Memupuk Pribadi Penuh Cinta Kasih

Jurnalis : Frenky, Susanto, Yogie Prasetyo (Tzu Chi Tj. Balai Karimun), Fotografer : Sunaryo, Beverly (Tzu Chi Tj. Balai karimun)

Lissa Mama memandu para peserta kelas budi pekerti berbaris dengan rapi sebelum berjalan memasuki Aula Tzu Chi Tanjung Balai Karimun.

Mendidik anak sejak dini merupakan salah satu cara untuk menanamkan sikap positif bagi anak. Dengan pendidikan yang benar, anak akan dituntut untuk membenahi diri. Seperti yang dilakukan Yayasan Budha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun secara rutin mengadakan kegiatan kelas budi pekerti. Bulan ini, kelas budi pekerti dilaksanakan pada hari Minggu, 28 September 2014. Pukul 08.30 pagi, Lissa Mama memandu murid Xiao Tai Yang (kelas budi pekerti) memasuki kelas.

Acara diawali dengan memberikan penghormatan kepada Master Cheng Yen dilanjutkan dengan materi. Pada kesempatan ini, Yogie Papa berbagi ilmu mengenai “Menghilangkan Rasa Marah dan Benci”. “Apa Kabar?” sapa Yogie Papa. Serentak peserta pun menjawab, “Baik.” Namun untuk membangkitkan semangat para peserta, Yogie Papa mengajak mereka untuk menjawab “Luar Biasa”. Yogie Papa kembali menanyakan kabar mereka, para peserta pun menjawab, “Luar Biasa” disertai riuh tepuk tangan gembira.  

Yogie Papa (kiri) berbagi tentang “Menghilangkan Marah dan Benci”. Ia mengajak salah stau peserta, Darrell untuk memberikan kesimpulan pada materi yang disampaikan. 


Dengan kepolosannya sebagai anak-anak, Bela menjawab pertanyaan yang diberikan Yogie Papa mengenai sebab orang marah dan benci.

Interaksi di antara murid dan pemateri pun terus mengalir. Ketika ditanya penyebab orang marah dan benci, dengan polos Bela, salah satu peserta menjawab ketika keinginan tidak dipenuhi, maka rasa marah dan benci bisa muncul. Yogie Papa kembali memberikan pengertian mengenai materi tersebut. Pada dasarnya, semua orang pasti pernah marah dan benci, namun sebagai makhluk yang memiliki akal dan budi sebaiknya kemarahan dan kebencian tidak dilakukan. Yogie Papa mengatakan salah satu sebab mengapa muncul marah adalah kebencian (Dosa). Dalam ajaran Buddha sendiri mengajarkan bahwa kebencian tidak akan pernah berakhir jika dibalas dengan kebencian, namun kebencian akan berakhir jika dibalas dengan cinta kasih.

Para peserta juga diajak menyaksikan video yang menceritakan tentang permusuhan dan pertemanan. Mereka dengan tenang memperhatikan dan menyelami makna dari video tersebut. Setelah itu Yogie Papa menyimpulkan lebih baik memiliki teman banyak daripada harus memiliki musuh. “Jadi sejak dini kita harus melatih diri untuk selalu bersabar ketika menghadapi suatu masalah. Jangan terpancing emosi, jangan mudah marah,” tegasnya. Yogie Papa pun mengajak para peserta untuk menanamkan tekad dalam hati agar tidak mudah marah dan benci terhadap siapapun.


Salah satu relawan Tzu Chi membimbing Xiao Tai Yang dalam menulis dan belajar tentang materi hari Minggu, 28 September 2014.


Diwaktu bersamaan, di ruang yang berbeda Dwi Shixiong memberikan penjelasan mengenai kegiatan sosialisai pelestarian Lingkungan kepada para orangtua murid kelas budi pekerti.

Melihat, Mendengar, dan Mempraktikkan Kebajikan
Diwaktu yang bersamaan dengan kegiatan kelas budi pekerti, orang tua peserta juga memanfaatkan waktu mereka untuk mengikuti sosialisasi pelestarian lingkungan di salah satu ruang yang berbeda. Sosialisasi ini untuk mengenalkan kegiatan daur ulang kepada masyarakat disampaikan oleh Dwi Shixiong.

Menurut Dwi Shixiong, pemanasan global merupakan salah satu virus yang harus dicegah dan obati dengan cara menjaga dan melestarikan bumi. “Kita juga bisa melihat dampak pemanasan global semakin tak terkendali, maka kita harus mulai menyimpan ‘’Makanan Spiritual” dengan menyerap Dharma ke dalam hati kita semua,” kata Dwi Shixiong. Dwi Shixiong mengajak peserta untuk menebarkan benih kebajikan ke dalam hati dan menghimpun cinta kasih.

Dwi Shixiong memberikan pemahaman bahwa kondisi alam saat ini makin rusak, makin panas akibat ulah manusia yang terus membakar sampah, kebakaran hutan, dan lain-lain yang berdampak pada kehidupan manusia. Akibatnya atsmofer di bumi mulai menipis dan jika manusia terus hidup boros, maka laju pemanasan global akan semakin cepat. Tindakan seperti itu sebagai wujud manusia yang tidak memiliki rasa terima kasih kepada alam. “Mulai saat ini marilah kita bersama membangun semangat dan tekadkan dalam diri untuk menjaga lingkungan kita,” ucap Dwi Shixiong mengajak peserta yang hadir.

Semoga dengan kegiatan pengenalan daur ulang dapat membuka hati dan pikiran kita agar senantiasa dapat menjaga dan merawat lingkungan dengan tulus dan baik. Lingkungan menjadi bersih dan nyaman, sehingga kita dapat lebih menikmati kehidupan dan mewariskan keadaan alam yang harmonis kepada generasi selanjutnya.


Artikel Terkait

Tergerak untuk Membantu

Tergerak untuk Membantu

15 September 2015 Berawal dari anaknya yang mengikuti kelas budi pekerti Tzu Chi(Qin Zi Ban), Jok Khian mulai mengenal Tzu Chi. Dia kemudian menceritakan pengalamannya sebagai relawan Tzu Chi dalam kelas budi pekerti pada 30 Agustus 2015 di Jing Si Books & Café Pluit.
Menanamkan Budi Pekerti Sejak Dini

Menanamkan Budi Pekerti Sejak Dini

28 November 2018

Menyadari pentingnya penerapan budi pekerti, para orang tua mengikutsertakan anak-anak mereka di Kelas Kata Perenungan Master Cheng Yen atau biasa disebut Kelas Budi Pekerti. Di kelas ini anak-anak mendapatkan bimbingan dari para guru untuk bersikap humanis dan melaksanakan budi pekerti yang baik.


Asyiknya Bekerja Sama

Asyiknya Bekerja Sama

15 Desember 2016
Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan kegiatan Kelas Budi Pekerti yang berbeda dari biasanya. Apabila kegiatan biasa dilakukan di dalam ruangan, kali itu kegiatan dilakukan di pantai, yaitu Pantai Pongkar.
Jika menjalani kehidupan dengan penuh welas asih, maka hasil pelatihan diri akan segera berbuah dengan sendirinya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -