Internasional: Sekolah Ramah Lingkungan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 
 

fotoPara murid bernyanyi dan menampilkan bahasa isyarat tangan.

Sichuan - Yayasan Tzu Chi membangun 13 sekolah di daerah Sichuan yang hancur terkena gempa 2 tahun lalu, dan menanamkan beberapa prinsip budaya kemanusiaan– melarang siswa dan guru merokok dan menjaga kebersihan lingkungan di sekolah.

Gempa Wenchuan yang berskala 7,9 Richter, terjadi pada tanggal 12 Mei 2008 siang hari; menelan 68.000 korban jiwa, 374.000 orang terluka, dan hampir 5 juta orang kehilangan tempat tinggal. Pemerintah memperkirakan lebih dari 7.000 bangunan sekolah hancur. Yayasan Tzu Chi membantu membangun 13 sekolah, ini merupakan salah satu program dari “Project Hope”.

Penerapan Sila Tzu Chi
Dua tahun setelah bencana, (Tzu Chi) telah selesai membangun 2 sekolah – satu sekolah Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar di dalam sebuah kampus di Kota Luoshui. Tanggal 1 Maret 2010, para murid dan staf pengajar merayakan pembukaan sekolah dasar dengan penuh kegembiraan. ”Saya sangat senang dengan adanya bantuan dari Tzu Chi,” ujar Wang Guofa, seorang guru senior. “Selama 30 tahun saya mengajar di sini, kami tidak pernah memiliki gedung sekolah sebagus ini. Setelah bencana, sekolah kami menjadi semakin indah dan udaranya lebih segar,” sambungnya.

Salah satu sebab udara di sekolah itu menjadi lebih segar adalah karena sekolah itu menerapkan salah satu sila Tzu Chi, yaitu tidak merokok. Hanya sedikit sekolah di Tiongkok yang menerapkan larangan tersebut. “Sekarang hanya akan ada aroma buku dan bunga di sekolah kami,” ujar Kepala Sekolah Quan Shaoqiang, “Anda mendengar suara guru mengajar dan obrolan siswa yang penuh semangat.” Pembukaan kembali sekolah tersebut juga menjadi kesempatan pertama kali untuk me-review pekerjaan mereka. Guru berpengalaman membimbing review tersebut, guru muda dan instruktur mendengarkan dengan semangat ingin meningkatkan kualitas kerja mereka. ”Ini demi kebaikan semua orang,” ujar Quan, ”kami para guru dengan tulus mendukung. Setelah mempelajari, siswa kami mengalami perubahan. Semua orang berubah menjadi lebih baik.” Kegembiraan pembukaan ini dicampur oleh suasana tibanya musim semi dan suara anak-anak di mana-mana; musim terus berganti dan kenangan gempa itu mulai memudar, kehidupan masyarakat kembali penuh dengan kedamaian.

foto  

Ket : - Sekolah Menengah Tzu Chi di Luoshui. Para murid memilah botol untuk daur ulang setelah belajar dari             relawan Tzu Chi.  

Menjadi Teladan Bagi Sekolah Lain dan Masyarakat
Yayasan Tzu Chi juga membangun Sekolah Menengah Luoshui, proyek terbesar dalam 13 proyek pendidikan di daerah gempa. Ini karena 2 sekolah digabung menjadi 1; dan itu berarti ada asrama yang lebih besar, kantin, ruang serba guna, dan lapangan olahraga yang besar. Para arsitek memutuskan untuk memberi para murid lingkungan yang cukup luas, demi menjamin kenyamanan mereka dalam belajar. ’Kesederhanaan’ adalah prinsip arsitektur Tzu Chi; dan itu terlihat di setiap sudut kampus, dan juga menggunakan air yang jernih mengalir di dalam kampus.

Sekolah Menengah Luoshui telah dipilih sebagai sekolah teladan dari semua sekolah rekonstruksi pascagempa. ”Sungai telah dialihkan agar mengalir di dalam sekolah,” ujar Lu Xiaofan, “di sini kami memiliki gunung dan air. Ketika murid kami dari Beijing melihat sekolah ini, mereka (akan) merasa iri. Halaman depan sekolah dibangun secara melengkung, strukturnya sangat bagus. Pada bagian belakang, para arsitek memperhatikan kebutuhan belajar dari para murid.”

Sekolah itu terletak di sebelah pusat kegiatan Tzu Chi, dimana mereka bekerja sama dalam perlindungan lingkungan. Setiap kelas memilih satu murid untuk menjadi ’monitor daur ulang’. Relawan sering melibatkan anak-anak dalam kegiatan konservasi, maka daerah di sekitar sekolah itu dikenal menjadi “Kota konservasi Luoshi”. Mereka telah mengajarkan konsep konservasi kepada siswa di kelas sementara yang mereka gunakan sebelum sekolah baru selesai dibangun. Dan sekarang seluruh sekolah telah aktif melakukan daur ulang; setiap kelas ada 4 murid yang bertugas daur ulang, supaya tetap menjaga keindahan lingkungan sekolah. Kepala sekolah Xu Kaiqian mengatakan, sebagai langkah pertama, para murid mulai mendaur ulang dan memilah sampah. “Berikutnya, kami ingin mengajak mereka ke komunitas dan memengaruhi seluruh kota untuk bergabung dan menjadi teladan di seluruh Tiongkok.”

Salah satu siswa, Hua Ningjie, mengatakan bahwa ada 4 jenis barang daur ulang: kaleng, aluminium, kertas, dan botol. Kertas harus dilipat rapi. Seorang murid, Luo Qin, menyatakan dukungannya terhadap daur ulang, “Kita bisa membuat lingkungan kita menjadi lebih baik.” Salah satu pendukung kuat program ini adalah guru Jiang Zhijun, ia secara pribadi membeli buku untuk murid setelah gempa, agar tidak mengganggu pembelajaran murid. “Saya berharap murid-murid kami dapat belajar untuk peduli kepada bumi ini melalui program daur ulang. Kami ingin menerapkannya di kehidupan kami, di dalam kampus dengan cara mempromosikan daur ulang. Kami sedang belajar bagaimana manusia dapat hidup secara berkelanjutan, menjaga hubungan yang baik dengan alam. Beberapa jenis makanan ringan yang biasa dibeli oleh murid sulit didaur ulang, banyak mengandung minyak, bumbu, dan tepung.” Para relawan tertarik untuk mengajak siswa untuk mengunjungi rumah-rumah di kota dan mengajarkan masyarakat tentang daur ulang. Hal ini sangat tidak biasa di Tiongkok.

Memilah sampah adalah perkerjaan yang keras dan kotor; bagi mereka yang bekerja bersama akan lebih memahami makna dari itu, membangun ikatan cinta kasih bersama dengan bumi, serta saling menyayangi. (Sumber Website Tzu Chi Taiwan, tanggal 20 Mei 2010, diterjemahkan oleh: Eric Yudo)

  
 
 

Artikel Terkait

Memanfaatkan Keahlian untuk Bersumbangsih Bagi Tzu Chi Hospital

Memanfaatkan Keahlian untuk Bersumbangsih Bagi Tzu Chi Hospital

26 November 2020

Sukacita menyambut hadirnya Tzu Chi Hospital datang dari seluruh lapisan relawan Tzu Chi. Hal itu terlihat dari semakin dekat waktu pembukaan, relawan juga semakin bersemangat mendukung berbagai hal yang kiranya dibutuhkan oleh rumah sakit berskala besar pertama yang dibangun Tzu Chi di luar Taiwan ini.

Semangat Juara untuk Keluarga

Semangat Juara untuk Keluarga

25 Mei 2016

Sintawati, (45) seorang pedagang kue yang juga pelatih bela diri di salah satu sekolah swasta di Jakarta ini tidak menduga akan mengalami musibah. Dua tahun lalu di bulan Oktober, ia mengalami kecelakaan motor yang hampir membuat kaki kirinya diamputasi.

Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -