Membangkitkan Cinta Kasih, Menggalang Hati Bodhisatwa

Jurnalis : Yoshephine Lu (He Qi Barat), Fotografer : Michael, Irvan dan Owen Zhong (He Qi Barat)

Penuangan celengan bambu yang dilakukan pada Minggu, 7 Juni 2015, di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk.

Master Cheng Yen sering berkata, “Mampu bersumbangsih untuk orang lain merupakan sebuah berkah bagi diri sendiri”. Banyak sekali cara untuk bersumbangsih untuk orang lain dan salah satunya adalah dengan celengan bambu. Selama ini insan Tzu Chi terus melakukan sosialisasi celengan bambu, supaya tidak hanya insan Tzu Chi, tapi akan ada lebih banyak orang yang mengetahui sejarah dan makna dari kesederhanaan sebuah celengan bambu. Hal ini juga dapat mengajak lebih banyak orang untuk bersumbangsih bagi sesama.

Semangat cinta kasih celengan bambu ini pun masih diteruskan sampai sekarang. Awal bulan April 2015 lalu, Tzu Ching dari Universitas Bina Nusantara (Binus) mengadakan sosialisasi celengan amal Tzu Chi dan telah membangkitkan hati ratusan orang untuk ikut bersumbangsih dan meneruskan semangat ini. Minggu, 7 Juni 2015 lalu, Tzu Ching Binus untuk pertama kalinya mengadakan penuangan celengan amal Tzu Chi tahap 1. Kegiatan kali ini tidak hanya untuk teman-teman yang telah memiliki celengan amal, tetapi terbuka untuk umum, sehingga Tzu Ching Binus mengemasnya dengan cara yang lebih unik. Selain penuangan celengan, ada juga penampilan isyarat tangan, sesi sharing misi amal Tzu Chi oleh Suherman Shixiong dan juga Tour Tzu Chi Center dengan tema “Pembabaran Dharma Tanpa Suara”.

“Mereka sangat semagat dan antusias sekali ketika dibawa untuk Tour. Pengen tahu Tzu Chi itu gimana, dan kebanyakan dari mereka mau menjadi relawan Tzu Chi,” ungkap Ira Shijie, salah satu relawan yang membantu dalam pembawaan tour. Salah satu hal yang luar biasa dari kegiatan kali ini adalah ada dari mereka yang tidak hanya membawa celengan, tetapi juga membawa keluarganya untuk ikut serta. Walaupun orang tuanya sudah berumur, tetapi ketika tour dan diceritakan sejarah Tzu Chi, beliau sangat antusias dan semangat melontarkan berbagai pertanyaan.  

Selain penuangan celengan bambu, para peserta yang hadir juga diajak untuk mengikuti Tour Tzu Chi Center sehingga setiap orang bisa lebih mengenal misi-misi Tzu Chi.

Kepedulian Tzu Chi terhadap sesama telah menginspirasi banyak orang, salah satunya adalah Agus Pryitno, seorang mahasiswa semester 6, Bina Sarana Informatika. Agus mengaku jalinan jodoh antara dirinya dengan Tzu Chi pertama kali terbentuk saat dia menghadiri penampilan drama musikal isyarat tangan Sedalam Kasih Ibu, Seluas Budi Ayah 24 Mei lalu. Drama musikal itu telah mengubah pola pikir dan mindset Agus menjadi lebih dewasa. Dia menjadi sadar akan pengorbanan dan cinta kasih orang tua.

Selama ini Agus dan teman-temannya selalu berpikir bahwa Tzu Chi hanya diperuntukkan untuk umat Buddha, tapi lewat kegiatan kali ini membuat dia lebih mengenal Tzu Chi. “Tingkat kepedulian Tzu Chi terhadap sesama sangat menginspirasi saya. Dulu pernah denger Buddha Tzu Chi, tapi dari namanya kirain hanya untuk umat Buddha, sekarang saya tahu ternyata Tzu Chi bersifat universal, lintas agama, suku dan ras,” kata Agus. Hari itu Agus juga mengambil celengan amal Tzu Chi dan ketika ditanyakan apakah dirinya ingin menjadi relawan, Agus mengiyakannya.

Agus, salah satu peserta yang ikut dalam penuangan celengan bambu dan Tour Tzu Chi Center.

Penuangan Celengan Amal Tzu Chi tahap 1 ini bisa dikatakan cukup berhasil karena kita tidak hanya membangkitkan cinta kasih terhadap sesama, tetapi juga menggalang lebih banyak Bodhisatwa. Semoga jalinan jodoh ini bisa terus berlanjut dan barisan Tzu Chi bisa semakin panjang.


Artikel Terkait

Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -