Kamp Humanis DAAI TV: Mengubah Pesimisme Menjadi Optimisme

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Arimami SA., Hadi Pranoto


Akhyari saat menjadi pembicara dalam Seminar Media Kemanusiaan di Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara pada 22 Oktober 2018.

Apa dampaknya jika seseorang terjangkit sikap pesimisme? Tidak bersemangat, malas belajar, mudah curiga kepada orang lain, tidak memiliki cita-cita besar dalam hidupnya, dan tidak mau berusaha dan bekerja keras. Orang pesimis selalu menganggap apa yang dilakukan dan dikerjakannya tidak memiliki makna yang besar, dan ujungnya adalah bahwa semua pada akhirnya akan gagal.

Lalu bagaimana dampaknya jika rasa pesimisme itu menghinggapi mayoritas masyarakat sebuah bangsa? Maka bangsa itu pelan-pelan akan mengalami kemunduran, dan tertinggal dibanding negara-negara lainnya.

Parahnya, rasa pesimisme masyarakat sebuah bangsa bisa disebabkan salah satunya karena paparan dari informasi-informasi negatif (media) yang diterima secara terus menerus. “Begitu banyak hal negatif yang diangkat dan disebarkan di Indonesia. Media-media kita (TV, media cetak, maupun online) 80 persennya memuat berita-berita yang tidk mendidik, tidak menginspirasi, dan kurang bermanfaat. Sementara 15 persennya lagi bukan pula positif, tapi menampilkan hal-hal yang kurang bermanfaat. Di sini ada celah kosong yang perlu dimasuki (insan media), yakni optimisme,” kata Akhyari Hananto, founder GoodNews From Indonesia di hadapan 200 orang lebih karyawan DAAI TV Indonesia.

Siang itu, Jumat, 22 Maret 2019, Akhyari menjadi pembicara dalam kegiatan Kamp Humanis DAAI TV yang diadakan pada 22-23 Maret 2019 di Tzu Chi Center, Lt. 2, PIK, Jakarta Utara. Ini menjadi kunjungan ke-5 Akhyari di televisi cinta kasih ini. DAAI TV pula yang menjadi inspirasi pria kelahiran Yogyakarta ini untuk membangun sebuah media yang memiliki visi dan misi seperti DAAI TV, menyebarkan hal-hal positif di masyarakat.

 

Belajar dari Pengalaman Negeri Tetangga

Untuk memperkuat pernyataannya, Akhyari mengisahkan tentang negara tetangga, Filipina. Negara ini pada era tahun 1960-an merupakan sebuah negara yang cukup maju, bahkan termasuk negara termakmur kedua di Asia setelah Jepang. “Tapi apa yang terjadi sekarang, bahkan Singapura kini lebih baik dari Filipina,” kata Akhyari. Salah satu penyebabnya, menurut salah satu penelitian adalah akibat pesimisme yang mempengaruhi warganya. Mulai dari masyarakatnya, mahasiswa, akademisi, hingga pemerintah. Sikap pesimisme ini tumbuh subur seiring dengan maraknya pemberitaan-pemberitaan negatif di Filipina pada waktu itu. “Kita bandingkan dengan Singapura, yang media-medianya selalu mengedepankan optimisme. Ini membangun semangat masyarakatnya untuk terus maju,” tegas Akhyari, “media massa menjadi sarana untuk mencerdaskan masyarakat.”


Ketika mendirikan GoodNews From Indonesia (www.goodnewsfromindonesia.id), pria asal Yogyakarta ini mengaku terinspirasi dari tayangan-tayangan DAAI TV Indonesia.

Padahal ketika “berpisah” dari Malaysia di tahun 1965, negeri Singa ini bisa dibilang minim sumberdaya. Beruntung mereka memiliki Lee Kuan Yew, pemimpin yang memiliki energi positif dan jiwa optimisme. Beliau menanamkan “mindset” dalam benak rakyatnya bahwa Singapura adalah sebuah negara besar. Dan ini diterjemahkan pula dalam pembangunan mereka, Bandara Changi yang besar, gedung-gedung, pohon, dan infrastruktur lainnya. “Dan yang tak kalah penting adalah peran media dan informasi yang dijaga betul agar masyarakat memiliki sikap disiplin, semangat bekerja, optomis, dan memiliki cita-cita yang besar,” kata Akhyari.

Prinsip-prinsip yang sama yang ingin dibangun Akhyari: media yang positif dan menularkan nilai-nilai kebajikan: cinta kasih, toleransi, disiplin, gotong royong, dan kemanusiaan. Dari sini lahirlah GoodNews From Indonesia (www.goodnewsfromindonesia.idsebuah portal berita yang berisikan artikel-artikel, foto, dan video yang bermuatan positif -red), yang selalu dikatakan oleh Akhyari bahwa kelahirannya karena terinspirasi dari tayangan-tayangan DAAI TV Indonesia. “Ketika saya menginap di salah satu hotel di Jakarta, saya menemukan DAAI TV, dan menontonnya membuat saya merasa, ‘kenapa semangat (kebaikan) ini nggak disebarkan ke masyarakat lebih luas’,” kata Akhyari.

Hal ini yang membuatnya tidak pernah merasa bosan berada di sekitar keluarga besar DAAI TV Indonesia. “Ketika konten-konten di media mayoritas isinya negatif, kehadiran media-media positif (DAAI TV, GNFI, dan lainnya-red) bisa menjadi penawar yang positif,” ungkap Akhyari. Dengan adanya media alternatif maka masyarakat akan memiliki pilihan, dan berpikir kritis, berita ini positif atau negatif. “Saat ini yang terjadi adalah negativisme menjadi mayoritas dan terlalu banyak sehingga yang positif kurang mendapat perhatian,” lanjutnya.


Keharmonisan dan kekeluargaan di DAAI TV Indonesia tercermin dalam kehangatan di antara para peserta dan pembicara. Lingkungan yang harmonis menjadi pemicu munculnya kreativitas dan inovas.

Tantangannya, di tengah kecenderungan masyarakat Indonesia yang lebih menyukai tayangan-tayangan kriminal, gosip, dan mistik, maka bagaimana mengemas sebuah konten positif menjadi menarik itu menjadi tugas media-media yang memang berjuang di jalur ini. “Bagaimana menjahit sebuah konten (berita) yang tadinya nggak menarik jadi menarik. Kalau kita berikan pilihan yang baik dan menarik tentang berita-berita positif itu rasanya tidak mungkin kita tidak bisa menang dalam persaingan tersebut,” ungkapnya.

Dan di mata Akhyari, DAAI TV Indonesia sudah memiliki itu semua, mulai dari resource, network, finance, hingga volunteer. “Tinggal mengikuti tren informasi di masyarakat. Contohnya sekarang tren dengan konten video-video pendek, kemudian meme, dan lainnya. Kreativitas ditingkatkan. Bagaimana membuat konten biasa menjadi luar biasa,” kata Akhyari, “Intinya DAAI TV harus terus berinovasi dan bisa membaca keinginan (tren) di masyarakat.”


Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Kamp DAAI TV: Membangun Karyawan Humanis

Kamp DAAI TV: Membangun Karyawan Humanis

29 April 2013 DAAI TV merupakan televisi pembawa aliran jernih di tengah masyarakat. Stasiun ini tak hanya menyiarkan program-program keluarga, tapi juga berita kemanusiaan dan budaya humanis yang sangat relevan di tengah zaman yang kiat kisruh.
Kamp Humanis DAAI TV: Mengubah Pesimisme Menjadi Optimisme

Kamp Humanis DAAI TV: Mengubah Pesimisme Menjadi Optimisme

25 Maret 2019

Akhyari Hananto, founder GoodNews From Indonesia kembali menjadi narasumber dalam kegiatan DAAI TV Indonesia. Kali ini, Jumat, 22 Maret 2019, Akhyari menjadi salah satu pembicara dalam kegiatan Kamp Humanis DAAI TV yang diadakan pada 22-23 Maret 2019 di Tzu Chi Center, Lt. 2, PIK, Jakarta Utara. 

Kamp DAAI TV 2016: Melihat lebih Benar, Merenung lebih Dalam

Kamp DAAI TV 2016: Melihat lebih Benar, Merenung lebih Dalam

18 April 2016
Lim Ji Shou, relawan Tzu Chi asal Malaysia mengatakan bahwa misi DAAI TV ialah bagaimana membawa aliran air yang menjernihkan batin manusia, menjadi arus dharma yang menentramkan kekacauan di tengah masyarakat dan membawa perhatian benar di tengah dunia yang kian mengalami kerusakan.
Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -