Ketika Anak-Anak Belajar Menjadi Wirausaha

Jurnalis : Willy, Fotografer : Willy

Kegiatan Entrepreneur Days 2015 yang diadakan pada 28 dan 29 April 2015 ditujukan untuk merangsang kreativitas dan nilai kerja sama tim dari para siswa-siswi.

Colourful hairband, colourful hairband,” ujar Monic, siswi dari K1 Compassion Sekolah Tzu Chi Indonesia yang menawarkan produk kreasi kelasnya di salah satu stan dalam kegiatan Entrepreneur Days 2015 yang digelar oleh Sekolah Tzu Chi Indonesia. Menurut Iing Felicia Joe, Kepala TK Tzu Chi Indonesia, kegiatan yang dilakukan pada 28 dan 29 April 2015 itu bertujuan memicu kreativitas dari para  siswa/i kelas N1, N2, K1, dan K2 Sekolah Tzu Chi Indonesia. “Kita ingin mengasah kreativitas. Selain itu kita juga belajar matematika, team work, dan berkomunikasi dengan para pembeli,” ujar Iing yang telah bergabung dengan Sekolah Tzu Chi Indonesia sejak tahun 2010 itu.

Dalam kegiatan pada hari pertama ini, setiap kelas dibagi dalam beberapa kelompok yang memiliki tugas masing-masing. Saat satu kelompok bertugas, kelompok lain dipersilakan untuk berkeliling ke stan kelas lain untuk membeli berbagai macam hal seperti jajanan, hiasan, hingga boneka mini. Monic termasuk salah satu yang cukup rajin menjaga stan kelasnya. Selain bando, stan kelasnya juga menjual jajanan seperti kentang goreng dan minuman coklat dingin.

Monic (kiri) senang dapat mengikuti kegiatan Entrepreneur Days 2015. 


Suguhan pertunjukkan dari para siswa/i memukau para penonton.

“Saya ingin beli coklat dingin,” ujar salah seorang calon pembeli.  “Harganya sepuluh ribu,” sahut Monic. Secarik uang Rp 20.000,- disodorkan kepadanya. Tak menunggu lama, Monic menyerahkan minuman coklat dalam gelas plastik lengkap dengan kembaliannya. Monic mengaku senang dapat mengikuti acara ini. “Kenapa kamu senang?” tanya saya. “Karena hari ini adalah hari untuk berbelanja,” jawabnya sembari mengangkat kedua tangannya.

Tak berbeda dengan Monic,  Asher Kenan, siswa dari K1 Grateful mengaku senang dapat ikut dalam kegiatan ini karena selain dapat membeli berbagai hal, dapat membantu yang membutuhkan. “Uangnya buat bantu orang yang nggak punya,” ujarnya.

Jika pada hari pertama siswa/i saling membeli dan menjual produk, maka pada hari kedua mereka akan memberikan penampilan sesuai dengan minat mereka. Kegiatan pada hari kedua juga dihadiri oleh para orang tua dan DAAI Mama (relawan pendidikan).

Kelompok siswa/i peserta kokurikuler fotografi ikut mengabadikan momen dalam kegiatan pada hari itu.

Acara dibuka dengan tarian balet dari para siswi yang dilanjutkan dengan jam bebas yang dapat digunakan para pengunjung untuk membeli produk hasil karya para siswa dan DAAI Mama. Berbagai stan dihadirkan misalnya stan makanan buah tangan siswa/i kokurikuler (pelajaran tambahan bakat minat) memasak dan stan yang menawarkan kartu pos dengan gambar hasil jepretan siswa/i yang mengikuti kokurikuler fotografi. Tak hanya itu, para siswa/i kokurikuler fotografi juga menunjukkan kebolehan mereka mendokumentasikan kegiatan entrepreneur days hari kedua. Meski masih berusia 5-6 tahun, para fotografer cilik ini dengan piawai menarget obyek-obyek foto dengan kamera saku. Salah satunya, Thedrik, siswa K2 Respect. Thedrik mengaku senang dapat ikut mengabadikan momen dalam kamera sakunya. “Senang foto soalnya bisa jalan-jalan,” ujar anak berusia enam tahun itu.

Selain itu, para pengunjung disuguhkan penampilan seni seperti tari piring, tari kipas, seni bela diri, demo menggambar, dan demo dari kokurikuler science. Acara juga diisi penyerahan hasil lelang karya para siswa/i. Nantinya dana yang terkumpul akan disalurkan untuk bantuan pendidikan. “Nantinya uang akan kita sumbangkan kepada mereka kepada sekolah dan anak-anak yang masih minim. Kita juga informasikan kepada anak-anak, jadi salah satu pembelajaran bahwa uang yang mereka peroleh akan digunakan untuk membantu orang lain,” tambah Iing.

Salah satu pemenang hasil lelang yang berasal dari Tiongkok, Dong Yu-guo menuturkan bahwa dia sangat mengapresiasi kegiatan ini. Penulis dan juga salah satu pengajar di Beijing Language and Culture University mengatakan, “Di Sekolah Tzu Chi kita ada sebuah lukisan siswa dan semangat pendidikan. Di semangat itu ada cinta kasih yang tidak terhingga. Di rumah, kita menyayangi anak kita, di sekolah mencintai murid-murid. Tidak hanya mencintai rumah kecil kita, tetapi juga mencintai ‘rumah besar’ kita. Bukan hanya mencintai ‘rumah besar’ kita, mencintai negara kita, dan juga mencintai dunia kita, seluruh dunia. Kita berharap demikian, dunia kita dipenuhi cinta.”


Dong Yu-guo (kedua dari kiri) merasa bahwa pendidikan memang seharusnya dapat menumbuhkan rasa cinta kasih.


Kepedulian terhadap korban bencana gempa Nepal dengan menggalang dana dari para orang tua dan pengunjung.

Kepedulian untuk Nepal

Dua orang gadis mungil berkeliling membawa sebuah kotak yang terbuat dari kardus. Sebuah kertas bertuliskan “Kotak Amal Bencana Nepal” menempel di kotak tersebut. Mereka mendatangi satu per satu para pengunjung sembari membawa kotak tersebut dengan tangan mungil mereka.

Inisiatif menggalang dana untuk membantu korban bencana di Nepal muncul dari para DAAI Mama. Salah satunya adalah stan yang dibuat oleh para DAAI Mama. Kali ini DAAI Mama menjual berbagai macam perabotan, baju, dan juga makanan.

Salah satu relawan, Tina menuturkan bahwa kegiatan dana yang terkumpul dari stan DAAI Mama akan disalurkan ke bencana Nepal. “Sebetulnya ada bazar, kebetulan ada kejadian gempa di Nepal jadi hasil dari ini seluruhnya akan disalurkan ke Nepal. Sambutan dari para orang tua siswa Tzu Chi School sangat luar biasa. Tidak hanya para relawan saja, tetapi para mami juga luar biasa memberikan kepedulain bagi bencana Nepal,” tambahnya.

Senada dengan itu, salah satu DAAI Mama, Lim Yanny menuturkan bahwa keinginan untuk membantu para korban gempa dirasakan oleh para relawan. “Keinginan untuk membantu dari para DAAI Mama luar biasa. Mereka melakukan hal yang bisa mereka lakukan untuk memberikan bantuan bagi bencana Nepal seperti memasak untuk dijual,” tambah Lim Yanny.


Artikel Terkait

Ketika Anak-Anak Belajar Menjadi Wirausaha

Ketika Anak-Anak Belajar Menjadi Wirausaha

30 April 2015

Kegiatan yang dilakukan pada 28 dan 29 April 2015 itu bertujuan memicu kreativitas dari para  siswa/i kelas N1, N2, K1, dan K2 Sekolah Tzu Chi Indonesia. Dalam kegiatan pada hari pertama ini, setiap kelas dibagi dalam beberapa kelompok yang memiliki tugas masing-masing. Saat satu kelompok bertugas, kelompok lain dipersilakan untuk berkeliling ke stan kelas lain untuk membeli berbagai macam hal seperti jajanan, hiasan, hingga boneka mini. 

Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -