Menghargai dan Menciptakan Berkah

Jurnalis : Yuliawati Yohanda (HQ Barat 2), Fotografer : Binawan Tandanu (HQ Barat 2), Elysa (HQ Utara 2)


Melalui kamp ini, anak-anak belajar disiplin, menaati peraturan, tertib, dan teratur, selain itu mereka juga diberi materi sharing inspiratif.

 Melalui Misi Pendidikan, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia sangat peduli terhadap perkembangan anak di era milenial ini. Salah salah satu kegiatan yang dilakukan adalah Kelas Budi Pekerti yang diadakan setiap bulan di berbagai komunitas. Sebagai penutupan tahun ajaran kelas Budi Pekerti Qin Zi Ban, tanggal 6-7 Oktober 2018 diadakan kamp yang mana anak-anak Qin Zi Ban wilayah Jakarta dan Tangerang berkumpul di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

Melalui kamp ini, anak-anak belajar disiplin, menaati peraturan, tertib, dan teratur. Selain itu mereka juga diberi berbagai materi sebagai bekal anak-anak dalam kehidupan sehari-harinya. Di hari pertama anak-anak mendengarkan sharing dari Reza Rezaie. Saat ini Reza aktif menjadi relawan Abu Putih di komunitas He Qi Barat. Ia berasal dari Afghanistan, namun karena kondisi negaranya tidak stabil sehingga ia harus mengungsi.


Reza Rezaie berpesan ke anak-anak agar menulis kata-kata yang baik, belajar yang baik, belajar budi pekerti dengan sebaik-baiknya.

Dalam sharing Reza yang bertema Menghargai dan Menciptakan Berkah ini, Reza menuturkan bagaimana ia berusaha keluar dari Afghanistan pada tahun 2016 lalu akibat peperangan. “Setiap hari mendengar dentuman bom jatuh, menyeramkan dan membahayakan,” ujarnya. Ia pun sudah dua tahun tidak berkumpul dengan keluarganya, sempat tidur di jalan beraspal yang dingin dan tidak nyaman.

“Ada 16.000 orang pengungsi dari Sudan, Irak, Afghanistan, Pakistan, dll. Dan 25,4 juta pengungsi di dunia akibat peperangan, dan yang berjodoh datang ke Indonesia dan bertemu dengan Tzu Chi ada sembilan orang,” lanjutnya. Dan dari 9 orang itu, salah satunya adalah Reza Rezaie.

Kata Perenungan Master Cheng Yen yang sangat berkesan bagi Reza adalah: Bertambahnya satu orang baik di dalam masyarakat akan menambah sebuah karma kebajikan di dunia. Oleh sebab itu Reza berpesan kepada anak-anak, “Kalian bagaikan kertas putih bersih, tulislah kata-kata yang baik, belajar yang baik, harus belajar budi pekerti dengan sebaik-baiknya,” ucap Reza menutup sharing-nya.

Hiroshi U Wiraan Lim (10) siswa kelas 5 SD Mardiyuana Cilegon ini sangat antusias dengan sharing Reza. Ia selalu menunjuk jari di setiap kesempatan tanya jawab. “Koko (abang) Reza sangat beruntung mendapat bantuan dari Tzu Chi,” ujar Hiroshi, “Kita bisa belajar tentang kehidupan,” lanjutnya saat ditanya apa yang ia dapat dari sharing Reza.


Dari sharing Reza, Hiroshi (kiri) belajar tentang kehidupan.


Usai menonton “Home Run”, anak-anak diberi pertanyaan dan diajak me-review fim tersebut.

James Kennedy Wijaya (11), siswa kelas 6 SD Muara Karang, Pluit menambahkan, “Kita ini harus bersyukur karena masih banyak orang lain yang hidupnya lebih susah.”

Setelah mendengar sharing Reza, malam itu anak-anak juga diajak nonton bareng sebuah film Mandarin berjudul “Home Run”. Film ini berkisah tentang dua kakak beradik yang hidupnya sarat perjuangan demi sepasang sepatu buat sekolah. Kakaknya Zhou Jie Kun harus berjuang mati-matian dengan berbagai cara untuk menebus kesalahan pada adiknya Zhao Xiao Fang karena telah menghilangkan sepatu adiknya.

Film ini menginspirasi anak-anak yang menonton karena di tengah upaya sang kakak itu ada pelajaran tentang semangat kerja keras, kejujuran, keberanian, kesetiakawanan, dan memaafkan serta pemberian yang ikhlas.

Ethan Kenzie Hans (12) siswa Narada School, Kosambi merasa kasihan dengan tokoh kakak beradik di film tersebut. Dengan menonton film tersebut ia menjadi terinspirasi untuk bersemangat dalam mengerjakan apapun.

Menurut Ernie Lindawaty selaku Ketua Misi Pendidikan, hampir semua anak-anak kelas budi pekerti ini berasal dari keluarga yang berada. Karena itulah maka anak-anak diberi kedua materi ini. “Hampir semua xiao pusa (bodhisatwa cilik) hidupnya berkecukupan bahkan berkelimpahan sehingga kadang lupa menghargai berkah yang telah mereka miliki. Dengan kedua materi ini diharapkan para xiao pusa lebih menghargai berkah yang sudah mereka miliki dan menyayangi kedua orangtua serta saudara kandung mereka,” jelasnya.

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Belajar Budi Pekerti Melalui Seni

Belajar Budi Pekerti Melalui Seni

07 Maret 2017
Minggu, 5 Maret 2017, sebanyak 36 relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 berkumpul di aula Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke untuk berpartisipasi dalam kelas budi pekerti. 
Penutupan Kelas Budi Pekerti Tzu Shao Medan

Penutupan Kelas Budi Pekerti Tzu Shao Medan

24 November 2017
Saat anak-anak Tzu Shao di Tzu Chi Medan menyuapi orang tua mereka, air mata pun mulai menetes baik orang tua maupun anak. Sang MC pun mengarahkan anak-anak untuk memeluk orang tua mereka dan mengatakan “Saya sayang mama papa, maafkan kesalahan yang saya perbuat selama ini”.
Namaku Bahagia

Namaku Bahagia

29 Juli 2020

Untuk mengobati kerinduan akan wajah ceria anak-anak, kelas Budi Pekerti di komunitas Tzu Chi He Qi Utara 2, kelas Qin Zi Ban kecil dan besar mengadakan pertemuan pertama secara online.

Cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, malah sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -