Jalinan Jodoh yang Terajut Hingga Kini

Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Pusat) , Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Pusat), Halim Kusin (He Qi Barat), Anand Yahya


Bhikkhu Anando Aggadipo (tengah), disambut Sugianto Kusuma, Wakil Yayasan Buddha Tzu Chi, dan Hong Tjhin pada 13 Mei 2018 di Tzu Chi Center Jakarta.

Tujuh belas tahun silam, ketika Tzu Chi mengadakan bakti sosial pengobatan umum di Kantor Kecamatan Kosambi Teluk Naga, Tangerang Utara, Hok Cun, salah satu relawan Tzu Chi membutuhkan 70 orang sukarelawan. Ia pun meminta bantuan kepada Bhikkhu Anando Aggadipo. Di setiap sesi sharing Dhamma, Bhikkhu Anando Aggadipo selalu menggerakkan dan menggalang hati para umat vihara untuk membantu bakti sosial pengobatan, sebagai salah satu sukarelawan. Hingga akhirnya terhimpun 70 orang sukarelawan dari berbagai umat vihara daerah Tangerang.

Inilah titik awal jalinan jodoh Tzu Chi dan Bhikkhu Anando Aggadipo terjalin. “Bhante dengan senang hati suka mengikuti kegiatan Tzu Chi. Cinta kasih dan kasih sayang Master Cheng Yen sangat luar biasa sekali,” kata Bhikkhu Anando Aggadipo yang menjadi anggota Sangha, Diupasampada pada 16 Juni 1997.

Kekaguman Bhikkhu Anando Aggadipo kepada Master Cheng yang memiliki ketulusan, cinta kasih universal dan welas asih, lintas agama, suku, ras, golongan, mengantarkan Bhikkhu Anando Aggadipo bersama lima bhikkhu sangha lainnya datang berkunjung ke Tzu Chi Center pada 14 Desember 2017 silam. Tujuan kunjungan ini adalah untuk melihat jejak sejarah Tzu Chi Indonesia maupun Tzu Chi Internasional, terukir dalam dokumentasi serta Kata Perenungan Master Cheng Yen sebagai inspirasi untuk pengendalian diri.


Bhikkhu Anando Aggadipo (tengah), dengan khidmat  mengikuti Waisak Tzu Chi hingga selesai pada 13 Mei 2018, di Tzu Chi Center lantai 4, PIK Jakarta.

“Relawan ada menawarkan kepada Bhikkhu Sangha di Boddhisatta untuk kunjungan ke Jing Se Tang, kebetulan bhante ada waktu dan jodoh baik, untuk kunjungan itu ada, bisa dilakukan,” jelas Suherman (43), Wakil Ketua  He Qi Barat 1.

Kondisi ekonomi warga di sekitar vihara ataupun sekolah Boddhisatta Buddhist Center, sebagian besar adalah menengah ke bawah, warga tidak mampu, warga kurang beruntung. Oleh sebab inilah, tergerak hati insan Tzu Chi untuk kembali menjalin jodoh dalam pembagian bingkisan cinta kasih menjelang Imlek pada 10 Februari 2018 kemarin di vihara Boddhisatta Buddhist Center.

“Dalam menyambut Imlek, kebetulan di sana mayoritas dari umat vihara adalah umat yang merayakan Imlek tentunya dengan itu, kita bisa menjalin jodoh dengan mereka, sekalian berbagi Mi DAAI,” ujar Suherman (43), relawan Tzu Chi He Qi Barat 1.

Sesuai dengan tema 25 tahun Tzu Chi Indonesia ‘Wu Liang Yi Jing’, formasi yang dibentuk diambil dari dua huruf dari tema tersebut. Wu Liang berarti tak terhingga. Minggu, 6 Mei 2018, insan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 1, kembali datang berkunjung ke Boddhisatta Buddhist Center, untuk melaksanakan sosialisasi Waisak, menggalang hati umat Boddhisatta Buddhist Center, untuk menjadi bagian dalam formasi Waisak Tzu Chi. Hingga tergalang sebanyak 86 orang baik umat manula, remaja muda-mudi maupun anak sekolah bimbingan Boddhisatta Buddhist Center, tergerak hati turut serta dalam Waisak Tzu Chi pada 13 Mei 2018 di Aula Tzu Chi Center lantai 4, Pantai Indah Kapuk, Jakarta.

“Mereka begitu senang dan bahagia. Begitu banyak orang-orang berkumpul hadir mengikuti perayaan waisak di Tzu Chi Center dan membentuk suatu formasi. Gerakan-gerakan yang mengandung makna yang sangat baik sehingga membuat mereka sangat berkesan,” imbuh Bhikkhu Anando Aggadipo, diupasampada kembali pada 17 Desember 2015 di Bangkok, Thailand, walau sempat keluar dari anggota Sangha untuk merawat ibundanya selama 2 tahun 6 bulan.


Bhikkhu Anando Aggadipo, memberikan pesan cinta kasih berupa ajakan untuk menjadi peserta Doa Jutaan Insan pada peringatan Hari Waisak yang digelar oleh Tzu Chi Indonesia pada 13 Mei 2018 lalu.

Kesan mendalam sulit dilukiskan Nita, salah satu umat Boddhisatta Buddhist Center. Walau sudah dua kali ikut dalam waisak Tzu Chi, ia selalu mendapat kesan berbeda. Ia fokus mengikuti waisak dari awal hingga selesai sampai tidak terasa sudah dua jam berlalu.

“Dari kerapiannya, kedisplinannya, kesederhanaanya, dua-duanya saya ikuti itu benar-benar berkesan banget, hikmahnya benar-benar kelihatan,” ucap Nita, umat Boddhisatta Buddhist Center, Tangerang.

Kesan yang sama juga dirasakan oleh Vicky (16), salah satu umat muda-mudi vihara Boddhisatta Buddhist Center. Tidak hanya bertemu dengan teman sedhamma, tetapi berjodoh dengan umat vihara lain dan umat dari daerah lain, ikut bersatu hati dalam doa jutaan insan. Bagi Vicky, prosesi waisak Tzu Chi sangat bagus dan sempurna, hingga ia ingin mengajak keluarga, teman, kerabat, sahabat dan saudara ikut waisak tahun depan.

“Kesan yang paling dalam itu, saat menonton video pendek. Di situ menunjukkan bahwa Tzu Chi ini telah membantu banyak, bukan hanya di Indonesia saja tetapi di luar negeri pun, mereka tetap membantu tanpa memandang agama, suku, ras dan berbagai negara. Waisak ini, mendorong saya jadi ingin lebih perbanyak lagi berbuat kebajikan,” cerita Vicky, siswa kelas 2 SMK, dan juga umat Boddhisatta Buddhist Center, mendapat banyak kesan walau baru pertama kali ikut Waisak Tzu Chi 2018.

Budi, Ketua Dayakasabha Boddhisatta Buddhist Center, menyakinkan para manula Boddhisatta Buddhist Center, untuk melakukan kebajikan. Diperlukan suatu niat baik, salah satunya menjadi partisipan Waisak Tzu Chi dalam Doa Jutaan Insan.

Walau telah memasuki usia senja, tidaklah membuat Oey San Nio, untuk tidak menjadi bagian dari Waisak Tzu Chi. Tidak ada kesulitan baginya untuk berjalan maupun berdiri lama.

“Tidak ada kesulitan, saya malah senang. Saya bilang dalam hati, indah banget, bagus banget. Saya senang,” kata Oey San Nio (75), umat Manula Vihara Boddhisatta Buddhist Center, yang telah memiliki 6 anak, 15 cucu dan 7 cicit.

Walau awalnya, Budi, Ketua Dayakasabha Boddhisatta Buddhist Center, mengalami kesulitan menggalang hati umat remaja muda mudi, manula, anak sekolah Boddhisatta Buddhist Center, namun ia yakin untuk melakukan kebajikan, diperlukan suatu niat baik. Melalui sosialisasi waisak dan latihan bersama dengan insan Tzu Chi, kesulitan ini akhirnya menjadi suatu antusias turut serta dalam waisak Tzu Chi. Terbukti Boddhisatta Buddhist Center selama tiga tahun ini telah menjadi partisipan waisak Tzu Chi.

“Waisak di Tzu Chi itu sangat luar biasa. Kita tidak melihat berapa banyak dari aliran yang lain, atau aliran apa saja yang di sana, agama Buddha, tetapi intinya apa. Kita di sana itu cuma dengan satu tujuan, mengenang, merayakan tiga kejadian agung di hari waisak dan juga satu, itu kita bersama-sama berbuat kebajikan.” jelas Budi, Ketua Dayakasabha BBC, Upacarika BBC.


Bhikkhu Anando Aggadipo (ketiga dari sebelah kiri), bersama lima Bhikkhu Sangha melakukan kunjungan ke Tzu Chi Center, PIK pada 14 Desember 2017 silam.

Doa Jutaan Insan, tema Tiga Hari Besar Tzu Chi, Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, Hari Tzu Chi Sedunia, adalah menghimpun niat baik, menjalin jodoh baik dengan semua insan yang berlatar belakang agama, suku, ras dan bangsa yang berbeda-beda. Untuk berterima kasih kepada budi luhur Buddha yang Maha Sadar, membalas budi luhur orang tua dan leluhur, membalas budi luhur semua makhluk yang bersosialisasi antar sesama.

Pada Tiga Hari Besar Tzu Chi turut mengundang Bhikkhu Sangha, para pemuka agama Katholik, Kristen Protestan, Hindu, Kong Hu Chu berkumpul bersama memancarkan cinta kasih kepada semua makhluk dalam doa bersama agar bathin manusia jernih, masyarakat dunia tenteram dan harmonis dan dunia bebas dari bencana.

“Dengan peringatan waisak ini, marilah kita bersama-sama lebih meningkatkan keharmonisan. Apapun agama dan keyakinan kita, marilah kita bersama-sama menambah kebajikan dan meningkatkan kebijaksanaan baik untuk diri sendiri, keluarga, teman-teman dan semua makhluk hidup berbahagia,” tutup Bhikkhu Anando Aggadipo.

Editor: Khusnul Khotimah

Budi, Ketua Dayakasabha Boddhisatta Buddhist Center, menyakinkan para manula Boddhisatta Buddhist Center, untuk melakukan kebajikan. Diperlukan suatu niat baik, salah satunya menjadi partisipan Waisak Tzu Chi dalam Doa Jutaan Insan.


Artikel Terkait

Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -