Menumbuhkan Akar Kebajikan Seharum Bunga

Jurnalis : Erli Tan (He Qi Utara), Fotografer : Erli Tan (He Qi Utara)

Minggu, tanggal 3 Mei 2015, para Bodhisatwa cilik berkesempatan melakukan ritual pemandian rupang Buddha. Perayaan sederhana ini dihadiri oleh 57 Bodhisatwa cilik dari kelas budi pekerti Qin Zi Ban.

Setiap tahun di bulan Mei, Yayasan Buddha Tzu Chi merayakan tiga perayaan sekaligus, yaitu Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi. Setiap tahun di tanggal yang sama, semua insan Tzu Chi di seluruh dunia mengadakan perayaan ini. Di Jakarta, perayaan ini akan berlangsung di Tzu Chi Center tanggal 10 Mei 2015. Bersamaan dengan itu, Minggu, tanggal 3 Mei 2015, para Bodhisatwa cilik di kelas budi pekerti Qin Zi Ban juga berkesempatan melakukan ritual pemandian rupang Buddha. Kelas yang berlangsung setiap bulan itu biasanya diisi dengan kegiatan belajar shou yu (isyarat tangan), cerita, menggambar, atau membuat prakarya. Namun karena anak-anak berumur 5-8 tahun itu tidak memungkinkan untuk mengikuti ritual pada 10 Mei 2015, maka relawan menyiapkan altar khusus untuk mereka.

Waisak mini seolah-olah hadir di ruang kelas Qin Zi Ban di Gedung Gan En lantai 3, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk. Sehari sebelumnya relawan telah menyiapkan meja serta menempel stiker titik-titik di lantai agar prosesi dapat berlangsung dengan rapi dan khidmat. Minggu paginya, altar yang sederhana tapi lengkap dengan dekor bunga pun sudah terpajang indah. Sebanyak 57 Bodhisatwa cilik hadir bersama orang tua mereka. Prosesi Waisak cukup sederhana karena hanya fokus pada pemandian rupang dan pradaksina (meditasi jalan). Para Bodhisatwa cilik dan orang tua bersama-sama melakukan ritual itu. Walaupun tidak pernah latihan dan hanya melihat contoh yang dilakukan oleh relawan, prosesi berjalan dengan khidmat dan lancar.

Bodhisatwa cilik dan para orang tua mendengar dengan seksama tata cara Waisak.

Para Shixiong dan Shijie memperagakan terlebih dahulu cara melakukan ritual Waisak.

Sesuai dengan makna Waisak yang merupakan doa jutaan insan, Yuli Shijie selaku koordinator mengajak semuanya bersama-sama dengan tulus mendoakan korban bencana di Nepal, baik yang sedang menderita ataupun yang sudah meninggal. Walau usia masih belia tapi mereka tahu akan bencana yang baru terjadi minggu lalu, saat ditanya Yuli Shijie, mereka serentak menjawab, “Gempa di Nepal!!”.

Setelah bersama-sama mendoakan para korban, mereka juga diajak mengisi kotak donasi. Mereka sangat bersemangat, semuanya maju ke depan untuk memasukkan sendiri uang ke dalam kotak dana, seolah-olah perasaan saat memberi dan menolong sesama itu sama bahagianya ketika mendapat mainan dari orang tua. Salah satunya adalah Darius (6), anak dari pasangan Sania dan Elkin ini bahkan sudah menyiapkan uang di kantongnya sejak sehari sebelumnya. “Kasihan! (korban bencana)” jawabnya singkat saat ditanya mengapa mau berdana. Walau terlihat bergerak aktif dan tidak bisa diam selama kelas berlangsung, ternyata ia menyimak apa yang telah disampaikan. Saat Yuli Shijie menanyakan kembali makna mengambil bunga saat prosesi tadi, Darius serta merta mengangkat tangan dan menjawab, “Supaya pikiran kita (harum) seperti bunga.”

Bodhisatwa cilik juga diajak melakukan pradaksina.

Darius, salah satu Bodhisatwa cilik ini sangat bersemangat membantu sesama.

Anak-anak adalah generasi penerus, menumbuhkan akar bajik mereka adalah kewajiban kita sebagai generasi orang tua, supaya mereka dapat tumbuh menjadi orang yang penuh perhatian dan cinta kasih terhadap sesama maupun lingkungan.


Artikel Terkait

Membina Cinta Kasih Anak-anak Sejak Usia Dini

Membina Cinta Kasih Anak-anak Sejak Usia Dini

10 Oktober 2018

Kamp Kelas Budi Pekerti Qin Zi Ban telah berlangsung dua hari yaitu 6-7 Oktober 2018 di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Puncak acaranya yaitu pada acara penutupan di sore hari kedua yang bertema “Aku datang, Aku senyum, Aku bahagia.

Menumbuhkan Akar Kebajikan Seharum Bunga

Menumbuhkan Akar Kebajikan Seharum Bunga

05 Mei 2015 Sesuai dengan makna Waisak yang merupakan doa jutaan insan, Yuli Shijie selaku koordinator mengajak semuanya bersama-sama dengan tulus mendoakan korban bencana di Nepal.
Menjadi Satu Keluarga

Menjadi Satu Keluarga

28 April 2016
Tanggal 17 April 2016 merupakan pertemuan terakhir kelas budi pekerti Qin Zi Ban (tingkat TK) untuk tahun ajaran 2015-2016. Ternyata kebersamaan selama satu tahun ajaran bisa menjadi satu ikatan seperti keluarga antara relawan dengan xiao pu sa.
Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -