Mengantar Anak-Anak Menuju Gerbang Kehidupan

Jurnalis : Ami Haryatmi (He Qi Barat 2), Fotografer : Mery Hasan (He Qi Barat 2)


Sebanyak 264 anak-anak kelas budi pekerti Qin Zi Ban dari wilayah Jakarta dan Tangerang berkumpul di Tzu Chi Center, PIK untuk mengikuti kamp selama 2 hari.

“Tidak ada anak yang tidak bisa dididik, yang ada adalah orang tua atau guru yang kurang tahu cara mendidik,” hal ini diungkapkan oleh Linda Budiman selaku koordinator Kamp Qin Zi Ban yang berlangsung pada 6-7 Oktober 2018 di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Ungkapan yang diteladani dari ajaran Master Cheng Yen tersebut menggerakkan hatinya untuk terjun dalam Misi Pendidikan Tzu Chi.

“Saya akan lebih bahagia bila anak yang mengikuti pelajaran budi pekerti menjadi lebih bahagia, berbudi luhur, dan berbakti pada orang tua. Harapan saya, ajaran budi pekerti ini bisa diterapkan di sekolah, mendampingi mata pelajaran yang sudah ada,” lanjut Linda Budiman yang telah aktif misi pendidikan selama 12 tahun.

Qin Zi Ban dalam arti sesungguhnya adalah Qin = orang tua, Zi = anak, Ban = kelas. Qin Zi Ban adalah kelas antara anak dan orang tua untuk menanamkan pendidikan budi pekerti. Di dalam bimbingan tersebut diharapkan orang tua turut terjun mendampingi anak bersama dalam setiap kehadiran.

Kamp ini diikuti oleh 264 anak-anak Qin Zi Ban dari 6 wilayah dari Jakarta dan Tangerang bertema “Aku datang, Aku senyum, Aku bahagia.” Mereka mendapatkan pelajaran tentang kemandirian, cinta kasih, dan dasar pendidikan moral untuk menuju gerbang kehidupan kelak ketika dewasa.


Linda Budiman, selaku koordinator acara berharap anak-anak dapat menjadi lebih bahagia, berbudi luhur, dan berbakti pada orang tua.


Selama mengikuti kamp, anak-anak dibiasakan untuk disiplin, berbaris rapi, teratur, dan bertata krama, baik jalan, duduk, berdiri, dan tidur.

Mulai pukul 08.00 WIB siswa-siswi didampingi orang tua dan Dui Fu mama (relawan pendamping) telah mulai melakukan pendaftaran. Bertebaran senyum para peserta yang berdatangan. Setelah briefing, dilanjutkan dengan penataran tentang disiplin, tata krama dalam berjalan, makan serta tidur. Tak lupa gerak dan lagu berjudul Xiao Ju Ren (Raksasa Kecil di Hatiku) juga dilakukan. Dalam lagu itu disebutkan, raksasa kecil di hatiku, namanya adalah kejujuran. Lagu yang mendasari anak-anak agar memiliki akhlak jujur dan baik seperti yang diharapkan setiap orang tua dan pembimbing.

Senada dengan harapan Linda Budiman, demikian pula yang diungkapkan oleh Olivia Gunawaty selaku orang tua dari Nathan James Ng dan Ethan James Ng, “Anak-anak saya sudah beberapa tahun mengikuti kelas budi pekerti. Dari hasil pendidikan tersebut mereka menjadi lebih santun, hal ini bahkan dilihat oleh orang lain. Kelas budi pekerti ini menjadi fondasi bagi anak-anak saya ke depannya. Karena setiap hadir diberikan materi positif tentang kerjasama yang baik, menghormati orang tua, dan lain lain. Sebagai orang tua kita bisa mendampingi anak-anak saat ketika masih di usia emas. Dengan kelas ini kelak ketika dewasa, mereka akan menyaring apa yang baik dan apa yang buruk. Saya berharap kelas ini bisa diadakan lebih sering, agar kebaikan menjadi kebiasaan bagi anak-anak,” ujarnya.

Seusai makan siang, anak-anak dibawa ke Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi yang terletak di belakang Tzu Chi Center untuk praktik daur ulang. Dipandu oleh Thomas dan Sugiharto, anak-anak semangat dan bahagia dalam melakukan kegiatan daur ulang. Salah satunya adalah Jocelyn Gozali. Senyumnya yang mengembang sesuai dengan tema hari ini, “Aku datang, Aku senyum, Aku bahagia.”

Jocelyn Gozali siswi kelas 5 SD tersebut telah ikut kelas budi pekerti selama 4 tahun.  Dia sangat menyukai kegiatan daur ulang. “Saya paling senang melakukan daur ulang begini. Di sini diajarkan supaya kita hemat pada barang-barang, tidak boleh merusak lingkungan dengan plastik. Selain itu saya bisa senang karena dapat teman banyak,” ungkap Jocelyn Gozali dengan bersemangat.


Salah satu materi yang disampaikan adalah mengenai tata krama jalan, duduk, berdiri, dan tidur.


Pada sesi praktik daur ulang, anak-anak dipandu oleh Thomas Shixiong (baju biru) sebelum pemilahan kertas.

Demikian pula dengan Anjali, gadis usia 10 tahun yang memiliki nama indah tersebut telah 2 tahun mengikuti kelas budi pekerti. Setelah mengikuti daur ulang, Anjali mengikuti Food Art Session. Di sela kegiatan tersebut dia menyatakan, “Saya senang bisa dapat teman banyak. Rumah saya jauh di Bekasi tapi setiap bulan saya tidak pernah bolos dari kelas ini. Mama saya juga bilang bahwa saya mengalami perubahan, dengan lebih menuruti nasihat orang tua,” pungkasnya.

Pada pukul 17.00 WIB, anak-anak mulai rehat dan mandi. Dilanjutkan dengan makan malam dan pembagian sertifikat serta menuang celengan bambu. Hari pertama kamp telah diselesaikan dengan sukses oleh siswa-siswi kelas budi pekerti. Diharapkan ajaran tentang kemandirian, tata krama, cinta kasih dan hormat pada orang tua maupun pada sesama, akan mereka serap dan menjadi bekal mereka menuju gerbang kehidupan selanjutnya.

Salah satu relawan pendamping, Elvina Tarasia Tan berpendapat, “Terjun di bidang pendidikan budi pekerti ini adalah panggilan hati bagi saya. Karena saya sangat menyayangi anak-anak. Di kelas ini anak-anak diajarkan tata krama, budi pekerti yang baik dan bertanggung jawab bila melakukan kesalahan. Sebagai relawan pembimbing saya juga harus sangat penuh cinta kasih bagi mereka. Master Cheng Yen berpesan bahwa anak-anak adalah generasi penerus Mazhab Tzu Chi, penerus ajaran cinta kasih yang mendunia serta berbakti pada orang tua.”


Jocelyn Gozali (kanan) bersemangat saat praktik memilah kertas.


Menurut ibunya, Anjali (kiri) setelah mengikuti kelas budi pekerti selama 2 tahun berubah menjadi lebih penurut.

Bagi orang tua dan Dui Fu mama (relawan pendamping), mengajarkan budi pekerti tidak hanya kewajiban, namun juga penggilan hati bagi setiap insan untuk mempersiapkan generasi selanjutnya dan menciptakan generasi yang berakhlak terpuji. Orang tua dan relawan pembimbing bertanggung jawab untuk mengantar dan membekali anak-anak ke gerbang kehidupan selanjutnya.

Editro: Yuliati


Artikel Terkait

Mengantar Anak-Anak Menuju Gerbang Kehidupan

Mengantar Anak-Anak Menuju Gerbang Kehidupan

08 Oktober 2018

Kamp ini diikuti oleh 264 anak-anak Qin Zi Ban dari 6 wilayah dari Jakarta dan Tangerang. Mereka mendapatkan pelajaran tentang kemandirian, cinta kasih, dan dasar pendidikan moral untuk menuju gerbang kehidupan kelak ketika dewasa.

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -