Dapat IPK Sempurna, Inilah Motivasi Novrin

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah

Bagi Novrin, IPK yang sempurna bukanlah tujuan utama. Ia belajar dengan sungguh-sungguh karena yang dipelajarinya menyangkut nyawa manusia.

Namanya Novrin Sensela Putri, mahasiswi penerima beasiswa Tzu Chi yang kini menempuh pendidikan keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus, Jakarta. Prestasinya mengagumkan, ia meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 4,0 di semester I dan II. Namun bagi Novrin, IPK yang sempurna bukanlah tujuan utama. Ada hal yang lebih penting dari itu.

Pagi itu, Novrin (20) bersama puluhan penerima beasiswa Tzu Chi tampak serius menyimak motivasi yang diberikan oleh Haryo Suparmun, Relawan Tzu Chi yang juga dosen di Universitas Trisakti. Gathering penerima bantuan beasiswa Tzu Chi yang digelar di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Minggu 23 Oktober 2016 ini digelar agar para penerima beasiswa fokus menggapai cita-cita.

Bagi Novrin, gathering penerima beasiswa Tzu Chi selalu memberikan wawasan dan juga inspirasi. Karena itu ia rutin datang dan menyimak dengan sungguh-sungguh. Kesungguhan saat dosen menerangkan juga menjadi hal utama bagi Novrin.

“Kalau untuk dapat IPK-nya sendiri, bingung juga sih sebenarnya. Soalnya saya bukan orang yang terlalu rajin dan bisa mengatur waktu dengan baik. Cuma harus konsentrasi kalau lagi belajar. Meskipun kita tidak banyak menghabiskan waktu untuk belajar tetapi ketika dosen menerangkan itu kita mengerti. Jadi saat kita review meskipun sesaat langsung mengerti,” kata Novrin.

Bagi Novrin, IPK yang sempurna bukanlah tujuan utama. Ia belajar dengan sungguh-sungguh karena yang dipelajarinya menyangkut nyawa manusia. Ia ingin dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat.

“Kalau saya bisa belajar dengan baik, sebenarnya bukan selalu prestasi yang kita kejar. Kita berkecimpung di dunia keperawatan otomatis kalau kita belajarnya asal-asalan, kemungkinan pelayanan kita kepada masyarakat juga asal-asalan. Seandainya mesin rusak masih tidak apa-apa karena tidak terlalu parah. Sementara karena kita berhadapan dengan manusia dan rusak, artinya bisa saja meninggal kan? Jadi meskipun sebenarnya pelajarannya baru dasar-dasar saja, tapi kalau kita tidak mempelajarinya dengan baik, ya susah juga buat kedepannya,” tambah Novrin. 

Keinginan Novrin untuk bisa memberikan manfaat bagi masyarakat toh berbuah bonus IPK yang sempurna. IPK 4,0 Novrin, juga berarti menepati janjinya. Saat itu pendaftaran untuk mengajukan beasiswa Tzu Chi sudah ditutup. Novrin memohon dengan sangat agar diberikan kesempatan. Kepada Ria Sulaeman, Pengurus Divisi Beasiswa Tzu Chi, ia menyanggupi bisa meraih prestasi di kampus dan meraih IPK 3.

“Setelah sepekan masuk kuliah, saya ditelpon lagi kalau saya masuk dan dapat beasiswa Tzu Chi. Lalu saya ikut wawancara. Shigu Ria tanya, “Kamu bisa memberi jaminan IPK berapa?” Kan yang saya tahu itu kan dari suratnya minimal 3. Saya bilang 3. Shigu Ria tanya balik. Kamu hanya memberikan 3? Padahal kamu sudah usaha kan untuk masuk? kalau lebih tinggi bagaimana? saya bilang 3,3,” kenang Novrin.

Setelah dinyatakan menerima beasiswa, Tzu Chi pun mengganti semua biaya yang sempat Novrin keluarkan untuk mendaftar kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus, Jakarta. Termasuk uang pendaftaran.

Novrin (Ketiga dari kiri) bersama para penerima beasiswa Tzu Chi lainnya usai mengikuti gathering di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk Jakarta.

Mela Indriyati, admin beasiswa Tzu Chi Indonesia sangat mengapresiasi prestasi Novrin. Selain membanggakan, Novrin juga memiliki sikap yang baik. “Dia rajin dan selalu datang. Cukup responsif juga. Kalau kita hubungi langsung merespon. Semoga dia bisa mempertahankan IPK-nya. Dan sebenarnya tidak hanya IPK, attitude dia juga sebenarnya kita butuhkan di sini. Karena kan percuma kalau IPK 4 tapi anaknya susah dihubungi atau tidak responsif,” ujar Mela, admin beasiswa Tzu Chi Indonesia.

Mendapat beasiswa dari Tzu Chi merupakan hal yang sangat disyukuri oleh Novrin. Sejak kecil, Novrin sudah bercita-cita untuk bisa terjun di dunia kesehatan. Saat duduk di bangku SMA kelas 2, sang ayah meninggal. Sehingga yang menjadi tulang punggung keluarga adalah sang ibu. Novrin yang anak pertama ini merupakan anak pertama dari lima bersaudara. “Saya anak pertama, sementara adik-adik saya masih kecil, istilahnya kalau cuma mengharapkan dari satu sumber, kemungkinannya tidak besar. Terpaksa saya yang sudah mulai kuliah, kuliah dengan baik dan mudah-mudahan mendapatkan pekerjaan yang baik dan itu akan membantu ibu,”ujarnya.  

Selain mendapatkan bantuan biaya pendidikan, Novrin mengaku banyak belajar dari Tzu Chi. Bahwasanya semua orang bisa berbagi kasih dengan cara apapun. Berbagi kasih pun tak perlu melihat perbedaan.

“Perbedaan ras, agama, suku dan segala macam tidak harus membuat kita mundur atau tidak berbagi kasih. Seperti kami mahasiswa kan belum punya pendapatan. Saya pernah ikut kegiatan bazar amal, jadi meskipun kita tidak bisa memberikan apapun, pelayanan kita juga bisa menjadi berkat bagi orang lain,” kata Novrin.

Selain itu, Tzu Chi mengajak setiap orang untuk mengusir kemalasan. “Tzu Chi kan menekankan satu hari tidak kerja, satu hari tidak makan. Artinya kalau kita tidak kerja keras maka itu akan berefek pada apa yang kita terima. Kalau kita memiliki suatu niat dan kesungguhan, apa yang kita lakukan meskipun capek, pada akhirnya membuahkan hasil yang baik,” pungkasnya.   


Artikel Terkait

Buah Manis dari Kerja Keras dan Doa

Buah Manis dari Kerja Keras dan Doa

16 November 2017

Ada pelangi sehabis hujan. Itulah gambaran kisah hidup Maria Paulina (22), salah satu penerima beasiswa karir Tzu Chi yang kini menjadi perawat di Rumah Sakit Cinta Kasih (RSCK) Tzu Chi Cengkareng. Pernah jatuh di titik terendah, Paulina yang asal Larantuka Flores, Nusa Tenggara Timur ini lalu bangkit bekerja keras meraih mimpinya.

Dapat IPK Sempurna, Inilah Motivasi Novrin

Dapat IPK Sempurna, Inilah Motivasi Novrin

25 Oktober 2016
Namanya Novrin Sensela Putri, mahasiswi penerima beasiswa Tzu Chi yang kini menempuh pendidikan keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus, Jakarta. Prestasinya mengagumkan, ia meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)4,0. Namun bagi Novrin, IPK yang sempurna bukanlah tujuan utama. Ada hal yang lebih penting dari itu.
Tak Menyerah dengan Keadaan, Bernadin Raih Impiannya Menjadi Dokter

Tak Menyerah dengan Keadaan, Bernadin Raih Impiannya Menjadi Dokter

18 Desember 2017
Kemarin, Minggu 17 Desember 2017 merupakan gathering pamungkas bagi para penerima beasiswa Tzu Chi pada tahun ini. Di tahun ini juga ada salah satu penerima beasiswa Tzu Chi mengucapkan Sumpah Dokter-nya. Namanya Bernadin Wijaya.
Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -