Menapakkan Kaki ke Jenjang yang Penuh Challenge

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati


TK Tzu Chi Indonesia mengadakan acara graduation bagi siswa K2 di Aula lantai 3, Tzu Chi Center, PIK. Sebanyak 167 anak lulus dalam acara ini dan telah siap menapaki jenjang yang lebih tinggi.

Wajah Kepala TK Tzu Chi Indonesia, Iing Felicia Joe sangat berseri-seri pagi itu. Bukan tanpa alasan, ia begitu sangat berbahagia karena baru saja melepas 167 anak didiknya yang duduk di kelas Kindergarten 2 (K2) dalam acara Graduation bagi anak-anak K2 di Aula lantai 3 Tzu Chi Center PIK, Jakarta Utara (24/05/2019). “Satu kata ‘selamat’ buat mereka,” ujarnya gembira.

Ucapan selamat dilontarkan kepada anak didiknya karena telah berhasil menyelesaikan pendidikan di TK, yang nantinya melanjutkan pendidikan selanjutnya ke jenjang yang lebih tinggi. “Mereka sudah siap menapakkan kaki ke jenjang yang penuh dengan challenge. Kami percaya dengan apa yang sudah kami berikan pada saat mereka berada di K2 pastinya mereka siap menghadapi semua itu,” kata Iing. Hal ini diungkapkan karena para pendidik di TK Tzu Chi Indonesia tidak hanya memberikan pembekalan berupa pendidikan akademik saja. “Pastinya yang jadi fondasi adalah karakter itu sendiri, yaitu gratitude, respect, dan love,” sambungnya.

Graduation kali ini mengusung tema Let’s Color the World. Anak-anak dari masing-masing kelas pun menampilkan berbagai penampilan dengan kostum beraneka warna.

Graduation kali ini mengusung tema Let’s Color the World. Anak-anak dari masing-masing kelas pun menampilkan berbagai penampilan dengan kostum beraneka warna yang merujuk pada tema yang diangkat. Seperti kelas K2 Joy memakai kostum warna biru, K2 Love warna merah, K2 Kindness warna kuning, K2 Grateful warna hijau, K2 Respect warna pink, K2 Harmony warna gold, dan K2 Compassion menggunakan kostum berwarnakan pelangi.

“Dunia ini penuh dengan warna-warni yang bisa kita isi, dan warna-warni ini sendiri juga mempunyai arti-arti yang sangat luar biasa. Jadi anak-anak mencerminkan setiap warna-warni atau pelangi yang mereka wakili,” papar Iing.

Adapula tiga murid: Graciella Clio Reynard Iskandar, Madeliene Bella Stefan, dan Keyden Maxwel yang mewakili murid-murid lainnya menyampaikan kesan dan ungkapan terima kasih mereka di atas panggung dengan menggunakan bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Mandarin secara bergantian.

Kepala TK Tzu Chi Indonesia, Ing Felicia Joe (kacamata) mengaku sangat bahagia atas kelulusan para anak didiknya.

“Saya pergi ke TK dan menjadi lebih mandiri. Dengan banyak aktivitas dan pertunjukan yang menyenangkan saya jadi percaya diri,” ungkap Madeliene Bella Stefan dalam bahasa Inggris. “Kami yang baru belajar berbicara sepanjang hari (hanya bisa) menangis dan ribut tanpa henti. Guru yang penuh cinta kasih yang mengajarkan kami cara makan dan menulis. Di keluarga yang penuh kehangatan ini, kita bersama-sama makan, bermain, dan belajar,” kata Keyden Maxwel dalam bahasa Mandarin yang sangat fasih.

Menjadi Pribadi yang Berkualitas dan Berkarakter
Menyaksikan anak-anak diwisuda, memberikan pidato ungkapan terima kasih, dan menampilkan berbagai penampilan seni yang memukau para orang tua murid yang hadir, Emil Atmadjaya orang tua Edric Prajna Atmadjaya mengungkapkan rasa kagumnya. “Hari ini saya mengaku kalah sama anak-anak K2. Luar biasa banget,” kata Emil Atmadjaya dalam sambutannya perwakilan orang tua murid. “Saya melihat anak-anak kita luar biasa hebatnya, luar biasa performancenya bahkan hari ini kayaknya mereka enjoy banget di panggung. Tepuk tangan buat mereka semua,” lanjutnya dikuti tepuk tangan meriah dari para orang tua.

Keyden Maxwel menjadi perwakilan siswa yang memberikan pidato kesan dan ungkapan terima kasihnya dengan menggunakan bahasa Mandarin.

Emil juga mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para guru yang sudah mendidik dengan baik anak-anak. “Terima kasih kepada guru-guru telah mendidik anak-anak kami menjadi lebih dewasa dan berkarakter,” ungkapnya. Emil pun menceritakan bahwa anak-anaknya yang telah bersekolah di Sekolah Tzu Chi Indonesia ternyata justru yang sering mengingatkan dirinya.

“Biasa kalau pulang dari kerjaan sepatu saya taruh geletak di depan pintu. Anak saya yang gede bilang ‘Daddy, kenapa sepatunya nggak taruh lemari (sepatu)?’ katanya. Edric yang kedua juga sama, kadang-kadang kalau saya pulang ke rumah habis lepas baju taruh di ember. Anak saya bilang ‘Daddy, kenapa nggak cuci sendiri?’ malah saya dikasih tahu anak saya sendiri,” ujarnya. “Jadi saya melihat bahwa mereka berkerakter dan pribadi yang dewasa,” tambahnya.

Perwakilan murid menyuguhkan teh dan memberikan bunga sebagai ungkapan rasa terima kasih mereka kepada para guru yang sudah mendidik dengan sangat baik.

Bagi Emil, tujuan dirinya memilih menyekolahkan anaknya yang pertama di SD Tzu Chi Indonesia dan Edric di TK Tzu Chi Indonesia tak lain karena ingin anak-anaknya memiliki karakter yang baik. “Saya pengen anak saya punya budi pekerti yang baik,” akunya.

Ia pun mengucapkan selamat kepada para murid yang telah lulus dari TK Tzu Chi Indonesia yang nantinya akan menapaki jenjang yang lebih tinggi di sekolah dasar. “Semoga kelak menjadi pribadi yang berkualitas dan berkarakter,” ucap Emil. “Untuk Tzu Chi School sendiri saya harap terus meningkatkan kualitas pendidikannya, kualitas karakternya agar anak-anak memiliki kepribadian yang jauh lebih baik dan luar biasa,” tukasnya.

Emil Atmadjaya mengaku bangga dengan keberanian anak-anak dalam memberikan pidato dengan sangat lancar ataupun penampilan seni yang sangat memukau.

Senada dengan Emil, Soannie Tanoto dan suaminya Benny Hermanto pun merasakan perubahan karakter yang dialami anaknya, Connan Chen. “Saya merasa anak lebih mandiri, dewasa misalnya menghargai orang tua dan bisa membantu kayak kita sakit atau apa ‘aduh mami sakit ya aku pijitin ya’ dia bisa kayak gitu,” ucap Soannie. “Anak semakin lebih peduli sama saudara dan keluarga,” timpal sang suami.

Dalam acara kelulusan anaknya pun, Benny mengucapkan terima kasihnya kepada sekolah. “Terima kasih kepada Tzu Chi School yang telah mendidik anak kami selama di TK,” ucapnya. Mereka pun sepakat akan memasukkan kembali Connan di SD Tzu Chi Indonesia seperti anak pertamanya yang memang sudah masuk SD Tzu Chi.

Soannie Tanoto dan suaminya Benny Hermanto pun merasakan perubahan karakter yang dialami anaknya, Connan Chen

“Yang aku rasakan kalau di sekolah lain lebih ke akademis tapi di sini berbeda juga ada karakternya terus ada pelajaran kayak ren wen dan pendidikan sehari-hari. Jadi menurut aku lebih penting karakter dia dibandingkan akademisnya,” aku ibu tiga anak ini. “Akademis orang banyak yang lebih pinter tapi untuk karakter itu sangat penting untuk masa depan dia,” lanjutnya. “Semoga anak menjadi lebih baik dari sisi pendidikan dan karakter,” sambung Benny.

Begitu juga Iing Felicia Joe yang menjadi kepala sekolah juga memiliki harapan yang sama, “Saya berharap mereka akan siap, mereka menjadi cikal bahwa mereka sudah bisa mandiri, bahwa mereka sudah tahu mana yang baik mana yang salah dalam artian segala sesuatu yang mereka perbuat mereka tahu bagaimana mereka harus bertanggung jawab ke tingkat selanjutnya.”

Editor: Arimami Suryo A


Artikel Terkait

Menapakkan Kaki ke Jenjang yang Penuh Challenge

Menapakkan Kaki ke Jenjang yang Penuh Challenge

25 Mei 2019

“Mereka sudah siap menapakkan kaki ke jenjang yang penuh dengan challenge. Kami percaya dengan apa yang sudah kami berikan pada saat mereka berada di K2 pastinya mereka siap menghadapi semua itu,” kata Iing, Kepala TK Tzu Chi Indonesia usai acara graduation TK Tzu Chi Indonesia kemarin, 24 Mei 2019.

Menjadi Lebih Dewasa dan Mandiri

Menjadi Lebih Dewasa dan Mandiri

08 Juni 2018
Pelepasan siswa-siswi TK Tzu Chi Indonesia ditandai dengan kegiatan prosesi kelulusan yang dihadiri para orang tua. Setiap murid mengikuti prosesi kelulusan tersebut dengan sangat khidmat dan rapi yang merupakan wujud pendewasaan mereka selama belajar di sekolah.
Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -