Kebersamaan untuk Menjaga Ajaran Buddha

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari

19 Mei 2015, tepatnya di Diamond Hall Grand Hotel, Khatmandu, relawan Tzu Chi mengadakan Ai Sa (Sosialisasi Tzu Chi). Ai Sa diikuti oleh kurang lebih 90 staf Grand hotel yang rumahnya terkena dampak dari gempa 25 April 2015 lalu.

Senja di Pusat Kota Khatmandu, 19 Mei 2015, tepatnya di Diamond Hall Grand Hotel, Khatmandu, relawan Tzu Chi mengadakan Ai Sa (Sosialisasi Tzu Chi). Satu kegiatan pengenalan Tzu Chi yang juga bertujuan untuk membagikan perhatian dan cinta kasih pada masyarakat yang kali ini adalah para staf Grand Hotel. Ai Sa diikuti oleh kurang lebih 90 staf hotel yang rumahnya terkena dampak dari gempa 25 April 2015 lalu. “Tujuannya untuk memberikan perhatian, motivasi, dan juga bantuan kepada staf,” ucap Hoklay Shixiong, relawan Tzu Chi Indonesia yang didaulat sebagai PIC kegiatan.

Sambutan hangat dari awal acara membuat para staf yang hadir merasakan kehangatan dan mengungkapkan terima kasih. Amir K. Pradhananga, Resident Manager Grand Hotel mengatakan hal tersebut. Ia berujar bahwa ini merupakan dukungan moral bagi stafnya. “Kebanyakan staf di sini kini memang tinggal dengan tenda, bersama sanak keluarganya, walaupun rumah mereka tidak hancur sepenuhnya namun mereka masih sangat takut untuk tinggal di dalam gedung,” ucap Amir. Kondisi takut memang masih terlihat saat beberapa kali gempa berskala kecil mengguncang Nepal. Para staf hotel panik dan berlarian keluar dari hotel.

Para relawan Tzu Chi Internasional mengajak para staf Grand Hotel untuk memeragakan isyarat tangan dan menghibur mereka yang ternyata juga korban gempa 25 Mei 2015.


Hoklay, relawan Tzu Chi Indonesia (mike) yang didaulat sebagai PIC kegiatan Ai Sa, memberikan sharing kepada para staf mengenai misi dan visi Yayasan Buddha Tzu Chi

Amir menjelaskan bahwa ada sekitar 150 staf yang merasakan efek dari gempa ini. Namun tidak semua mendapatkan terpal karena kerendahan hati dari masing-masing staf. “Saya memberikan informasi kepada mereka tentang bantuan dari Tzu Chi,” ucap Amir. Ia juga mengajak staf nya untuk bertindak bijaksana. “Jadi kalau kalian sudah mampu membeli terpal, jangan lagi ambil. Karena apabila kamu ambil, mungkin orang lain yang membutuhkan akan tidak mendapat bagian. Jadi itu menjadi kebijaksanaan kalian semua,” jelasnya mengulang apa yang ia katakan pada para stafnya.

Melihat Tzu Chi yang telah tiga minggu menetap di Grand Hotel dan memberikan bantuan bagi warga yang membutuhkan membuat Amir merasa sangat bersyukur karena bisa memberikan kenyamanan pada Tzu Chi. Ia juga menilai Tzu Chi berbeda dari kebanyakan NGO lain juga. “Banyak sekali NGO yang menginap di hotel kami, tapi kalian berbeda. Kebanyakan mereka datang, check in, istirahat, dan lain-lain baru memberikan bantuan. Tapi kalian baru mendarat pun sudah siap untuk melakukan survei ke lokasi dan langsung memberikan bantuan. Inilah yang harus saya pelajari dari Tzu Chi,” ujarnya. “Saya salut dengan dedikasi kalian,” tambah ayah satu anak ini.

Banyak pelajaran yang bisa ia petik dari bencana yang menimpa Nepal kali ini. Kasih sayang, kebijaksanaan, dan kesatuan sebuah keluarga. Ia mengambil contoh kisahnya sendiri. “Kami tinggal di pusat kota, di daerah Khatmandu,” ucapnya memulai cerita. Tinggal di pusat kota dengan kesibukan sebagai manajer hotel membuatnya selalu sibuk dan menjadi individualis. Tidak hanya di luar rumah, namun hal itu juga terjadi di dalam rumahnya. “Ada tujuh orang di rumah saya. Dua orang tua, saya, istri, anak, dan satu adik laki-laki. Kami semua tinggal di lantai yang berbeda,” jelasnya. Dalam rumah tiga lantai tersebut mereka tinggal di ruang berbeda dan tiga televisi yang berbeda pula. “Saya suka acara olah raga jadi saya menonton olah raga. Orang tua saya suka drama, dan anak saya suka kartun. Kami semua punya kesukaan masing-masing,” ucap Amir. Sebelum gempa mereka bahkan jarang berbincang satu sama lain. namun hal itu berbalik 180 derajat setelah gempa melanda Nepal. “Kami kemudian tinggal di satu lantai, lantai bawah. Kami memindahkan dapur di bawah dan semua hal ke dalam satu lantai. Kami menjadi dekat satu sama lain, kami saling berbincang, dan kini kami semua hanya menonton satu tv tua yang kecil. Dan kami menonton kartun,” kisahnya sambil tertawa.

Relawan Tzu Chi memberikan bantuan berupa terpal kepada para staf Grand Hotel yang kini tinggal di tenda pengungsian, walaupun rumah mereka tidak hancur sepenuhnya namun mereka masih sangat takut untuk tinggal di dalam gedung

Ia menilai bahwa “mother earth” telah memberikan peringatan pada semua orang agar tidak lagi bertindak individualis. “Mungkin mereka menegur kami dan mencari cara bagaimana bisa membuat kami sekeluarga dekat kembali,” ucapnya diiringi canda. Kini sesibuk apapun dia, dia tetap menyempatkan waktu untuk berbincang dengan keluarga. “Walaupun saya dalam rapat, saya akan mengangkat telfon keluarga saya dan menyempatkan waktu untuk berbicara. Sebelumnya saya tidak pernah melakukan itu,” cerita Amir.

Sebagai orang Nepal, ia pun bangga bisa memberikan sambutan pada Tzu Chi. Ia bangga karena Nepal merupakan tanah kelahiran Buddha. Dan ia bangga bisa menyambut para relawan Tzu Chi yang dengan dedikasi tinggi menjalankan ajaran Buddha. “Terima kasih karena anda semua telah menjaga ajaran Buddha dan menyebarkan cinta kasih di seluruh dunia. Ini sungguh luar biasa,” tutup Amir.


Artikel Terkait

Cara untuk mengarahkan orang lain bukanlah dengan memberi perintah, namun bimbinglah dengan memberi teladan melalui perbuatan nyata.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -