Kasih Orang Tua Sepanjang Masa

Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Pusat), Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Pusat)


Di ruangan yang dipenuhi murid Kelas Budi Pekerti, Lie Anne Tanjaya memandu mereka memahami tentang kasih orang tua kepada anak.

Insan Tzu Chi di komunitas He Qi Pusat merayakan Hari Ibu Internasional pada Kelas Budi Pekerti Tzu Chi dengan tema ‘Hari Bakti’. Sebanyak 21 anak Qin Zi Ban Besar, 20 anak Tzu Shao Ban menunjukkan wujud baktinya kepada orang tua mereka pada Minggu 20 Mei 2018 di Kantor Tzu Chi He Qi Pusat, Gedung ITC Mangga Dua lantai 6, Jakarta Pusat.

Pada pertemuan ke-4 ini, Kelas Budi Pekerti dibagi dalam dua ruang. Di ruang orang tua murid disuguhkan video tentang sikap tidak hormat seorang anak terhadap ibu kandung. Sikap seorang menantu tidak menghargai mertua. Di ruang murid budi pekerti, diputarkan video tentang kasih sayang seorang ibu tehadap anak namun tidak diwujudkan dalam tindakan. Juga perjuangan seorang ayah mengantarkan anaknya agar memiliki pendidikan tinggi walau harus bekerja siang malam untuk masa depan anaknya. Suara tangis kecil murid terdengar selama video diputar.

Sebagai ungkapan cinta kasih anak terhadap orang tua, murid budi pekerti diajak untuk membuat tanda cinta dalam bentuk hati, mencurahkan ungkapan hati dalam bentuk tulisan di atas kertas surat. Surat ungkapan hati ini dipersembahkan kepada orangtua mereka pada saat prosesi Hari Bakti. Di ruang orang tua, mereka juga diajak membuat kreasi kartu cinta kepada anaknya, yang akan diberikan kepada anak saat prosesi Hari Bakti.


Sebagai ungkapan cinta kasih anak terhadap orangtua, murid Kelas Budi Pekerti diajak untuk membuat tanda cinta dalam bentuk hati.

Seorang ibu harus memiliki suatu talenta dalam mendidik anak, mengajarkan anak, memanfaatkan waktu dengan baik. Enam tahun silam, Henny Chen mengajak Julio (13) ikut pendidikan budi pekerti Tzu Chi agar anak memiliki karakter berbudi pekerti, berbudaya humanis, mandiri dan berbakti pada orang tua.

“Perubahan sangat banyak, misalnya kalau habis makan, dia bisa cuci sendiri piringnya, pulang sekolah bisa rapiin bukunya,” ujar Henny Chen, ibunda dari Julio.

Sikap malas dan gemar bermain game, membua Julio sering membantah saat diminta untuk belajar ataupun mengerjakan pekerjaan rumah. Namun Julio tahu, ibunya tetap mencurahkan kasih sayang kepadanya. Sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar, Julio sudah bisa membantu ibunya di toko sebagai kasir toko. Inilah salah satu bentuk cinta Julio kepada ibunya.


Marvin menyuguhkan teh dan menyuapkan makanan kepada orang tuanya.

Saya tulisnya cuma I love you, tapi dalam tulisan I love you itu banyak maknanya. Saya tetap sayang sama mama saya, sama orangtua saya, sama papa saya,” cerita Julio tentang ungkapan hati dalam bentuk surat yang ditulisnya. Ia juga menyesal sering bermain game hingga lupa waktu.

Pendidikan budi pekerti Tzu Chi yang diperoleh anak akan menjadi suatu kebiasaan yang bakal dibawa anak sampai ke rumah. Masa remaja adalah masa anak sedang mencari jati diri. Sebagai orangtua harus mendampingi anak agar anak bertindak benar, berperilaku baik dan bertutur kata lembut.

“Sebagai orang tua, kita harus melakukan pendampingan. Jangan meninggalkan anak. Walau anak kadang suka membantah, saya yakin ia bukan dari dalam lubuk hatinya, ini dia hanya asal ngomong saja. Saya didik dengan tangan sendiri, jadi saya tahu bagaimana sifat dia sebenarnya,” jelas Henny Chen, relawan komunitas He Qi Pusat.


Aurellio ingin membahagiakan ibunya. Ia dengan tulus menyuapi ibunya.

Julio juga punya harapan untuk ayahnya. “Papa bisa berbaur dengan keluarga, tidak membawa ataupun memikirkan  masalah kantor di rumah, agar papa bisa memberikan perhatian cinta kasih kepada anak-anak,” tutup Julio.

Tahun ini Marvin berusia 13 tahun. Mariana berharap melalui pendidikan budi pekerti Tzu Chi, Marvin bisa bersosialisasi, berbakti, sayang pada adiknya, peduli pada pendidikan serta membantu teman dalam belajar dan tidak bertutur kata kasar.

Di usia yang masih anak-anak, Marvin bersikap cuek, suka membantah orang tua, dan kadang meresahkan orangtua. Namun orang tua tahu pada dasarnya Marvin adalah seorang anak yang baik dan berbakti.


Sambil tertunduk dan menangis, Nelvin meminta maaf karena pernah melawan orang tuanya.

“Sedih, terharu. Marvin tidak pernah peluk mamanya seperti tadi. Jadinya saya merasa terharu. Walaupun saya suka marah sama dia sebab tidak mau belajar tidak mau ini itulah, tapi dalam lubuk hati saya paling dalam, saya sayang banget sama dia,” tutur Mariana (36), ibu dari Marvin sambil menitikkan air mata.

Kesibukan orang tua kadang membuat anak kurang mendapat perhatian dan kasih sayang orang tua. Hal ini yang sangat dirasakan Marvin. Marvin mengharapkan ibunya lebih mencurahkan waktu bersamanya. Ia juga berharap ibunya menjadi seorang relawan Tzu Chi, memiliki hati tulus menolong orang banyak dan memberikan makanan bagi orang tidak mampu.

“Kalau buat papi, jangan marah-marah, asal koko dengerin saja. Aku mau balas dengan ketulusan,” cerita Marvin tentang isi surat yang ditulisnya. Marvin juga menjelaskan arti surat dan bentuk cinta yang dilipat.

“Kayak hati ditaruh hati lagi, taruh hati lagi. Kayak papi sama mami sama aku dijadikan satu dalam keluarga,” jelas Marvin, anak sulung dari Mariana dan Jun Khian.


Julio sedang membasuh kedua kaki mamanya dengan penuh cinta.

Ketegasan orangtua mendidik anak kadang sering disalahartikan oleh anak hingga membuat anak takut pada seorang sosok ayah. Padahal ayah Marvin mendidik Marvin untuk menjadi anak bertanggung jawab pada segala tindakan, menjadi anak yang mandiri dan anak yang dewasa dalam berpikir.

“Sebenarnya tidak wajar saya pukul. Saya juga ada penyesalan. Saya mau kasih tahu dia agar tidak mengulangi kenakalannya di sekolah,” tutup Jun Khian.

Keseruan anak dalam bemain game, selalu membuat anak lupa waktu untuk belajar. Hal ini sering dilakukan Aurelilo (11). “Tentang membahagiakan orangtua. aku sayang mama,” jelas Aurellio, tentang isi surat yang digoreskan di kertas surat. Aurellio juga menambahkan ia tidak pernah membasuh kaki maupun menyuapi makanan kepada mamanya.“Sedih, lumayan sedih, karena membasuh kaki orang tua itu jarang, cuma dilakukan pada saat hari ibu.” ucap Aurellio.


Henny Chen dan Julio saling bercerita tentang surat yang ditulis.

Sejak Aurellio berumur 3 tahun, ia harus kehilangan seorang sosok ayah untuk selamanya. Awalnya Herawati, ibunya harus berbohong tentang ayah Aurellio. Herawati tidak sanggup menutupi kebohongannya seiring Marvin beranjak dewasa. Ia menjelaskan tentang ayah Marvin telah pergi selamanya karena sakit. Sebagai seorang single parent, Herawati (37) mengajarkan Aurellio harus lebih bersyukur masih memliki seorang ibu yang sayang dan perhatian kepada Aurellio.

“Dia agak pemalu untuk mengungkapkan. Jadi buat dia itu, kalau langsung diungkapkan gengsi. Tapi sebenarnya dalam hatinya, dia sayang. Terlihat kalau saya sedang capek, dia bantu saya untuk kerja kerjaan rumah,” cerita Herawati.

Sementara itu, sebagai anak sulung, Nelvin (12)sangat membanggakan orang tuanya. Nelvin tahu selama ini orang tuanya sudah memberikan yang terbaik buat keluarga, dia bersama dua adiknya, juga mendidiknya melakukan kebajikan untuk orang lain dan memberikan pendidikan budi pekerti. “Terima kasih, papa sudah kerja, capek, siang malam, hujan-hujanan buat saya dan adik-adik,” kata Nelvin.

Saat prosesi menyuguhkan teh, menyuapi makanan, membacakan surat dan menyerahkan karangan bunga, Nelvin menangis di hadapan ayahnya. “Merasa bersalah waktu itu pernah melawan.  Saya minta maaf soalnya pernah membentak,” jelas Nelvin.

“Iya, terharu juga. Anaknya sebenarnya baik. Tadi saat melakukan prosesi, saya yang sering marah ke dia, saya sempat sedih, hati saya merasa menyesal, ”kata Hendri, ayah dari Nelvin. Hendri berharap Nelvin menjadi anak mandiri, bertanggung jawab dan berbakti pada orangtua serta menghormati orang yang lebih tua darinya.

Editor: Khusnul Khotimah

Di ruangan yang dipenuhi murid Kelas Budi Pekerti, Lie Anne Tanjaya memandu mereka memahami tentang kasih orang tua kepada anak.


Artikel Terkait

Membangun Sikap Anak di Kelas Budi Pekerti

Membangun Sikap Anak di Kelas Budi Pekerti

14 Februari 2018
Kegiatan kelas budi pekerti untuk Xiao Pu Sa (Bodhisatwa Kecil) yang berlangsung pada 11 Februari 2018, di Aula Jing Si Tzu Chi Bandung.
Dengan Semangat Baru, Kelas Budi Pekerti Dibuka Kembali

Dengan Semangat Baru, Kelas Budi Pekerti Dibuka Kembali

26 Agustus 2022

Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kembali mengadakan Kelas Budi Pekerti yang sempat ditiadakan kurang lebih 2 tahun karena pandemi Covid-19. Ada yang berbeda pada kegiatan ini, yang mana banyak wajah-wajah baru yang mengikuti kelas ini.

Kelas Budi Pekerti: Asal Usul Tahun Baru Imlek

Kelas Budi Pekerti: Asal Usul Tahun Baru Imlek

23 Januari 2019

Pada Minggu, 20 Januari 2019, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun melakukan kegiatan rutin setiap bulannya yaitu kelas budi pekerti. Pada pertemuan kali ini, para Xiao Tai Yang diberikan tema yang berkaitan dengan Tahun Baru Imlek yang akan jatuh pada bulan Februari 2019.


Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -