Memaknai Bulan Tujuh Penuh Berkah

Jurnalis : Pungki Arisandi (Tzu Chi Tj. Balai Karimun), Fotografer : Mieli, Dwi Hariyanto, Beverly (Tzu Chi Tj. Balai Karimun)

Pada peringatan Bulan Tujuh Penuh Berkah, relawan Tzu Chi menyuguhkan sebuah drama dalam memaknai bulan tujuh pada tanggal 3 Agustus 2014.

Pada bulan ke-7 perhitungan Imlek merupakan bulan yang penuh berkah dan penuh keberuntungan. Bulan tujuh merupakan bulan bakti, bulan kebajikan, dan bulan penuh berkah. Bulan tujuh diperingati sebagai wujud bakti seorang anak kepada orang tua dan leluhur yang telah meninggal dengan cara melimpahkan jasa kebajikan agar mereka senantiasa berbahagia.

Karena sudah menjadi tradisi, kebanyakan orang kurang mengerti dalam memaknai bulan tujuh ini. Salah satunya adalah dengan membakar kertas uang sebanyak-banyaknya dan memberikan beraneka macam persembahan, seperti mempersembahkan makanan daging hewan, buah-buahan, dan lain sebagainya. Memberikan persembahan seperti ini sebenarnya tidak tepat, karena dalam memberikan persembahan, umat Buddha tidak boleh membunuh makhluk lain dan juga mengotori lingkungan.

Para relawan dan tamu undangan turut memadati ruangan untuk mengikuti kegiatan peringatan Bulan Tujuh penuh Berkah ini.

Dengan penuh antusias, para Tzu Shao memeragakan syarat tangan Yi Nian Zhi Jian 

Minggu, 3 Agustus 2014, Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun melaksanakan kegiatan untuk memperingati Bulan Tujuh Penuh Berkah. Dalam kegiatan ini para relawan membacakan doa dan mendengarkan ceramah Master Cheng Yen tentang asal usul bulan tujuh yang sebagian besar orang menganggap bahwa bulan ini merupakan bulan hantu. Peserta yang hadir diajak untuk menyaksikan ceramah Master Cheng Yen yang menjelaskan asal mula tradisi pembakaran kertas saat sembahyang leluhur yang sebenarnya bukan berasal dari ajaran Buddha.

Para relawan juga menampilkan drama dan isyarat tangan tentang Bulan Tujuh Penuh Berkah. Inti dari drama dan isyarat tangan ini tidak lain adalah untuk mengajak dan mengajarkan kita agar tidak melakukan kejahatan terhadap makhluk hidup bahkan membunuhnya. Selain itu, drama ini juga mengajarkan kita untuk tidak merusak lingkungan maupun mengotori lingkungan. Karena memberikan persembahan yang benar adalah dengan mendoakan (membaca Sutra) dan berbuat kebajikan melalui berdana yang ditujukan kepada sanak keluarga yang sudah meninggal (leluhur) maupun makhluk lain agar berbahagia.

Para relawan mengikuti kegiatan peringatan bulan tujuh ini dengan penuh perhatian.

AA Shijie (kanan) dengan senyum sukacita memberikan sharing tentang pengalamannya setelah meninggalkan tradisi bakar kertas sembahyang saat memperingati bulan tujuh.

Menumbuhkan Pengertian Benar
Salah satu relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun, AA Shijie memberikan sharing dalam memaknai Bulan Tujuh Penuh Berkah. Ia sudah dua tahun lebih meninggalkan tradisi membakar kertas dan memberi persembahan daging pada upacara sembahyang leluhur. Awalnya AA Shijie sempat ragu dan khawatir dengan apa yang dilakukannya. Tetapi karena keteguhan hati dan keyakinan pada ajaran Master Cheng Yen, dia pun merasa lebih nyaman dan tidak khawatir lagi. “Setelah saya dan suami menjadi relawan Tzu Chi, sedikit demi sedikit tradisi membakar kertas uang dan mempersembahkan daging di bulan tujuh saya hilangkan. Uang untuk membeli kertas uang dan daging saya gunakan untuk berdana ke wihara dan (yayasan) Buddha Tzu Chi karena itu lebih bermanfaat untuk keluarga dan para leluhur,” ujar AA Shijie. “Walaupun saya sudah tidak lagi membakar kertas saat sembahyang leluhur saya dan keluarga saya, sampai saat ini masih dalam keadaan sehat dan bahagia,” tambahnya.

Hal senada juga disampaikan oleh salah satu tamu undangan yang hadir pada acara ini. Setelah mengetahui bahwa membakar kertas dan memberikan persembahan makanan daging kepada leluhur merupakan pandangan keliru, ia pun bertekad dalam dirinya untuk mengurangi membakar kertas dalam sembahyang leluhur. “Jadi setelah kita mengetahui cara yang benar dalam memberikan persembahan di bulan tujuh, seharusnya kita dapat memberikan persembahan dengan cara yang baik dan lebih bermanfaat,” ucap Mimi Shijie. “Saat sembahyang leluhur, saya akan belajar perlahan-lahan untuk tidak membakar kertas dan mempersembahkan daging,” ucapnya bertekad.

Kegiatan yang telah dilaksanakan pada hari itu setidaknya bisa mengubah persepsi masyarakat agar tidak menganggap lagi bulan tujuh sebagai bulan yang menakutkan, tetapi menjadikan bulan tujuh menjadi bulan yang penuh berkah.  


Artikel Terkait

Memaknai Bulan Tujuh Penuh Berkah

Memaknai Bulan Tujuh Penuh Berkah

07 Agustus 2014 Minggu, 3 Agustus 2014, Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun melaksanakan kegiatan untuk memperingati Bulan Tujuh Penuh Berkah. Dalam kegiatan ini para relawan membacakan doa dan mendengarkan ceramah Master Cheng Yen.
Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -