Kado Rumah di Hari Valentine

Jurnalis : Sutar Soemithra, Fotografer : Anand Yahya
 
foto

Setelah menjalankan program bantuan 'Bebenah Kampoeng' di Kampung Belakang, Kamal, Jakarta Barat, Tzu Chi kembali menjalankannya di Pademangan Barat, Jakarta Utara.

Bagi Jafar, tanggal 14 Februari tidak ada bedanya dengan hari-hari yang lain walaupun banyak orang yang merayakan hari itu sebagai Hari Valentine atau Hari Kasih Sayang, terutama oleh anak muda. Maklum, usia Jafar sudah 60 tahun dan sudah lama menjadi duda pula. Namun Hari Valentine tahun 2008 kali ini pasti tidak akan pernah ia lupakan seumur hidup karena ia mendapat kado yang luar biasa. Jika kado yang biasa diterima orang lain berupa cokelat, kado yang ia terima kali ini adalah sebuah rumah baru!

Kado tersebut Jafar terima karena ia merupakan salah satu orang yang menerima bantuan program ‘Bebenah Kampoeng’ yang diadakan oleh Tzu Chi bekerja sama dengan Komando Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD) dan Pemerintah Daerah Jakarta Utara. Program tersebut membangun kembali 26 rumah yang sudah tidak layak huni di Pademangan Barat, Jakarta Utara. Tanggal 14 Februari 2008 itu diadakan peletakan batu pertama program tersebut. Yang lebih istimewa lagi, rumahnya dipilih menjadi lokasi peletakan batu pertama yang dilakukan oleh Pangkostrad Mayjen TNI George Toisutta, Walikota Jakarta Utara Effendi Anas, dan wakil ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma!

Ketika seharusnya meletakkan batu pertama, George Toisutta justru memberikannya kepada Jafar dan Muslim, tetangga Jafar yang bekas rumahnya juga menjadi lokasi peletakan batu pertama. “Kamu yang punya rumah, kamu yang harus letakin batu ya,” ajak George Toisutta.

foto  foto

Ket : - Di sela-sela upacara peletakan batu pertama 'Bebenah Kampoeng', diadakan juga bakti sosial kesehatan.
           Yang melibatkan tim medis Tzu Chi dan TNI. (kiri & kanan)

Program ‘Bebenah Kampoeng’ di Pademangan ini merupakan yang kedua dijalankan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia setelah yang pertama di Kampung Belakang, Kamal, Jakarta Barat. Dalam kerja sama ini, Tzu Chi bertanggung jawab atas pembiayaan, KOSTRAD bertanggung jawab dalam hal penyiapan tenaga, dan Pemda DKI Jakarta Utara bertanggung jawab pada pembenahan infrastruktur lingkungan. “TNI itu asalnya dari rakyat oleh rakyat, TNI harus sangat peduli pada rakyat,” ungkap George Toisutta. Namun ia juga mengakui bahwa TNI tidak memiliki fasilitas berlebih untuk melakukan hal itu sehingga mengambil peran menyediakan tenaga.

Dalam acara peletakan batu pertama tersebut juga diadakan baksos kesehatan yang diadakan di lokasi acara seremonial di Kantor Urusan Agama (KUA) Pademangan. Baksos kesehatan tersebut melayani 500 pasien pengobatan umum dan 100 pasien pengobatan gigi. Dokter dan paramedis yang terlibat adalah gabungan dari tim medis Tzu Chi dan tim medis TNI.

foto  foto

Ket : - Program 'Bebenah Kampoeng' di Pademangan Barat merupakan hasil kerja sama Tzu Chi dengan
           Komando Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD) dan Pemda DKI Jakart Utara. (kiri)
         - Para warga Pademangan Barat mengamati foto-foto tentang rumah mereka yang telah dirubuhkan dan akan
           dibangun kembali melalui program 'Bebenah Kampoeng'. (kanan)

Pembangunan 26 rumah akan dilaksanakan dalam 2 tahap, masing-masing 13 rumah yang dikerjakan dalam 18 hari. Pademangan merupakan daerah pemukiman padat yang diapit oleh kawasan bisnis Mangga Dua dengan kawasan pemukiman menengah ke atas di Sunter. Karena tidak terlalu jauh dengan garis pantai, wilayah Pademangan cukup rendah sehingga menjadi langganan banjir.

Malah, rumah Jafar yang berukuran 4x11 meter itu selalu digenangi air walaupun hujan tidak terlalu besar, terlebih jika musim hujan. Banjir menjadi tamu yang selalu mengunjunginya. Rumahnya yang berada di gang sempit RT 11 RW 14 seolah terjepit oleh rumah-rumah yang rata-rata bertingkat di kanan kiri rumahnya. Karena selalu kebanjiran jika musim hujan datang, ia meninggikan lantai rumahnya namun tanpa meninggikan atapnya. Jarak antara lantai dengan atap yang tadinya 3 meter kini tinggal tersisa 1,75 meter sehingga ia harus menunduk ketika masuk ke rumah.

Jafar sehari-hari bekerja sebagai kuli bangunan dengan penghasilan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari sehingga tidak memiliki biaya untuk memperbaiki rumahnya yang sudah seharusnya direnovasi. “Satu rumah, kayu yang masih utuh atau kuat untuk dimanfaatkan tinggal satu batang,?terangnya.

foto  

Ket : - Jafar meletakkan batu pertama pembangunan rumahnya. Menurutnya, rumahnya sebelum dirubuhkan hanya
           memiliki 3 tiang yang masih kuat menyangga rumahnya.

Malah, rumah Jafar yang berukuran 4x11 meter itu selalu digenangi air walaupun hujan tidak terlalu besar, terlebih jika musim hujan. Banjir menjadi tamu yang selalu mengunjunginya. Rumahnya yang berada di gang sempit RT 11 RW 14 seolah terjepit oleh rumah-rumah yang rata-rata bertingkat di kanan kiri rumahnya. Karena selalu kebanjiran jika musim hujan datang, ia meninggikan lantai rumahnya namun tanpa meninggikan atapnya. Jarak antara lantai dengan atap yang tadinya 3 meter kini tinggal tersisa 1,75 meter sehingga ia harus menunduk ketika masuk ke rumah.

Impian memiliki rumah yang layak huni sudah lama ia idamkan karena tidak ada yang bisa ia wariskan kepada dua anaknya yang telah lulus STM dan masih duduk di bangku SMP. Mungkin rumah yang layak itulah yang hanya bisa ia wariskan. “Saya bersyukur kepada Allah SWT anugerah yang dilimpahkan kepada saya lebih dari apa yang pernah kita rasakan,” ucapnya.

 

Artikel Terkait

Belajar Merawat Bumi Sejak Dini

Belajar Merawat Bumi Sejak Dini

25 Maret 2015
Untuk menanamkan sikap peduli pada lingkungan, maka harus kita mulai sejak dini. Dari sinilah kita dapat belajar bagaimana cara merawat, menjaganya agar bumi dapat memberikan pengaruh yang baik bagi kehidupan manusia. Untuk menanmkan sikap peduli terhadap lingkungan, Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengajak orang untuk menjaga bumi kepada anak-anak Kelas Budi Pekerti yang dilaksankan pada hari Minggu, 15 Maret 2015.
Memetik Hikmah dari Perjalanan Hidup Hingga Mengenal Tzu Chi

Memetik Hikmah dari Perjalanan Hidup Hingga Mengenal Tzu Chi

17 April 2017

Risna adalah ibu dari tiga orang anak yang menerima bantuan Tzu Chi (Gan En Hu) di bidang pendidikan. Setelah anak-anaknya menerima bantuan, Risna juga tergerak untuk mengikuti kegiatan Tzu Chi di sela-sela kesibukannya menjadi orang tua tunggal.

Meneladani Jejak Langkah Master Cheng Yen

Meneladani Jejak Langkah Master Cheng Yen

24 Maret 2015 “Kita jadi bertanya pada diri  sendiri apa sebenarnya makna kita hidup? Hidup yang begitu lengkap, baik, bisa hilang tiba-tiba. Tentu ini menimbulkan sebuah pertanyaan yang mendasar. Tujuan kita hidup apa? Untuk apa kita  berjuang?"
Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -