Internasional : Jalinan Jodoh dari Banjir

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 
 

foto Pada tanggal 24 Februari, tim survei penanggulangan bencana Tzu Chi Selandia Baru terbang dari Auckland (sebelah utara) hingga ke Kota Christchurch (sebelah selatan) yang terkena banjir.

Pada tanggal 22 Februari 2011 di Christchurch –kota terbesar di pulau bagian selatan Selandia Baru– terjadi gempa bumi 6,3 Skala Richter yang mengakibatkan banyak korban jiwa dan rumah beruntuhan. Bencana tersebut menyebabkan negara ini mengalami kerusakan yang paling parah selama 80 tahun terakhir.

Pada hari yang sama saat gempa bumi ini mengguncang Kota Christchurch, kantor pusat Yayasan Buddha Tzu Chi di Hualien, Taiwan langsung membentuk pusat komando penanggulangan bencana. Kantor cabang Yayasan Buddha Tzu Chi di Selandia Baru yang bertempat di Auckland juga mendirikan pusat koordinasi penanggulangan bencana. Kemudian relawan dari 3 negara: Selandia Baru, Australia, dan juga Amerika Serikat secara bersamaan dikerahkan untuk mengumpulkan informasi bencana ini dan juga mempersiapkan dengan baik segala sesuatu yang berhubungan dengan bantuan bencana.

Mengulurkan Tangan untuk Membantu Sesama
Setelah berkoordinasi dengan relawan Tzu Chi setempat, diperoleh informasi bahwa tidak ada relawan yang tertimpa bencana. Meski demikian, daerah pusat gempa mengalami kerusakan yang luar biasa. Bangunan dan gedung-gedung tinggi runtuh sampai rata dengan tanah. Saat terjadi gempa dahsyat ini suhu di malam hari sangat dingin, para korban bencana sangat memerlukan selimut untuk menghangatkan tubuh. Karena itu, tanggal 22 Februari 2011 Tzu Chi Selandia Baru segera menyiapkan 448 selimut yang diambil dari persediaan di gudang kantor mereka. Penerbangan di Selandia Baru memberikan kemudahan dengan meniadakan biaya dalam pangangkutan bantuan bencana ke Kota Christchurch. Kemudian, berkat koordinasi dari relawan Tzu Chi, Jiang Shu Ying Shijie, Intel Coorporation Bangladesh bersedia menyediakan gudang penyimpanan khusus bagi Tzu Chi untuk menyimpan paket bantuan bagi para korban bencana.

Kantor Cabang Tzu Chi di Brisbane yang merupakan ibukota negara bagian Queensland di Australia juga mengumpulkan 400 selimut, 200 paket medis, dan juga 400 tas ramah lingkungan untuk dimasukkan dalam paket bantuan Tzu Chi. Setelah itu mereka mengirim paket bantuan ke Qantas Air Cargo Centre. Pada tanggal 23 Februari 2011, jadwal penerbangan international telah kembali normal. Pihak Qantas Air Cargo Centre yang mengamati bahwa Tzu Chi mengirim bantuan setiap hari kemudian memberikan penerbangan gratis khusus bagi Tzu Chi untuk mengangkat setengah ton hingga 1 ton paket bantuan yang akan langsung diterbangkan ke Kota Christchurch, Selandia Baru.

Semuanya bisa terjadi adalah karena jalinan jodoh. Ketika manajer Qantas Air Cargo Centre, Andrew menerima telepon dari Tzu Chi, ia langsung mengatakan, ”Saya mengenal kalian!” Ternyata Andrew merupakan salah satu penerima bantuan saat Tzu Chi memberikan bantuan bagi korban bencana banjir di Brisbane, Australia pada bulan Januari lalu. Andrew yang pernah menerima bantuan dari Tzu Chi itu dengan penuh syukur memberi jaminan kepada Tzu Chi untuk memfasilitasi semuanya. Ia juga meminta Tzu Chi untuk mengantarkan paket-paket bantuan ke tempat perakitan barang secepatnya, dengan begitu mereka bisa memastikan paket bantuan yang dikirim Tzu Chi dimuat dalam pesawat dan diterbangkan dengan lancar.

Di tempat lain, Kantor Tzu Chi di Selandia Baru memperkirakan setelah jadwal penerbangan internasional kembali normal pada tanggal 24 Februari 2011. Para relawan berharap bisa melakukan penerbangan dari Auckland di pulau sebelah utara Selandia Baru hingga ke Kota Christchurch yang ada di bagian selatan Selandia Baru untuk melakukan peninjauan dan survei terhadap lokasi bencana. Dengan peninjauan ini, Tzu Chi berharap bisa memberikan bantuan sesuai yang paling dibutuhkan para korban.

Master Cheng Yen terus-menerus mengamati situasi bencana. Tanggal 23 Februari pagi dari pukul 08.30, selama setengah jam Master Cheng Yen melakukan teleconference dengan relawan dari Selandia Baru, Australia, dan Amerika untuk mengetahui perkembangan situasi terbaru. Selain itu para relawan Tzu Chi Amerika juga diharapkan untuk membagi pengalaman mereka sewaktu menanggulangi bencana besar yang terjadi di suatu negara, agar relawan Tzu Chi di Selandia Baru dapat belajar dan dapat segera bekerja sama dengan pemerintah setempat serta NGO lain dalam menanggulangi bencana kali ini. Dalam ceramah pagi tanggal 23 Februari 2011, Master Cheng Yen mengingatkan kepada semua relawan untuk waspada, mengingat seringnya terjadi bencana di dunia ini. “Lakukan hal baik dan hilangkan kegelapan batin pada saat itu juga,” kata Master Cheng Yen serta mengajak semua umat manusia agar berdoa dengan hati yang tulus dan menjernihkan batin dan jasmani. (sumber: www.tzuchi.org, diterjemahkan oleh Lievia Marta)

  
 

Artikel Terkait

Tandatangani MoU, Tzu Chi Indonesia dan Yayasan Tarumanagara Siap Berkolaborasi

Tandatangani MoU, Tzu Chi Indonesia dan Yayasan Tarumanagara Siap Berkolaborasi

12 Desember 2023

Kesamaan visi dan misi di bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial membawa Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan Yayasan Tarumanagara bekerja sama untuk kemaslahatan masyarakat.

Menanamkan Rasa Syukur pada Anak

Menanamkan Rasa Syukur pada Anak

23 Desember 2011 Dengan adanya pelatihan sejak kanak-kanak yang diberikan pada murid-murid Sekolah Tzu Chi, mengingatkan pada Kata Perenungan Master Cheng Yen, ”Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.”
Belajar Berempati dan Berinteraksi

Belajar Berempati dan Berinteraksi

13 September 2017 Kamp anak asuh tim teratai ini menjadi pengalaman. Meski begitu banyak hal yang menjadi pengetahuan baru yang diperolehnya.

Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -