Gempa Palu: Berbuat Kebaikan di Tengah Bencana

Jurnalis : Moses Silitonga (Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas), Fotografer : Dok. Tzu Chi Sinar Mas, Arimami SA.


Di tengah akses kendaraan yang masih minim pascagempa dan tsunami, Kasmayadi bersama relawan Tzu Chi lainnya bergerak dengan menggunakan dam truk.

Hari itu, kami mendapatkan informasi bahwa salah seorang relawan Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas dari Xie Li Kalimantan Tengah 1, Kasmayadi yang juga merupakan karyawan Perkebunan Kelapa Sawit Sinar Mas tengah berada di Palu ketika bencana gempa dan tsunami terjadi. Dari informasi awal yang kami peroleh, dirinya dinyatakan selamat dan berada di salah satu lokasi pengungsian bersama sekitar 5.000 orang lainnya.

Di tengah kondisi dan situasi Kota Palu dan sekitarnya yang masih sulit dijangkau alat komunikasi, Kasmayadi memberikan informasi kepada salah seorang relawan di Xie Li Kalimantan Tengah 1 bahwa bantuan logistik yang diperlukan adalah beras, mi instan, minyak goreng, obat-obatan, air mineral dan sebagainya. Informasi tersebut kemudian kami teruskan kepada relawan Tzu Chi yang dijadwalkan akan menuju Palu.

Setelah mendapat kabar dirinya telah bertemu dengan rombongan relawan Tzu Chi dari Jakarta yang telah tiba di Palu pada tanggal 4 Oktober 2018, keesokan harinya saya akhirnya dapat berkomunikasi langsung dengan dirinya untuk pertama kalinya melalui sambungan telepon.

Datangnya Bencana yang Tak Terduga

Jumat, 28 September 2018, bencana gempa bumi yang disertai tsunami melanda wilayah Donggala, Palu, dan sekitarnya. Besarnya kekuatan gempa dan terjangan tsunami memporak-porandakan rumah warga,  bangunan, dan barang-barang lainnya dan membawa kesedihan atas meninggalnya lebih dari 2.000 korban jiwa.

Saat gempa dan tsunami terjadi, Kasmayadi (33) tengah berada di Kota Palu, kota kelahirannya. Ia bersama keluarga persis berada di Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah.


Franky O. Widjaja, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan Chairman Sinar Mas Agribusiness and Food menyapa anak-anak Kasmayadi dengan penuh kehangatan.

Tidak ada firasat akan menghadapi bencana, Kasmayadi bersama istri, tiga orang anaknya, satu orang keponakan dan adiknya mendatangai Pantai Talise sekitar setengah enam sore untuk menyaksikan festival yang akan dimulai pukul 19.00 WITA. Setelah memarkirkan mobil, sembari menunggu mereka pun menghabiskan waktu menemani anak-anak bermain di dekat anjungan.

Ketika waktunya Adzan Maghrib, Kasmayadi pamit kepada istrinya untuk salat terlebih dahulu. Setelah berjalan sekitar tiga meter, dirinya merasakan goncangan di tanah yang begitu hebat. “Awalnya dihentak, seperti tanah turun dan di depan saya itu ada panggung langsung roboh. Untungnya saya masih tenang dan saya pastikan anak, istri, dan keponakan saya lari duluan. Saya dan adik saya di belakang,” kisahnya.

Suasana ceria di Pantai Talise pada sore itu mendadak mencekam. Setelah gempa bumi mengguncang, tak lama kemudian tsunami menerjang. Setelah keluarganya berhasil menyingkir jauh dari area pantai, Kasmayadi dan adiknya harus berhadapan dengan terjangan air laut. “Ketika saya dan adik lari menghindar, adik saya jatuh. Dia sempat bilang, ‘tinggalin aja saya, Kak!’ Saya jawab, “Enggak, Dik, selama masih ada kakak, kita harus tetap hidup. Bangun, kita lari!” ungkapnya.

Pada saat gelombang tsunami pertama menerjang, Kasmayadi dan adiknya berlari sekuat tenaga untuk menghindari maut. Sempat hanyut ketika berlari menjauh dari terjangan air, Kasmayadi dapat meraih benda seperti besi pagar dan mengamankan adiknya terlebih dahulu ke tempat yang lebih tinggi. Mereka pun kemudian terus berlari dan terjatuh berkali-kali karena ombak air laut yang telah masuk ke daratan.


Bersama relawan lainnya yang telah tiba di Palu, Kasmayadi bahu membahu mengangkut bantuan logistik.

Ketika gelombang tsunami kedua yang lebih besar menerjang, Kasmayadi sangat bersyukur masih diberikan keselamatan oleh Sang Pencipta. “Waktu (tsunami) kedua, kami sudah di depan panggung dekat TVRI dan ada dua bangunan di belakang situ. Pas itu saya lihat ke belakang, air itu udah setinggi rumah dan ada suara gemuruh,” kisahnya dengan perasaan berdebar. “Pas airnya datang, airnya menghantam dua bangunan yang di belakang itu dulu, jadi pas kena ke kami tinggal sisa sisa arusnya saja dan kami selamat,”tambahnya.

Setelah momen mencekam itu, dengan diliputi rasa trauma, adiknya kembali ke rumah mereka dan berkumpul dengan orang tua dan keluarga lainnya. Sementara itu, dirinya berkeliling untuk mencari istri, tiga anaknya, dan keponakannya.

Kebaikan di Tengah Bencana

Usai perjuangannya menghadapi terjangan tsunami, kini kekhawatiran Kasmayadi tertumpu pada istri dan anak-anaknya serta keponakannya. Ia pun berkeliling dari satu pengungsian ke pengungsian lainnya. “Malam itu gelap banget, HP nggak bisa, bingung kita, ya udah akhirnya saya jalan di sekitar Jalan Suharso. Pas itu saya haus sekali, tiba tiba ada yang menyapa “Sini Pak, minum dulu!” katanya sambil ngeluarin galon minuman di halaman rumahnya. Ya udah, saya minum dua gelas terus duduk, tiba-tiba kaki saya keram dan sakit sekali. Sesaat itu juga ada orang yang menolong dan mijitin kaki saya,” ungkapnya.

Di saat situasi dan kondisi sehabis gempa bumi dan tsunami, Kasmayadi merasa bahwa pertolongan Sang Pencipta tetap menyertai dirinya. Dirinya merasa bersyukur, di tengah keadaannya yang sedang kalut, masih terdapat orang orang baik yang menolong dirinya, walaupun mereka tidak saling mengenal.  “Saya nggak tahu gimana, orang-orang itu nolong saya. Mungkin inilah balasan dari kita berbuat baik sama orang, kita juga ditolong orang,” ungkapnya haru.


Kasmayadi pada saat melaksanakan kegiatan sebagai Relawan Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas di wilayah Perkebunan Sinar Mas Kalimantan Tengah.

Setelah beristirahat sebentar dan kakinya sudah membaik, Kasmayadi kemudian meminta pertolongan orang yang memiliki motor untuk mengantarkannya ke rumah. Setibanya di rumah, Kasmayadi dan keluarga besarnya kembali mencari istri, anak dan keponakannya.

Pada sekitar tengah malam pada saat pencariannya yang ketujuh kali, di saat keluarga lainnya sudah mulai kelelahan dan berencana untuk melanjutkannya pada esok pagi, Kasmayadi akhirnya mendengar suara salah satu anaknya yang menandakan istri, anak dan keponakannya aman.

“Pada pukul setengah tiga pagi saya jalan sendiri mencari. Pas dekat taman kota saya singgah karena ngeliat ada rame-rame. Terus saya teriak, ’Sofi, Sifa, Kanza.’ Pada saat teriakan saya yang keempat ada yang jawab, ’Saya, Yah!’ Anak saya Sofi yang ngejawab,” kisahnya.

Pada saat bertemu kembali dengan keluarganya, rasa haru dan bahagia bercampur aduk. Dirinya sangat beryukur atas pertolongan orang-orang di sekitar. Di tengah situasi dan kondisi yang masih mencekam, masyarakat sekitar masih menolong istri, anak-anak dan keponakannya. “Mereka dikasih tikar, mereka ditolong orang juga, bahkan anak-anak saya nggak lapar, dikasih snack, ucapnya.

Mengisi Kembali Tabungan Kebaikan

Setelah bertemu dengan Tim Tanggap Darurat Tzu Chi pada tanggal 4 Oktober 2018, Kasmayadi kemudian turut serta menyalurkan logistik dan bersama dengan Tim Medis Tzu Chi berkeliling memberikan pengobatan bagi masyarakat yang membutuhkan.

Walaupun dirinya merupakan salah satu dari korban bencana tersebut, namun Kasmayadi tetap berkeinginan untuk turut serta dan bergerak bersama relawan lainnya. Dimulai pada hari itu, dirinya berkeinginan kuat untuk turut serta memberikan pertolongan. Rasa syukur atas kesempatan hidup yang diberikan Sang Pencipta kepada dirinya, diwujudkannya melalui perbuatan baik.


Saat sharing dalam acara Kamp Pengusaha Indonesia-Malaysia, kisah Kasmayadi membuat banyak peserta merasa terharu, termasuk Franky O. Widjaja yang langsung menyapa dan memberinya semangat.

“Yah, darimana?” istri saya sempat nanya karena dia juga masih ada cemasnya juga. Saya jawab, saya sama relawan Tzu Chi dulu, Bu, bantuin orang banyak dulu. Kita harus bersyukur, kita bisa hidup semua, utuh satu keluarga. Inilah terima kasih saya sama Allah,” ungkapnya.

Memberikan perhatian kepada orang lain merupakan salah satu cara untuk bersyukur. Seperti apa yang disampaikan oleh Master Cheng Yen, “Memberi perhatian pada orang lain sama dengan memberi perhatian pada diri sendiri. Membantu orang lain juga berarti membantu diri sendiri.”

Kisah Kasmayadi dan keluarganya ini pun menggugah dan menginspirasi relawan Tzu Chi lainnya, termasuk Franky O. Widjaja, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang juga Chairman Sinar Mas Agribusiness and Food.

“Kebaikan yang beliau lakukan sebelumnya telah digunakan, sekarang harus lebih banyak lagi melakukan kebaikan. Bersyukur sekali, dia langsung turun menjadi relawan di Palu,” kata Franky O. Widjaja pada saat momen HUT-80 Sinar Mas, 10 Oktober 2018.

Sebelum kembali ke wilayah kerjanya di Kalimantan Tengah, Kasmayadi juga menyempatkan diri untuk hadir dan berbagi pengalamannya kepada para peserta kegiatan Camp Pengusaha Indonesia - Malaysia pada tanggal 14 Oktober 2018 di Tzu Chi Center, Jakarta Utara.

Kisahnya menggugah banyak hati. Rasa syukur yang diwujudkannya melalui perbuatan baik memberikan makna nyata atas kehidupan yang kita peroleh dari sang Pencipta. Kesempatan hidup di dunia ini haruslah kita pergunakan sebaik-baiknya untuk berbuat kebaikan.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Gempa Palu: Berbuat Kebaikan di Tengah Bencana

Gempa Palu: Berbuat Kebaikan di Tengah Bencana

23 Oktober 2018
Selamat dari terjangan tsunami, sebagai wujud rasa syukurnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, Kasmayadi membantu korban gempa lainnya bersama relawan Tzu Chi di kota kelahirannya. Sehari-hari Kasmayadi bekerja di Sinar Mas dan juga aktif sebagai relawan Tzu Chi.
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -