Mengurangi Tumpukan Sampah

Jurnalis : Sutar Soemithra, Fotografer : Sutar Soemithra
 
foto

* Tumpukan sampah di gudang posko daur ulang Tzu Chi terus bertambah seiring makin banyaknya orang yang ikut menyumbangkan sampah untuk ikut menebar cinta kasih. Relawan Tzu Chi he qi utara bergotong-royong memilahnya.

Ah, relawan Tzu Chi memang ada-ada saja. Di saat banyak orang masih malas-malasan di ranjang atau berolahraga menikmati Minggu pagi, relawan Tzu Chi justru pagi-pagi bergelut dengan sampah! Pukul setengah sembilan pagi, sekitar 175 relawan Tzu Chi dari he qi utara telah berkumpul di posko daur ulang Tzu Chi di Perumahan Cinta Kasih Cengkareng, Jakarta Barat. Di samping posko tersebut, beberapa tenda terpal telah dipasang memanjang.

Posan, relawan Tzu Chi yang selama ini sudah akrab dengan kegiatan daur ulang, mengarahkan relawan yang lain cara memilah sampah. Relawan-relawan tersebut banyak yang belum pernah memilah sampah, bahkan beberapa diantaranya baru kali ini mengikuti kegiatan Tzu Chi. Kepada para relawan tersebut sebelum mulai memilah sampah, Posan berpesan, "Kita harus perhatiin keselamatan kita juga. Maskernya dipakai, kalau yang memilah beling atau kaleng pakai sarung tangan." Maka masker dan sarung tangan, serta perlengkapan memilah seperti cutter, kantong plastik atau bak plastik pun dibagikan.

Sampah Terus Menggunung
Tumpukan sampah di gudang posko daur ulang memang telah hampir memenuhi semua sudut gudang, padahal setiap hari sampah daur ulang baru terus berdatangan. Sepuluh pekerja posko daur ulang di bagian pemilahan sampah tidak sebanding dengan jumlah sampah yang harus dipilah. "Dalam sehari mungkin sekitar 4 sampai 6 mobil (sampah)," terang Antonius, penanggung jawab posko daur ulang, tentang jumlah sampah yang mereka kumpulkan tiap hari. Dari jumlah itu, paling banyak mereka bisa mengerjakan sejumlah 3 mobil sampah, tergantung jenis sampahnya. Makin sampah tidak campur aduk, makin cepat pula proses pemilahan.


foto   foto

Ket : - Antonius, penanggung jawab posko daur ulang Tzu Chi, menjelaskan cara memilah sampah kepada para
           relawan Tzu Chi yang kebanyakan baru kali ini melakukan pemilahan sampah. (kiri)
        - Masker dan sarung tangan dipergunakan relawan Tzu Chi untuk menghindari kemungkinan terjangkit bibit
           penyakit yang terdapat pada sampah. (kanan)

Mengetahui hal ini, Like Hermansyah, ketua he qi utara, berisiatif mengajak para relawan di wilayah yang ia koordinir untuk membantu memilah sampah. Kebetulan sejumlah relawan yang tadinya hendak mengikuti acara penanaman pohon bakau yang dilakukan Tzu Chi Perwakilan Sinarmas di Pantai Indah Kapuk, jumlahnya berlebih sehingga bisa dialihkan mengikuti pemilahan sampah. "Mereka (acara penanaman bakau ¡Vred) hanya membutuhkan 50 relawan tapi yang mendaftar ternyata sekitar 175-an sehingga sebagian besar kita alokasikan ke depo daur ulang Cengkareng," terang Like. Ia juga mengungkapkan rencana ke depan untuk mengajak minimal 50 relawan tiap hari Minggu untuk memilah sampah.

Para relawan tersebut dibagi dalam beberapa kelompok. Ada yang bertugas mengeluarkan sampah dari gudang untuk kemudian diserahkan kepada kelompok yang bertugas memilah sampah sesuai jenisnya, yaitu kertas, kardus, plastik botol kemasan, alumunium, beling, plastik biasa, dan sampah umum.

Luciana Tjhang, relawan Tzu Chi lain yang telah berpengalaman memilah sampah, tidak henti-hentinya mengarahkan para relawan. Tidak hanya mulutnya yang bekerja, tangannya juga mempraktekkannya secara langsung. "Ini sampah bisa jadi uang juga," ia menyemangati relawan. Uang yang ia maksud adalah sampah yang telah dipilah tersebut akan dijual dan hasil penjualannya dipergunakan untuk membiayai kegiatan kemanusiaan Tzu Chi. Ketika para relawan telah memahami tata cara memilah sampah dan telah mulai memilah sesuai yang diarahkan oleh Luciana, tangan Luciana dengan cekatan memilah sampah sampai siang menjelang


foto  

Ket : - Luciana Tjhang mengajari cara memilah sampah. Bukan hanya di mulut, ia juga mempraktekkannya secara
           langsung bahkan hingga siang menjelang.

Capek tapi Bahagia
Tugas memotret telah cukup, saya mencoba mencari sarung tangan seperti yang dikenakan para relawan, juga cutter. Karena jumlah cutter terbatas, saya akhirnya tidak jadi menggunakan alat tersebut. Saya bergabung dengan kelompok relawan yang mengumpulkan gelas air minum kemasan. Sebuah kantong kresek besar hitam saya pergunakan untuk mengumpulkan gelas-gelas plastik tersebut. Saya mengais-ngaisnya dari tumpukan sampah yang semuanya dari plastik namun ada yang gelas, botol, dan kotak kemasan. Semua relawan seakan beradu cepat memilah sampah. Belum habis satu tumpukan sampah diseleksi, datang lagi relawan lain yang membawa tumpukan sampah plastik campuran dari gudang. Begitu seterusnya.

Wah, ternyata punggung lumayan pegal juga terus-terusan membungkuk memilah sampah. Tapi hebatnya saya tak melihat raut mengeluh di wajah para relawan. Mereka terus mengais-ngais tak mempedulikan bulir keringat yang mengalir di wajah mereka.

Yuliana salah satunya. Remaja 17 tahun yang berbadan kecil namun telah duduk di bangku kelas 3 SMA Budi Agung Jakarta Utara ini tak menyesal tidak bisa menikmati hari liburnya kali ini dengan refreshing seperti biasanya. "Sekali-kalilah pengen coba juga nambah pengalaman," kesannya tentang pengalaman baru memilah sampah yang baru saja ia lalui. Awalnya Yuliana merasa jijik, namun lama-kelamaan, "Nggak kepikiran bau, nggak kepikiran kotor." Malah usai bergelut dengan sampah wajahnya berbinar bahagia. "Bisa baksos begini seru, kan (buat) sosial amal," ucapnya mantap.

foto   foto

Ket : - Dalam sehari, sekitar 4 hingga 6 mobil sampah diterima oleh posko daur ulang. Padahal, jumlah pekerja
           di bagian pemilahan sampah hanya mampu mengerjakan sekitar 3 mobil sampah per hari. (kiri)
        - Sejumlah anak muda yang masih duduk di bangku sekolah ikut dalam proses pemilahan sampah kali ini.
           Awalnya mereka merasa jijik, namun lama-kelamaan mereka menikmati aktivitas tersebut. (kanan)

Pemandangan yang agak berbeda terlihat di wajah Sari (45) yang terlihat agak pucat. Kepalanya agak pusing karena terlalu lama menunduk. Namun ibu 3 anak tersebut ini tetap merasa bahagia menjalani pengalaman pertama memilah sampah. "Seneng dong bisa bantu begini," ucapnya sambil tersenyum. Meskipun ini pengalaman pertamanya, namun ia selama ini telah secara aktif ikut serta melestarikan lingkungan. Di tasnya selalu tersedia kantong hitam sehingga jika ada sampah berceceran di sembarang tempat, ia memungutnya dan mengantonginya sebelum akhirnya dibuang pada tempatnya. Kesadaran itu tumbuh sejak ia bergabung dengan Tzu Chi bulan Mei 2008 lalu. "Sebelum masuk Tzu Chi saya nggak kepikiran ke sana," kenangnya.

Bahkan kini tiap Selasa mobil daur ulang mengambil sampah daur ulang di kediamannya di kawasan Keadilan, Jakarta Barat. Meski begitu, ia mengakui belum bisa membedakan sampah yang bermanfaat dan tidak. "Saya mau tahu juga sebenarnya apa yang bisa dipakai dan nggak. Biasanya saya ambil-ambil aja, kirim-kirim aja," akunya jujur. Kini ia menjadi lebih mengerti tentang sampah daur ulang dan makin bersemangat melakukan pelestarian lingkungan.

 

Artikel Terkait

Pemberkahan Awal Tahun 2021:  Diselenggarakan Secara Virtual, Esensi Pemberkahan Tak Luntur

Pemberkahan Awal Tahun 2021: Diselenggarakan Secara Virtual, Esensi Pemberkahan Tak Luntur

22 Februari 2021
Selain berbagi kisah dan doa serta harapan untuk tahun yang lebih baik, yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap acara pemberkahan adalah penampilan isyarat tangan. Kali ini total ada 74 relawan dari lima He Qi menampilkan isyarat tangan Bab Penutup Sutra Bhaisajyaguru.
“Berdoa Saja, Tidak Mau Bersedih”

“Berdoa Saja, Tidak Mau Bersedih”

28 Januari 2014 Di hari itu relawan kembali mengadakan program “cash for work” untuk kedua kali. Warga diajak untuk bersama-sama membersihkan lingkungannya, dan setelah itu mereka akan mendapatkan bantuan berupa uang dan paket bantuan.
Suara Kasih : Hikmah dari Bencana

Suara Kasih : Hikmah dari Bencana

24 Juni 2010
Dengan menyucikan hati manusialah kita dapat terbebas dari bencana. Ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan harus tertanam dalam hati setiap orang.
Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -