Menebar Benih Cinta Kasih di Kota Jambi

Jurnalis : Frawati (Tzu Chi Jambi), Fotografer : Filya (Tzu Chi Jambi)


Minggu, 15 juni 2014 adalah hari yang ditunggu oleh para relawan Tzu Chi Jambi karena diadakannya Training Relawan Abu Putih yang ke-2.

Minggu, 15 juni 2014 adalah hari yang ditunggu oleh para relawan Tzu Chi Jambi karena diadakannya Training Relawan Abu Putih yang ke-2. Sehari sebelumnya, tim training Tzu Chi Jakarta yang terdiri lima orang yaitu Like dan Elvi Shijie, Hok Cun, Wie Sioeng, dan Hamaidi Shixiong melakukan penerbangan dari Jakarta menuju Jambi untuk melakukan persiapan mengisi materi dan berbagi kisah kepada relawan Tzu Chi Jambi.

Sebelumnya pada tanggal 3 November 2013 lalu telah diadakan Training Relawan Abu Putih yang pertama. Masih berlokasi di tempat yang sama yaitu di Telanai Pura Room Ratu Hotel and Resort jambi. Jumlah relawan yang mengikuti pelatihan kali ini berjumlah sekitar  51 orang, baik yang sudah berseragam relawan ataupun belum, etapi mereka telah aktif mengikuti kegiatan di Tzu Chi di Jambi.

Acara pendaftaran dimulai pada pukul 09.30 WIB. Setelah lebih kurang setengah jam, semua relawan berkumpul dan memasuki ruangan pada pukul 10.00 WIB dengan menonton kilas balik sejarah Tzu Chi.

Pelatihan Abu Putih ini diikuti oleh 51 orang relawan Tzu Chi Jambi.

Dipandu Fitri Shijie sebagai MC ia menyapa semua relawan dan memberikan sambutan kepada semua yang hadir hari itu. Sebelum memulai acara para relawan melakukan penghormatan kepada Master Cheng Yen, kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Mars Tzu Chi, lalu pembacaan 10 Sila Tzu Chi.

Sesi pertama dimulai oleh Elvi Shijie yang menceritakan tentang siapa itu sosok Master Cheng Yen dengan tema welas asih dan kebijaksanaan Master Cheng Yen. Elvi merupakan salah satu senior Tzu Ching  dan juga tim training dari Jakarta. Jika berbicara mengenai sosok Master Cheng Yen, tidak terlepas dari apa yang beliau ajarkan. Tzu Chi adalah organisasi yang telah mendapatkan pengakuan dunia internasional.

Tzu Chi dimulai pada tahun 1966 di sebuah kota kecil di Hualien, Taiwan yang didirikan oleh seorang biksuni yang saat itu hidup dengan mengandalkan diri sendiri dengan biaya hidup yang minim. Tetapi melihat penderitaan orang, beliau sangat sedih dan bertekad untuk mengajak orang-orang yang mempunyai cinta kasih bersama-sama melakukan kebajikan. Tzu Chi dimulai pada 1966 dan hingga kini telah tersebar di sekitar 50 negara di 5 benua.

Salah salah filosofi Master Cheng Yen adalah tiga tiada: di dunia ini tidak ada orang yang tidak saya cintai, tidak ada orang tidak saya percayai, dan tidak ada orang yang tidak saya maafkan. Jika orang bisa melakukan tiga hal ini maka dunia tidak akan ada lagi pertikaian. Satu-satunya cara yang bisa menguraikan kebencian adalah cinta kasih.

Pendaftaran dimulai pada pukul 09.30 WIB. Setelah lebih kurang setengah jam, semua relawan berkumpul dan memasuki ruangan pada pukul 10.00 WIB dengan menonton kilas balik sejarah Tzu Chi.

Mulai Bersemi di Indonesia
Waktu itu pada 1999, saat itu untuk pertama kalinya Tzu Chi masuk ke Indonesia dengan melakukan baksos pembagian beras kepada masyarakat Indonesia. Banjir pada 2002 merupakan banjir yang sangat besar. Saat itu Kali Angke banjir dan meluap. Melihat kejadian ini Master Cheng Yen merasa sangat sedih. Beliau memberikan arahan tahap demi tahap bagaimana menyelesaikan Program 5P (Pengeringan, Pembersihan, Penyemprotan, Pengobatan, dan Perumahan). Relawan Tzu Chi mengimbau masyarakat untuk pindah ke rumah susun yang lebih layak yang dibangun sesuai dengan lingkungan mereka. Ini adalah salah satu kebijaksanaan Master Cheng Yen yang sangat luar biasa.

Di tahun 2003 Tzu Chi Taiwan mendatangkan 50.00 ton beras cinta kasih yang dibagikan ke seluruh pelosok Indonesia dan salah satunya adalah Jambi. Mungkin saat kita membagikan beras akan habis dalam 1 bulan, tetapi cinta kasih dan perhatian itu tetap akan diingat. Dimana ada sesuatu yang harus dikerjakan, di sana akan muncul Bodhisatwa. Jadi bisa dibilang pembagian beras ini merupakan titik dimana relawan Tzu Chi Indonesia berkembang dengan sangat pesat sehingga banyak relawan Tzu Chi yang muncul.

Elvi Shijie memperlihatkan foto Master Cheng Yen di gereja. Saat Master Cheng Yen memberikan ceramah di gereja pada Agustus 2009, dimana Taiwan diserang oleh badai Maroko. Banyak wilayah dilanda banjir parah di pegunungan. Tzu Chi memberikan bantuan dan mengimbau semua warga pindah ke dataran rendah. Walau banyak kesulitan, Master Cheng Yen memikirkan keselamatan mereka dengan memberikan pemukiman, dimana saat membangun Master Cheng Yen mengatakan kepada arsitek tersebut, “Saat kamu mendesiannya, buat semirip mungkin dengan tempat tinggal mereka sehingga mereka tidak merasa asing.” Ini adalah wujud welas asih dan kebijaksanaan Master Cheng Yen menghormati agama dan kebiasaan orang.

Kemudian selanjutnya dengan 921 proyek karena gempa melanda Taiwan banyak bangunan yang rusak. Master Cheng Yen pun membangun 50 sekolah di Taiwan dengan tekad, walaupun pada saat itu belum ada dana. Ini pun juga merupakan wujud kebijaksanaan Master Cheng Yen dengan memperhatikan kegunaan dan detil-detail setiap bangunan sekolah tersebut dengan memperhatikan landscape yang ramah lingkungan.

Master Cheng Yen selalu menganggap semua adalah sama rata. Beliau juga ingin murid-muridnya memiliki kebijaksaan. Setiap pagi beliau selalu memberikan ceramah pagi kepada murid-muridnya. Master Cheng Yen selalu berkata, “Saya yakin tujuan saya benar dan saya yakin setiap orang punya cinta ksih yang menunggu untuk dibangkitkan.”

Kemudian sesi kedua dilanjutkan oleh Like Shijie yang merupakan Ketua He Qi Pusat di Jakarta dengan membawakan tema “Melatih dan Membina Berkah dan Kebijaksanaan Tumbuh Berkembang”. Saat kita menolong orang lain, ikut kasus, baksos, itu adalah berkah. mengikis kerisauan, membuang sifat buruk, memperbaiki kepribadian kita itu adalah kebijaksanaan kita. Like Shijie mengatakan kegelapan batin merupakan rintangan batin kita dan juga menjelaskan sedikit tentang 37 faktor pendukung pencerahan dengan memahami dengan baik, maka jiwa kebijaksanaa kita akan meningkat.

Tzu Chi merupakan tempat pembinanaan diri yang merupakan sebuah proses seperti sebuah batu berlian yang semakin digosok akan semakin terlihat indah dan berkilau. Like Shijie juga menjelaskan mengenai struktur dan pembagian 4in1: He Xin, He Qi, Hu Ai  dan Xie li, serta bagaimana menerapkan budaya humanis Tzu Chi, mulai dari membawa peralatan makan (Huan Bao) sendiri, cara makan, sikap duduk, dan cara bersikap. Tidak hanya itu Like Shijie juga menjelaskan tentang berpuas diri, bersyukur, berpengertian, dan toleransi. Like Shijie berpesan bahwa ketidakkekalan bisa datang kapan saja. Semoga semangat 4 in 1 dapat mengakar kuat dan diwariskan kepada anak-anak kita.

Setelah lebih kurang hampir dua jam bersama Like Shijie, jam telah menunjukkan pukul 12.30 WIB dengan budaya humanis Tzu Chi para relawan berbaris dengan rapi, lalu keluar ruangan menuju ruang makan siang. Setelah lebih kurang setengah jam, kemudian para relawan masuk kembali ke ruangan.

Sesi kali ini dibawakan oleh Hok Cun Shixiong yang merupakan salah satu relawan misi amal bagian kasus di Tzu Chi Jakarta. Sebelum memulai sharing, Hok Cun memperlihatkan sepenggal drama kisah nyata “Seindah Bunga Teratai” yang diangkat dari kisah hidup salah seorang relawan Tzu Chi yang merupakan kisah Hok Cun sendiri. Acun mulai bergabung dengan Tzu Chi pada tahun 1994. Kemudian Acun emperlihatkan sebuah video yang menceritakan tentang pasien-pasien kasus yang telah ditanganinya, di antaranya Asep (13 tahun) yang menderita kerusakan usus halus. Dan yang kedua adalah Ani (8 tahun) yang menderita kanker tulang yang mengharuskan kaki kanannya untuk diamputasi. Mungkin tidak lama waktu yang di jalani oleh Ani, tetapi dengan wajah gembira dan penuh semangat menjalani hidupnya yang singkat. Tidak hanya itu acun Shixiong juga mengajak kita merenungkan apa yang harus kita lakukan kepada sesama dan memberikan sebuah cerita yang berjudul 4 buah lilin.

Waktu menunjukan pukul 14.00. Tidak sedikit pun para relawan beranjak dari tempat duduk mereka. Kemudian sesi dilanjutkan dengan sharing dari Wie Sioeng Shixiong yang merupakan bagian misi amal yang sama dengan Acun Shixiong. Wie Sioeng menjelaskan bagaimana cara-cara yang tepat menangani pasien-pasien kasus serta berbagi cerita dan bagaimana prosedur pengajuan pasien kasus yang berasal dari daerah ataupun di kota kecil hingga di rumah sakit. Selanjutnya, Wie Sioeng menunjukkan sebuah video yang memberikan sebuah inspirasi bagi setiap orang dimana memberi adalah komunikasi terbaik. Begitu banyak hal-hal dan pengalaman yang didapat kita belajar banyak dari Tzu Chi.

Setelah beberapa jam mendengarkan sharing dari Wie Sioeng, lalu break sebentar dengan menikmati beberapa kue dan minuman. Waktu mulai menunjukkan pukul 15.30 WIB dan sekitar  satu jam untuk melakukan sesi Tanya Jawab yang diajukan oleh Wijaya Shixiong dan Novi Shijie. Setelah sesi Tanya Jawab berakhir, para relawan bersama-sama menonton ceramah Master Cheng Yen dan menandakan acara telah berakhir.

Setelah melewati proses training  yang memakan waktu sekitar 7 jam, Fitri Shijie selaku pembawa acara mengajak kita menjadi lilin yang ke 4, yaitu lilin yang bernama “harapan”. Lilin yang tidak akan pernah padam di dalam diri kita, lilin yang terus menyala dan terus memberikan cahaya kepada lilin-lilin lainnya. Begitu banyak dharma yang telah didapat pada hari ini, dan merupakan berkah luar biasa.

Seperti sharing Like Shijie, Tzu Chi bagaikan mendaki Gunung Semeru. Mari bersama sama menjadi petani dunia, membina diri dan memperpanjang barisan Bodhisatwa.


Artikel Terkait

Training Relawan Abu Putih Ke-2

Training Relawan Abu Putih Ke-2

26 Mei 2014 Para PIC yang akan mencari relawan dan menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan di training nanti, dengan bekerja sama dengan tim Logistik dan tim yang lainnya.
Pelatihan yang Bermanfaat

Pelatihan yang Bermanfaat

20 April 2016

Kegiatan Pelatihan Relawan Abu Putih tahap II yang diadakan oleh He Qi Barat pada tanggal 10 April 2016 di aula lantai 2 Komplek Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng. Sebanyak 119 relawan hadir dalam kegiatan ini. Melalui pelatihan ini bersama-sama mendalami, merenung dan mempraktikkan apa yang diperoleh selama pelatihan dalam kehidupan sehari-hari. 

Tanpa Langkah Pertama, Tidak Akan Ada Langkah Selanjutnya

Tanpa Langkah Pertama, Tidak Akan Ada Langkah Selanjutnya

30 April 2019

Training kedua bagi relawan berseragam Abu Putih di komunitas He Qi Barat 2 dilakukan di Tzu Chi Center pada 28 April 2019. Kegiatan ini diikuti oleh 71 relawan.

Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -