Duka Jember di Awal Tahun 2006

Jurnalis : Ronny Suyoto (Tzu Chi Surabaya), Fotografer : Ronny Suyoto (Tzu Chi Surabaya)

Musibah memang tak mengenal waktu, kapanpun bisa terjadi dan dapat pula menimpa siapa saja. hal itulah yang menimpa warga kabupaten Jember, Jawa Timur pada awal tahun 2006 ini. Belumlah keriaan mereda dalam menyambut awal tahun ini, Jember dihentakkan oleh bencana alam yang sangat tidak terduga. Kemurkaan alam yang ditandai dengan curah hujan yang sangat tinggi pada tanggal 2 Januari 2006 berujung pada tanah longsor dan banjir bandang yang melanda Kecamatan Panti dan Kecamatan Sikorambi Kabupaten Jember. Kelima desa di kecamatan Panti yang terendam lumpur akibat banjir bandang dan tanah longsor itu adalah Desa Kemiri, Suci, Panti, Glagahwero, dan Pakis yang merupakan permukiman di lereng Pegunungan Argopuro. Di kecamatan Sukorambi yang terdiri dari Desa Rambipuji, Gugut, Kaliwining, Rambigundam, dan Rowotantu ikut merasakan akibat bencana alam ini. Begitu dahsyatnya bencana alam ini sehingga meluluhlantakkan seluruh desa di dua kecamatan ini dan menewaskan lebih dari 75 orang dan menyebabkan 10.000 orang lebih kehilangan tempat tinggal.

Banjir tidak hanya terjadi di wilayah Kecamatan Panti dan Sukorambi Beberapa wilayah lain di Kabupaten Jember juga dilanda banjir karena hujan lebat yang turun sejak Minggu (1/1) sore. Beberapa wilayah yang juga mengalami banjir itu, antara lain, lingkungan Krajan, Kelurahan Mangli, Kecamatan Kaliwates, yang dekat pusat kota. Juga, di perkebunan Afdeling Gondang, Sumberbulus Manggisan, Kecamatan Tanggul. Di sana, sekitar 75 KK sempat terisolasi karena jalan dan jembatan yang menghubungkan wilayah tersebut putus. Selain di beberapa wilayah tersebut, banjir dan tanah longsor terjadi di Kecamatan Jelbuk, tepatnya di Dusun Sumbercandi, Panduman. Meski tidak ada korban jiwa, puluhan rumah rusak dan sekitar 1,5 hektare sawah terendam lumpur.

Lokasi terparah lainnya di Dusun Bunut, Desa Kemiri, Kecamatan Panti. Juga di Gunung Pasang/Kaliputih, afdeling Gentong, warga Desa Kemiri, Dusun Bunut, Suci, Gebang, dan Panti. Di wilayah ini, 34 orang diperkirakan tewas. Dari 57 korban tewas itu, baru sekitar 17 orang yang teridentifikasi dari wilayah PDP Keputren.

Mendengar kabar bahwa telah terjadi bencana alam tersebut, Tzu Chi Surabaya pun langsung cepat mengadakan kordinasi untuk dapat memberikan bantuan. Dengan hanya persiapan satu hari dan disertai satu kali rapat kordinasi, tim bencana alam Tzu Chi Surabaya yang dikordinasi oleh Ibu Jing Mei dan Teddy Tan berusaha menentukan kira-kira apa yang sangat diperlukan oleh para pengungsi di tempat penampungan. Dengan bantuan Nasaruddin Ismail, salah seorang relawan Tzu Chi yang berprofesi sebagai wartawan sebuah harian terkemuka di Jawa Timur yang telah berada di lokasi bencana sejak hari pertama, akhirnya Tzu Chi Surabaya memutuskan akan langsung mengadakan kunjungan survey sekaligus memberikan bahan bantuan yang saat itu sangat diperlukan oleh para pengungsi. Barang tersebut adalah diantaranya tikar (karena didapatkan kabar bahwa para pengungsi hanya tidur beralaskan lantai), susu, kantong sampah, lampu petromax (karena terjangan banjir,instalasi listrik di kawasan ini lumpuh total) dan kompor minyak tanah yang bisa dipergunakan untuk memasak di dapur umum.

Berangkat pagi-pagi buta pada tanggal 4 Januari 2006, 2 hari setelah bencana, rombongan relawan Tzu Chi yang terdiri dari Ibu Jing Mei, Teddy Widjaja, Pei Ling, Teddy Tan, Abin, Iswahjudi, Bpk. Tedja, Hesti Antolis, Yanti, Abing, Djoko, Dao Ing, Daryanto bertolak dari Surabaya menuju Jember. Memasuki kawasan bencana, rombongan mengalami sedikit hambatan dikarenakan banyak sekali jalan dan jembatan yang rusak diakibatkan terjangan tanah longsor dan banjir. Berdasarkan peta yang dibuat oleh Pak Tedja yang cukup akurat karena telah mengadakan kunjungan langsung sehari sebelumnya, rombongan dapat tiba di tempat penampungan para pengungsi dan setelah berkordinasi sedikit dengan aparat setempat, relawan Tzu Chi langsung membagikan bantuan. Adapun bantuan yang didapatkan berupa; 1101 tikar , 7 Lampu, dan 200 susu bubuk.

Banyak pihak di Jember cukup terkesan dengan kunjungan Tzu Chi in dikarenakan Tzu Chi adalah salah satu dari beberapa pihak yang pertama kali datang di Jember hanya 1-2 hari setelah bencana terjadi. Meskipun barang yang disumbangkan oleh Tzu Chi sangatlah sederhana namun disambut dengan antusias oleh para pengungsi dikarenakan memang mereka sangat membutuhkan barang tersebut. Dengan gembira para pengungsi menyambut kedatangan para relawan yang secara langsung membagikan barang-barang tersebut kepada mereka yang membutuhkan. Bahkan beberapa anak-anak ikut asyik membaca beberapa brosur dan tabloid Tzu Chi yang sengaja dibagikan oleh para relawan. Dengan seksama mereka membaca isi tabloid tersebut yang memberitakan kegiatan Tzu Chi terutama dengan proyek rumah cinta kasihnya di Aceh. Mengetahui tentang kegiatan dan Misi Tzu Chi yang begitu mulia, banyak pihak berharap agar Tzu Chi dapat kembali lagi ke Jember dan ikut membantu para pengungsi dan pemerintah setempat untuk ikut merehabilitasi sarana fisik yang rusak akibat bencana ini. Menurut rencana,Tzu Chi Surabaya akan menunggu terlebih dahulu perkembangan selanjutnya untuk menentukan bantuan apa yang dibutuhkan oleh para pengungsi di Jember ini sehingga Tzu Chi bisa memberikan bantuan yang memang dibutuhkan oleh para pengungsi. Dari hasil pemantauan dan informasi dari Posko pengungsi barang yangs anagt dibutuhkan para pengungsi sekarang ini adalah berupa pakaian dalam, pembalut wanita, selimut, sabun, sarung, sabun cuci dan mandi, alas kaki, obat-obatan, handuk, pasta dan sikat gigi, minyak tanah dan kompor, pakaian dan lauk pauk (dikarenakan beras dan mie cukup banyak namun tidak disertai dengan lauk pauk).

Dalam beberapa hari ke depan diperkirakan jumlah pengungsi masih akan terus bertambah mengingat banyaknya lokasi yang masih terisolasi. Ada tiga dusun yang belum bisa dijangkau. Selain karena tertimbun lumpur, jembatan dan jalan yang menghubungkan ke tiga dusun yang dihuni sekitar 300 orang dari 100 KK (kepala keluarga) tersebut putus. Tiga dusun itu adalah Dusun Gunung Pasang, Kali Putih, dan Kali Kepuh. Ketiganya berada di Desa Kemiri, Kecamatan Panti -sekitar 30 kilometer dari pusat kota Jember. Akses ke dusun yang merupakan areal perkebunan kopi dan karet di bawah lereng pegunungan Argopuro itu lumpuh total. Aliran listrik di ketiga dusun tersebut juga mati. Sekitar 300 warga tiga dusun itu masih terjebak di antara rerentuhan tebing dan bukit yang sewaktu-waktu bisa mengancam jiwa mereka.

Ada pernyataan yang cukup memprihatinkan di balik bencana dahsyat ini. Banyak para ahli yang memperkirakan bahwa bencana ini diakibatkan oleh ilegal logging atau penebangan kayu liar di lereng gunung Argopuro yang menyebabkan gundulnya kawasan hutan. Ditambah dengan curah hujan yang sangat tinggi dan kemampuan menyerap air yang terbatas karena gundulnya hutan tersebut, maka terjadilah bencana alam ini. Oleh karena itu kita sebagai manusia haruslah menjaga relasi yang baik dengan alam karena manusia dan alam memiliki hubungan timbal balik yang sangat mempengaruhi. Sesuai dengan pesan Master Chen Yen bahwa kita harus memperlakukan bumi kita dengan baik dan menyayangi semua makhluk yang hidup di bumi ini. Kedahsyatan kekuatan alam tidak bisa dibandingkan dengan kekuatan manusia oleh karena itu kita harus menjaga agar alam tidak menumpahkan kemurkaannya pada manusia. Setelah bencana alam di Jember ini, yang harus direncanakan tidak hanya pemberian bantuan dan perbaikan sarana fisik saja. Namun di masa depan perlu juga dipikirkan bagaimana masyarakat dibimbing akan pentingnya pelestarian alam dan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan agar anak cucu kita tidak diwarisi oleh bumi yang porak poranda karena bencana namun kita warisi dengan bumi yang hijau, indah dan penuh dengan nafas kehidupan para makhluknya.

Artikel Terkait

Internasional: Kembar Siam Filipina

Internasional: Kembar Siam Filipina

06 September 2010 Pada tangal 18 Agustus silam, dua bayi kembar siam asal Filipina pulang dengan ibu mereka setelah dipisahkan dalam sebuah operasi selama tujuh jam dan tiga bulan untuk pemulihan di RS Tzu Chi Hualien.
Terus Bergerak dalam Menjaga Bumi

Terus Bergerak dalam Menjaga Bumi

10 November 2020

Kepedulian relawan untuk melindungi wilayah pesisir di sekitar Tangerang terus berlanjut. Sebelumnya pada Desember 2019 relawan telah bersumbangsih kepada bumi dengan menanam 10.000 pohon mangrove di Tangerang Mangrove Center, Banten. Tahun ini di lokasi yang berbeda yaitu Desa Ketapang, Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang, Banten relawan kembali bergerak menanam 10.000 pohon mangrove (7/11/20).

Donor Darah yang Mulia

Donor Darah yang Mulia

06 Desember 2012 Menyumbangkan sebagian darah untuk kemudian disalurkan kepada orang yang membutuhkan sangatlah berarti bagi diri sendiri dan terutama bagi penerima.
Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -