Menjadi Orang Miskin Yang Paling Kaya

Jurnalis : Hendra Gunawan , Fotografer : Hendra Gunawan
 
 

fotoPara murid kelas Ai De Xi Wangj ini melakukan sharing di kelompok-kelompok kecil tentang kesan-kesan mereka setelah mengikuti kegiatan hari itu.

Judul di atas adalah sebuah penggalan sharing dari salah seorang peserta didik kelas Ai De Xi Wang. Kelas Ai De Xi Wang adalah kelas bimbingan budi pekerti yang diperuntukkan bagi anak–anak Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang tinggal di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi. Tema kelas kali ini ini mengambil tema “Bersyukur”, sebuah tema yang dirasa sangat relevan di tengah hiruk pikuk kehidupan kota yang serba mewah.

 

Sebuah kata “bersyukur” memang terlihat sangat mudah untuk disebutkan, tetapi agak sulit untuk dilakukan bagi sebagian orang saat ini. Oleh sebab itu, tema ini diusung kembali untuk mengingatkan kita semua dan anak–anak pada khususnya agar senantiasa bersyukur karena dengan bersyukur hidup kita kan terasa ringan.

Minggu, tanggal 10 April 2011, para peserta didik kelas Ai De Xi Wang mulai berdatangan untuk mengikuti kelas. Sebelum mengikuti kegiatan, seperti biasa para peserta kelas Ai De Xi Wang diwajibkan untuk mengisi daftar hadir. Setelah semua peserta didik berkumpul, dengan segera mereka berbaris berdasarkan kelompok yang sudah ditentukan sebelumnya untuk melakukan senam pagi, tepat pukul 08.00 WIB dengan mengambil tempat di lapangan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi.

Kali ini Senam Hulala menjadi pilihan untuk melakukan senam bersama. Meski diterpa sinar matahari yang cukup terik, tetapi hal itu tidak membuat para peserta mengeluh. Mereka malah bersyukur karena masih diberikan kesempatan untuk melihat sinar matahari dan dapat bergerak dengan leluasa. Sebab di luar sana masih banyak saudara–saudara kita yang tidak dapat menikmati hal itu. Setelah senam, para peserta diajak masuk ke dalam ruangan serba guna untuk mengikuti acara selanjutnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Sebelum kelas dimulai, para relawan juga memerhatikan kerapian para peserta kelas Ai De Xi Wang. (kiri)
  • Peragaan senam hulala yang dilakukan oleh para siswa kelas Ai De Xi Wang di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. (kanan)

Memasuki sesi selanjutnya para peserta diajak untuk menyaksikan beberapa penggalan film. Film ini mengisahkan tentang seorang anak perempuan berusia 5 tahun yang mempunyai kekurangan dalam penglihatannya namun mampu memainkan piano hanya dengan satu kali mendengarkan lagu tersebut tanpa ada satu orang pun yang mengajarinya. Gadis kecil itu bernama Ye Eun yang berasal dari Negara Korea. Gadis kecil tersebut diadopsi oleh salah satu orang yang merasa kasihan karena Ye Eun dibuang oleh orang tua kandungnya pada saat ia masih kecil. Sementara film yang kedua mengisahkan seorang perempuan yang tidak mempunyai lengan, sehingga untuk melakukan kegiatan sehari–hari ia menggunakan kedua kakinya. Untuk mengetik pesan singkat (SMS) di telepon genggam (HP) dan untuk mengemudikan pesawat terbang ia juga menggunakan kedua kakinya. Mengagumkan bukan!

Setelah menyaksikan penggalan-penggalan film itu, para peserta kedatangan seorang tamu istimewa. Tamu istimewa itu adalah Mulyono Shixiong dan anak–anak memanggilnya dengan sebutan Kak Mul. Kak Mul adalah salah seorang desain grafis di 3 in 1 (Tim Media Cetak Tzu Chi) yang bertugas membuat poster, banner, desain sampul buku, dan yang berhubungan dengan desain grafis, termasuk Buletin Tzu Chi dan Majalah Dunia Tzu Chi.  

Sekilas tak tampak ada yang istimewa dari diri Kak Mul ini, akan tetapi ketika kami perhatikan, Kak Mul hanya memiliki satu tangan, ada apa dengan tangan yang lainnya? kemudian, Kak Mul menceritakan bagaimana dia bisa kehilangan salah satu tangannya. Kak Mul menceritakan kepada para peserta dengan disertai gambar–gambar yang membuat para peserta seakan diajak masuk ke dalam film kehidupan Kak Mul. Ternyata Kak Mul kehilangan tangan karena kecelakaan pada saat membantu orangtuanya mencari kayu bakar dan terpaksa harus merelakan sebelah tangannya untuk tetap bisa bertahan hidup. Setelah kejadian itu, Kak Mul tetap berusaha mandiri, segala sesuatu ia kerjakan sendiri dan tidak mudah menyerah. Hal itu tercermin ketika ia mulai belajar menulis kembali dengan tangan kiri, setelah kehilangan tangan sebelah kanan. Semangat ini yang ingin ditularkan oleh Kak Mul kepada para peserta. Harus senantiasa bersyukur dengan semua yang sudah kita terima. Di akhir kegiatan, Kak Mul memberikan sebuah pesan kepada kita semua, “Janganlah kita mengeluh, tetapi marilah kita bersumbangsih.“ Tepuk tangan pun menutup perjumpaan Kak Mul dengan para peserta.

l.

foto  foto

Keterangan :

  • Mulyono, staf desain grafis Tim Media Cetak Tzu Chi berbagi pengalaman dan kiatnya dalam menghadapi hidup meski dengan keterbatasan fisik yang dimilikinya. (kiri)
  • Dalam kelas Ai De Xi Wang juga diterapkan budaya makan untuk tidak berbicara pada saat mengambil makanan. (kanan)

Kemudian acara pun dilanjutkan kembali dengan pembacaan Kata–kata Perenungan Master Cheng Yen yang kali ini dibawakan oleh Doris Shigu. Kata– kata Perenungan yang kali ini berbunyi “Berkah diperoleh dari niat yang baik, kekuatan diperoleh dari tekad yang kokoh“ yang kemudian langsung disambung dengan  peragaan isyarat tangan yang dibawakan oleh para Shigu dan Shibo berjudul “Wo Hen Xing Fu“. Dari peragaan ini Pak Pahru sebagai salah satu pemeraganya berkenan memberikan sharingnya. Pak Pahru mengawalinya dengan bertanya, mengapa kita harus berbahagia? “Karena kita masih diberikan nikmat oleh Tuhan dan juga kita harus tetap bersyukur karena kita masih diberikan tubuh yang lengkap,” ujarnya.

Acara lantas dilanjutkan dengan sharing dalam kelompok–kelompok kecil dipandu oleh mentor kelompok masing–masing. Setelah semua peserta terbagi dalam beberapa kelompok mereka mulai saling sharing satu dengan lainnya. Usai sharing, setiap kelompok memberikan perwakilan mereka untuk maju dan sharing kembali dengan semua orang. Dini adalah salah satunya. Dini yang tergabung di dalam kelompok 5 ini mengungkapkan bahwa lebih baik menjadi orang miskin yang paling kaya daripada orang kaya yang paling miskin. Artinya, walaupun hidup kita serba kekurangan, tetapi jika dijalani dengan penuh dengan rasa syukur maka hidup akan terasa ringan karena masih banyak orang lain yang lebih menderita dari kita, sehingga kita harus selalu mensyukuri apa yang sudah diberikan Tuhan kepada kita.

Sebagai penutup acara para peserta dan para mentor serta para relawan saling berhadapan dan saling memberikan hormat serta mengucapkan “gan en”, semoga kita dapat senantiasa bersyukur dalam menghadapi hidup kita ini.

  
 

Artikel Terkait

Beramal, Sebuah Wujud dari Cinta Kasih

Beramal, Sebuah Wujud dari Cinta Kasih

17 Mei 2018

Relawan Tzu Chi Sinar Mas di Xie Li Kalimantan Selatan 1 mengadakan kunjungan kasih bagi warga Desa Serongga Kampung yang membutuhkan. Ada sekitar 20 warga yang membutuhkan bantuan. Selain kunjungan kasih, relawan juga turut memberikan bantuan berupa sembako.

Kamar Bertumpuk “Emas”

Kamar Bertumpuk “Emas”

14 April 2009 “Beginilah kamar saya. Kecil,” ucap Chin Chiang Hui (66) kepada kami dengan tawa lepas dan sedikit rasa sungkan karena kamarnya berantakan. Lie Fie Lan, relawan Tzu Chi langsung menyahut, “Kecil tapi isinya ‘emas’ semua.” Bukan karena kamarnya berantakan Chiang Hui merasa sungkan, namun lebih dari itu. Kamarnya yang berukuran sekitar 2 x 3 meter berlantai kayu yang berada di lantai dua tersebut penuh dengan barang daur ulang!
Memulai 2018 dengan Cinta Kasih

Memulai 2018 dengan Cinta Kasih

24 Januari 2018
Ada banyak cara bersumbangsih, seperti kakak beradik Irene dan Kevin misalnya. Pemilik Marcopolo Car Wash ini  mendonasikan keuntungan pada tanggal 7 Januari 2018 ke dana amal Tzu Chi.
Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -