhadap orangtua kita, terhadap makhluk hidup, serta terhadap seluruh alam semesta,” kata Master Cheng Yen. “Pu“ berarti melingkupi/mencakup seluruh alam semesta, baik darat, laut, dan udara maupun alam setan kelaparan serta alam binatang. Sementara “Du” berarti menyelamatkan makhluk yang menderita. Ulambana ini bukan hanya dilaksanakan satu hari saja, namun terus-menerus tanpa henti. Bila kita mempersembahkan darah maupun daging  kepada alam setan justru menambah efek karma buruk, karena sesungguhnya alam setan ini menunggu matangnya karma baik dan kondisi untuk terlahir lagi sebagai makhluk lain/reinkarnasi. Di dalam Sutra Ksitigarbha Bodhisatwa disebutkan bahwa bilamana ingin membantu mereka dan mengurangi karma negatif yang muncul, yang harus dilakukan adalah mendoakan mereka dengan hati yang tulus.

Masa Untuk Meningkatkan Kebijaksanaan
Di dalam Pancasila Buddhis (lima pengendalian diri dasar bagi umat Buddha -red), sila pertama dengan jelas menyebutkan Hindari Pembunuhan. Sejauh ini analogi orang awam adalah bilamana tidak menyaksikan pembunuhan, maka sah saja. Namun perlu dicermati bahwa suplai makanan tidak diperlukan bilamana tidak ada permintaan. Lima kelemahan manusia adalah keserakahan, kegelapan batin, kebencian, kesombongan, serta keraguan. Inilah sebenarnya yang harus kita latih terus-menerus, agar tidak menjadi akar permasalahan hidup bagi kita. Tiap-tiap alam mempunyai koridor sendiri dan tidak saling mengganggu satu sama lain, begitu juga alam setan. Berusaha menjaga perilaku yang baik dan bervegetarian dalam bulan tujuh imlek ini harus kita utamakan dibandingkan dengan membakar kertas sembahyang yang ribuan lipat jumlahnya hanya untuk keuntungan pribadi, yang dampaknya bukan hanya menyebabkan dunia makin panas oleh efek global warming. “Paling baik adalah mengubah kertas sembahyang menjadi uang sungguhan untuk membantu bencana internasional maupun nasional,” kata Master Cheng Yen.

 

foto  foto

Ket : - Dengan khusyuk, para relawan Tzu Chi berdoa bersama agar dunia terhindar dari bencana. (kiri)
          - Sharing dari beberapa relawan mengenai vegetarian di bulan 7 imlek ini mendapat sambutan hangat dari           para relawan yang mengikuti acara ini. (kanan)

Kenapa bulan tujuh tanggal 15 imlek dikatakan sebagai bulan penuh sukacita? Pada masa Buddha Gautama, rentang waktu 3 bulan di antara bulan 4 tanggal 15 imlek sampai dengan bulan 7 tanggal 15 imlek, para Bikshu sangat kesulitan melaksanakan pindapatta (menerima dana makanan –red) dari rumah ke rumah umat karena cuaca di india sedang sangat panas. Pada saat itu alas kaki belum ada, ditambah lagi dengan musim penyakit menular yang sangat rentan. Maka itu, Buddha memutuskan untuk memerintahkan semua muridnya agar berdiam di kuti / wihara saja, sambil melakukan meditasi pengheningan diri yang disebut masa vassa. Selama masa vassa tersebut, para murid Buddha digembleng dengan uraian Dharma, dan ada masa tertentu para murid dipanggil satu persatu untuk menceritakan pengalaman spritualnya kepada Buddha. Rata-rata para murid memperoleh buah kebijaksanaan selama masa vassa tersebut. Buddha sangat bersukacita pada saat itu. Para umat yang ingin berdana diperbolehkan menuju tempat persemayaman Buddha bersama para murid-muridnya. Demikian Master Cheng Yen menguraikan arti bulan tujuh imlek yang selalu diperingati para relawan Tzu Chi sebagai bulan penuh berkah dan penuh sukacita.

 
 

Artikel Terkait

Membangun Kebiasaan Donor Darah Warga Kota Batam

Membangun Kebiasaan Donor Darah Warga Kota Batam

17 Oktober 2016

Untuk membentuk kebiasaan berdonor darah warga Kota Batam, Yayasan Buddha Tzu Chi Batam rutin menggelar kegiatan baksos donor darah. Seperti yang digelar di BSC Mall pada Minggu,16 Oktober 2016.  

Ketulusan Hati Seorang Pengajar

Ketulusan Hati Seorang Pengajar

05 Desember 2012 Melihat keadaan ini, hati para insan Tzu Chi Indonesia tergerak dengan rasa belas kasih. Di tahun 2004, Tzu Chi khusus membangun sebuah pemukiman yang lebih layak dan manusiawi bagi mereka. Pemukiman tersebut kelak disebut Perumahan Cinta Kasih Muara Angke.
Suara Kasih: Menyelami Dharma

Suara Kasih: Menyelami Dharma

30 Mei 2011
Sungguh, agar masyarakat dapat aman dan selamat, kita harus menyelaraskan pikiran. Bila pikiran tidak selaras, maka akan terjadi bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia sehingga warga tidak dapat hidup tenteram.
Melatih diri adalah membina karakter serta memperbaiki perilaku.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -