Memaknai Cinta dan Bakti Pada Ibu

Jurnalis : Fendy Setiawan (He Qi Pusat), Fotografer : Franciscus C. (He Qi Pusat)

Pada Minggu, 6 Desember 2015, Sebanyak 75 relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat memulai hari yang cerah dengan kegiatan yang mencerahkan. Hari itu, relawan Tzu Chi mengadakan kegiatan perayaan Hari Ibu dalam kegiatan rutin gathering anak asuh (penerima bantuan pendidikan Tzu Chi) dan gan en hu (sebutan bagi penerima bantuan Tzu Chi) di Fortuna Palais Function Hall, ITC Mangga Dua. Sebanyak 86 anak asuh beserta orang tuanya dan 125 Gan En Hu mengikuti kegiatan ini.

Rasa haru menghinggapi anak-anak dan orang tuanya dalam acara Perayaan Hari Ibu yang diadakan bagi anak-anak penerima bantuan pendidikan Tzu Chi pada Minggu, 6 Desember 2015.

Pada pukul 08.30 WIB, kegiatan berlangsung diawali dengan peragaan isyarat tangan dengan lagu berjudul Senyuman Terindah. Para peserta nampak memaknai kegiatan tersebut. Tak sedikit yang ikut melantunkan lagu tersebut. Acara kemudian berlanjut dengan tayangan film lukisan pasir. Film berdurasi empat menit tersebut menceritakan impian dan angan-angan sederhana dari seorang ibu yaitu agar anaknya selalu selamat dan gembira melewati hari demi hari. Film pendek yang menggetarkan hati tersebut telah membuat mata para peserta berkaca-kaca, menahan air mata.

Metasari, relawan yang menjadi pembawa acara mulai memandu prosesi cuci kaki orang tua. Sebanyak 30 anak asuh yang mengikuti prosesi meraih baskom berisi air di bawah kursi dan berlutut di depan ibu mereka. Dengan perlahan, para anak asuh yang kebanyakan umurnya masih belia tersebut mulai membasuh kaki ibu mereka.

Para anak berkesempatan mencuci kaki orang tua mereka.

Ada anak asuh yang menyatakan rasa sayang kepada orang tuanya secara lisan, ada yang mempersembahkan bunga dan kartu ucapan, dan ada pula yang berpelukan sambil menangis dalam hening. Berbeda cara, namun mengandung makna yang sama yaitu cinta kasih antara anak dan orang tua. Suara dari Metasari menggema menuturkan, “Yang kuberikan hari ini hanyalah tulisan, hanyalah bunga, tapi suatu hari nanti aku ingin membanggakan ibu.”

Seorang anak asuh yang kedua orang tuanya berpisah mempersembahkan sebuah puisi berjudul Ibu. Dia kini tinggal dengan ayahnya, namun ia rindu dapat menyampaikan cintanya kepada ibu melalui puisi yang dia bacakan. Para peserta juga diajak menonton tayangan video yang menunjukkan rasa bangga para orang tua kepada anak mereka –yang diperoleh dari Gathering Anak Asuh sebelumnya.

Acara dilanjutkan dengan kegiatan sharing. Belasan anak asuh dan orang tua mereka naik ke panggung dan menceritakan berbagai kisah yang mengharukan. Ada anak asuh yang merasa sedih karena sudah tidak berkesempatan untuk menyatakan cintanya pada ayah dan ada yang menyesal bahwa ia sering membolos sekolah hingga hampir akan dikeluarkan dari sekolah, “Tapi mama saya selalu berjuang agar saya tidak dikeluarkan dari sekolah,” ujarnya disertai dengan suara isak tangis.

Sebanyak 86 anak asuh orang tuanya dan 125 penerima bantuan Tzu Chi mengikuti kegiatan yang diadakan di Fortuna Palais Function Hall, ITC Mangga Dua.

Selain itu, juga ada anak asuh yang memiliki impian spesifik: ada yang ingin membawa ibunya naik haji dan ada pula yang berniat mengajak ibunya melihat Patung Kristus Penebus di Brazil. Berbagai ikrar pun dicetuskan: “Saya ingin membuat ibu senang sampai menangis,” ujar salah satu anak asuh dalam sharing-nya. Kegiatan sharing ini tidak hanya menyentuh hati para anak asuh, tetapi juga hati seorang bapak, yang mengingatkan bahwa bakti kepada orang tua tidak hanya berlaku untuk anak-anak kecil, tetapi juga kepada orang yang sudah dewasa sekali pun.

Setelah berbagai haru biru dan tekad yang terucap, acara dilanjutkan dengan pertunjukan isyarat tangan berjudul Tangan Bunda dan ceramah Master Cheng Yen yang bertemakan “Cinta Kasih Ibu Bagaikan Bodhisatwa”. Para anak asuh dan orang tua memperhatikan Master Cheng Yen yang bercerita tentang pengorbanan seorang ibu hamil yang mengalami kanker untuk anak dalam kandungannya. Ia berkeinginan kuat agar anak dalam kandungannya dapat terlahir di dunia, walaupun nyawa dirinya sendiri menjadi taruhan.

Kasih sayang seorang ibu yang tak terbatas pada anaknya.

Master Cheng Yen juga berpesan untuk menjadikan hidup tidak sia-sia, yaitu dengan berbakti pada orang tua. Acara ditutup dengan melantunkan lagu Bunda sebagai pengingat akan cinta ibu yang akan selalu ada di sanubari.

1.    Para anak berkesempatan mencuci kaki orang tua mereka.