Filantropi, Aksi Membagi Cinta Kasih Tanpa Sekat

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari

Yayasan Buddha Tzu Chi yang diwakili oleh Hong Tjhin, memaparkan indahnya cinta kasih universal yang tercipta dalam komunitas relawan dan penerima bantuan di Tzu Chi dalam Filantropy Learning Forum 8 yang diadakan di Wisma Indocement, Sudirman, 28 Juni 2016 lalu.

Di tengah suasana masyarakat yang kurang stabil yang ditunjukkan dengan meningkatnya aksi kekerasan, intoleransi, maupun diskriminasi yang mengatasnamakan pihak-pihak tertentu. Ada satu asa yang hadir dalam aksi kemanusiaan yang datang dari berbagai lembaga filantropi.

Filantropi yang dikenal sebagai aksi berbagi kasih kepada sesama ini dipercaya berperan penting dalam membangun kerukunan dan toleransi berbagai kelompok, di tengah keberagaman yang ada di Indonesia. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi diskusi Filantropi Lintas Iman yang diadakan oleh Perhimpunan Filantropi Indonesia dengan mengangkat tema: Meningkatkan Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama Melalui Kegiatan Filantropi.

Hamid Abidin, Direktur Eksekutif Perhimpunan Filantropi Indonesia mengemukakan bahwa kegiatan diskusi yang diadakan secara rutin ini selalu mendiskusikan berbagai hal berkaitan dengan aksi filantropi. “Dan kali ini kami mengundang narasumber yang juga lintas agama sehingga kami bisa belajar dan memahami bahwa filantropi adalah satu aksi yang menekankan pada cinta kasih, tidak membeda-bedakan, tidak bersifat diskriminatif, yang tujuannya membantu mengatasi persoalan manusia,” ucapnya.

Pada diskusi yang digelar di lantai dasar Wisma Indocement Sudirman, 28 Juni 2016 tersebut, Filantropi Indonesia mengundang perwakilan dari Yayasan Buddha Tzu Chi, Yayasan Karina (Karitas Indonesia), dan Wahana Visi Indonesia. Masing-masing narasumber mewakili komunitasnya memberikan pemaparan mengenai aksi filantropi.

Perhimpunan Filantropi Indonesia mengundang perwakilan dari Yayasan Buddha Tzu Chi, Yayasan Karina (Karitas Indonesia), dan Wahana Visi Indonesia. Masing-masing narasumber mewakili komunitasnya memberikan pemaparan mengenai aksi filantropi.


Peserta secara antusias menyampaikan pertanyaan-pertanyaan kepada narasumber.

Dalam kesempatan tersebut, Yayasan Buddha Tzu Chi yang diwakili oleh Hong Tjhin, relawan yang juga CEO DAAI TV Indonesia ini memaparkan indahnya cinta kasih universal yang tercipta dalam komunitas relawan dan penerima bantuan di Tzu Chi. “Aksi filantropi yang dilakukan Tzu Chi kami contohkan dalam pembangunan Perumahan Cinta Kasih Cengkareng. Ada pula pembangunan Perumahan Cinta Kasih di Aceh pascatsunami,” ujar Hong Tjhin.

Senada dengan aksi cinta kasih universal Tzu Chi, Yayasan Wahana Visi Indonesia pun melakukan hal yang sama: membagi kasih pada semua. “Kami juga membangun kemitraan dengan berbagai organisasi lintas agama agar ke depannya tidak timbul kecurigaan-kecurigaan untuk menjawab permasalahan masyarakat,” kata perwakilan dari Yayasan Wahana Visi Indonesia.

Dalam praktiknya, kendala yang ditemukan di lapangan memang paling banyak hadir berupa kecurigaan akan adanya doktrinasi pihak-pihak tertentu. “Begitu ada kegiatan filantropi umat non Muslim masuk ke Muslim, maka timbul kecurigaan membawa ke arah agama tertentu. Ini merupakan tugas kita semua untuk meyakinkan masyarakat bahwa filantropi tidak ada kaitannya dengan keyakinan tertentu, melainkan berkaitan dengan kepedulian, cinta kasih antara sesama manusia, serta kepedulian untuk mengatasi persoalan masyarakat,” jelas Hamid.

Sementara itu, Nur Habibie Rifai, salah satu peserta kegiatan merasa diskusi semacam ini sangat berguna, informatif, dan edukatif. Baginya diskusi ini juga merupakan upaya untuk menyamakan pemahaman akan filantropi. “Kami dari Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) sendiri sedang dalam proses pembentukan lembaga filantropi. Melalui diskusi ini, kami seperti mendapat dukungan,” ucapnya. “Jadi kalau untuk kemanusiaan, apabila kamu berniat pasti kamu bisa. Semoga hal-hal seperti ini terus bisa dilakukan, dan ada hal konkret yang nanti bisa kami lakukan bersama-sama,” imbuh laki-laki yang akrab dipanggil Bobby ini.

Dari forum ini bisa diambil kesimpulan bahwa semua hal-hal baik selalu berangkat dari cinta kasih, yang merupakan etik atau moralitas yang melewati batas-batas yang membelenggu. Baik batas identitas, hasrat, dan kepentingan, melampaui itu semua adalah cinta kasih untuk manusia. Filantropi, toleransi, dan lintas agama memang masih menyisakan keraguan dalam komunitas, namun baik Tzu Chi, Karina, dan Wahana Visi Indonesia sudah membuktikan bahwa hal tersebut dapat teratasi. “Jadi tidak perlu banyak bicara tetapi cukup membuktikan dalam perbuatan kita sehingga membangun harmoni dan toleransi antar umat beragama di Indonesia,” tutup Hamid.

Artikel Terkait

Filantropi, Aksi Membagi Cinta Kasih Tanpa Sekat

Filantropi, Aksi Membagi Cinta Kasih Tanpa Sekat

30 Juni 2016
Pada diskusi yang digelar di lantai dasar Wisma Indocement Sudirman, 28 Juni 2016 tersebut, Filantropi Indonesia mengundang perwakilan dari Yayasan Buddha Tzu Chi, Yayasan Karina (Karitas Indonesia), dan Wahana Visi Indonesia. Masing-masing narasumber mewakili komunitasnya memberikan pemaparan mengenai aksi filantropi.
Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -