Ketika Tangan-Tangan Mungil Menghijaukan Bumi

Jurnalis : Lindawati Tjiawi (Tzu Chi Medan), Fotografer : Ryanto Budiputra, Hasan Tiopan (Tzu Chi Medan)


Adryan Dwi Pradita menjelaskan fungsi pohon durian, jambu bol, dan pucuk merah serta cara tanam kepada murid-murid Jingsi Ban.

Hutan Kota yang terletak di wilayah Johor kota Medan merupakan hutan dan taman edukasi yang dikelola oleh KOPASUDE (Komunitas Peduli Anak Sungai Deli). Dulunya hutan ini adalah daerah yang sering banjir dan berupa rawa-rawa.

”Atas permintaan masyarakat di sekitar Johor, daerah ini kami jadikan taman edukasi dan hutan edukasi untuk menyelamatkan sungai Deli,” kata Adryan Dwi Pradita selaku Ketua KOPASUDE.

“Hutan Kota ini untuk menjadi ruang terbuka hijau di tengah-tengah kota dan untuk mencegah banjir dengan cara menanam pohon,” lanjut Adryan. 

Di Hutan Kota ini terdapat pohon sengon yang sudah ditanami sejak tahun 2011. Masih banyak lahan kosong yang  belum ditanami di hutan kota ini. Berdasarkan info ini, relawan Tzu Chi  membawa murid-murid Kelas Kata Perenungan Master Cheng Yen(Jingsi Ban) Mandala Medan ke lokasi untuk menyumbangkan bibit-bibit pohon.    


Husni, relawan Tzu Chi membantu dan membimbing anak-anak menanam bibit pohon.


Lim Ik Ju, Ketua Hu Ai Tzu Chi Medan Timur menjelaskan cara menanam bibit pohon kepada murid-murid Jingsi Ban.

Minggu pagi yang sejuk, sekitar pukul 7.30 WIB, anak-anak Kelas Kata Perenungan Master Cheng Yen beserta  guru-guru, relawan Tzu Chi, dan orang tua murid menumpangi bus bergerak menuju lokasi hutan kota. Dengan membawa 100 bibit pohon durian, 100 bibit pohon pucuk merah, dan 50 bibit pohon jambu  bol, relawan dan anak-anak mendatangi tempat tersebut dengan Misi Pelestarian Lingkungan.

“Tujuan rombongan membawa anak-anak ke sana adalah agar anak-anak lebih menghargai alam dan mengenal alam serta mengajarkan kepada mereka pentingnya melestarikan lingkungan,” tukas Nova Sherly selaku koordinator rombongan, Minggu 2 September 2018.

Kegiatan pelestarian lingkungan ini sangat didukung oleh Ketua Hu Ai Medan Timur, Lim Ik Ju, semua relawan, dan orang tua murid,  termasuk Ketua He Qi Jati Yayasan Buddha Tzu Chi, Agnes Jauhari. “Dari sejak dini anak-anak diedukasi tentang pelestarian lingkungan sangat bagus, karena kita hidup berdampingan dengan alam,” kata Agnes.

“Jingsi Ban sangat mendidik anak-anak karena membawa mereka langsung terjun ke lapangan. Mendidik secara praktik tidak hanya dengan teori yang mudah dilupakan. Perjalanan ini membawa manfaat bagi mereka, karena akan tahu mengapa menanam pohon dan manfaat yang diberikan oleh pohon untuk kita, sehingga anak-anak bisa menghargai sebuah pohon karena perlu waktu untuk menanam dan menyiramnya,” Agnes menambahkan.     


Penyerahan bibit pohon durian, jambu bol dan pucuk merah oleh relawan Tzu Chi kepada anggota KOPASUDE.

 

Relawan dan anak-anak berdoa bersama sebelum memulai kegiatan penanaman pohon.

Saat menerima bibit pohon tersebut, Ketua  KOPASUDE, Adryan menerangkan bahwa ketiga jenis  pohon yang disumbangkan tersebut  mengandung unsur serap air yang tinggi serta bagus untuk mencegah banjir. Pohon durian dan jambu bol untuk  penyerapan udara yang kotor dan akan berbuah sekitar empat  tahun ke depan. Sementara Pucuk merah merupakan pohon keras, berfungsi untuk pembersih udara, menahan banjir dan menahan debu. Pucuk merah merupakan tanaman yang indah yang bagus untuk pelestarian alam.

Rombongan diajak untuk ikut menanam pohon-pohon yang disumbangan. Terlihat suasana yang riang dan dipenuhi oleh tawa anak-anak yang dapat merasakan sendiri cara bertanam. Relawan Tzu Chi dan orang tua murid juga ikut dilibatkan dalam kegiatan penanaman  pohon ini.

”Pengalaman ini sangat seru, ingin ke sini lagi. Serunya pada saat tanam pohon, sangat senang menanam di alam bebas,” kata Celline murid Jingsi Ban.

Demikian juga dengan Khelly, murid Jingsi Ban yang merasa bahagia karena bisa ikut serta dalam pelestarian lingkungan. “Secara tidak sengaja saya ikut serta dalam penyelamatan tumbuhan,” tukasnya.


Relawan dan murid-murid Jingsi Ban memperagakan isyarat tangan lagu Pun Shou di akhir kegiatan.


Shayna (kiri) dan kedua murid Jingsi Ban menyirami bibit pohon yang baru ditanam.

Kegiatan Pelestarian lingkungan ini berlangsung dengan seru dan sangat bermanfaat untuk anak-anak. Hendry Halim, orang tua dari Fiona Gracia Natalim menanggapi dengan antusias kegiatan ini.

“Menurut saya kegiatan ini sangat bagus, Xiao Pu Sa (sebutan untuk anak-anak Jingsi Ban) dapat memahami arti dari menanam pohon untuk kelangsungan kebutuhan oksigen manusia”.           

Sementara bagi Lim Ik Ju selaku Ketua Hu Ai dari Yayasan Buddha Tzu Chi Medan Timur merasa kegiatan out door ini sangat  bagus dan sangat mendidik. “Anak-anak bisa mengenal alam dan tahu bagaimana menanam tanaman dari awal, disirami dan suatu saat akan berbuah. Seperti mereka yang dari awal belajar di Jingsi Ban yang diberi pengetahuan dan didikan yang suatu saat kelak akan bermanfaat bagi mereka,” Lim Ik Ju menambahkan.  

Kegiatan ini diakhiri dengan pertunjukan isyarat tangan lagu Pun Sho oleh anak-anak dan relawan. Lagu Pun Shou berisi ajakan kepada orang-orang untuk mengurangi sampah dan menjaga lingkungan.

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Semangat Muda Menyelamatkan Dunia

Semangat Muda Menyelamatkan Dunia

13 Juni 2016

Minggu, 12 Juni 2016, Tzu Ching Binus mengadakan Waves (We Are Vegetarian and Earth Saviors) untuk membersihkan beberapa ruas jalan di wilayah kelurahan Palmerah, Jakarta Barat. dan berkreasi menggunakan barang-barang bekas.

Vegetarian Menyelamatkan Bumi

Vegetarian Menyelamatkan Bumi

02 Agustus 2016

Minggu, 31 Juli 2016, relawan Tzu Chi komunitas Kelapa Gading mengadakan pameran Jing Si dengan tema “Vegetarian Menyelamatkan Bumi”. Kegiatan ini bertempat di Forum Mall Kelapa Gading 5, Jakarta Utara.

Menanamkan Kepedulian Terhadap Lingkungan Sejak Dini

Menanamkan Kepedulian Terhadap Lingkungan Sejak Dini

23 Mei 2014 Bumi adalah rumah kita. Merupakan tugas kita semua untuk selalu menyayangi bumi layaknya kita menyayangi orang tua kita sendiri. Dalam memperingati hari bumi sedunia.
Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -