Misi Kesehatan yang Berbudaya Humanis

Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Timur), Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Timur)


Dokter Mozes Bernard Homenta (50) memberikan pengalamannya sebagai bagian dari Tim Medis Tzu Chi.

Berkisah pada tahun 1965, Master Cheng Yen berkunjung salah satu muridnya yang sakit dan dirawat di salah satu rumah sakit.Ia menemukan sebercak darah di depan rumah sakit tersebut. Terakhir baru diketahui darah tersebut adalah milik seorang wanita yang mengalami keguguran dan tidak mampu membayar biaya rumah sakit. Kisah ini sangat menyentuh hati Master Cheng Yen. Cerita ini menginspirasi kita untuk membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan pengobatan. Sedangkan konsep misi kesehatan dimulai pada tahun 1966.

Baksos kesehatan dan Tzu Chi International Medical Association (TIMA) adalah bagian dari Misi Kesehatan Tzu Chi. Pada pelatihan keempat relawan abu putih, dokter Mozes Bernard Homenta (50) memberikan pemahaman kepada insan Tzu Chi yang belum terlibat di dalam TIMA, khususnya untuk medis. “Selama ini belum tahu tentang pelayanan yang ada di TIMA, khusus untuk misi kesehatannya. Seperti jenis pelayanan dan kegiatan yang ada di TIMA. Visi Misi TIMA dan tujuan pelayanan, supaya relawan itu mengerti dan memahami,” jelas dokter Mozes Bernard Homenta menjelaskan secara singkat tentang TIMA

Lebih lanjut, dokter Mozes Bernard Homenta menjelaskan pelayanan (TIMA) itu bersifat manusiawi dengan tujuan menolong banyak orang yang tidak mampu sehingga membuat mereka sembuh. “Menjadi seorang relawan TIMA itu ada syarat-syarat yang harus dipenuhi. Supaya orang awam yang ingin menggerakkan saudara-saudaranya, yang kebetulan ada di dalam misi kesehatan, bisa lebih tahu dan lebih memahami lagi,” kata dokter Mozes Bernard Homenta. Penjelasan tentang Misi Kesehatan Tzu Chi ini disampaikan Dokter Mozes kepada 49 insan Tzu Chi komunitas He Qi Timur yang mengikuti pelatihan keempat relawan abu putih pada hari Minggu, 1 Desember 2019 di Kantor He Qi Timur yang terletak di Gedung MOI lantai P3, Jakarta Utara.

Jiwa Kehidupan Manusia

Pelatihan keempat relawan abu putih pada hari Minggu, 1 Desember 2019 di Kantor Tzu Chi komunitas He Qi Timur di gedung MOI lantai P3, Jakarta Utara.

Insan Tzu Chi sangat menghargai tentang kehidupan. Kehidupan itu memang hak untuk hidup bagi semua orang. Kita harus memelihara kehidupan itu terutama jiwa kita. “Melalui pemeliharaan jiwa kita, kita menjadi, memahami dan mengerti tentang makna yang sebenarnya dari jiwa yang ada dalam diri kita, sehingga kita dapat mampu dan selalu mempelajari apa yang menjadi keinginan kita harus ada dasar yaitu cinta kasih dalam pelayanan kita kepada orang-orang yang membutuhkan sehingga jiwa kita tenteram dan damai. Namun jiwa kita perlu kita latih dengan proses belajar sehingga pembelajaran ini dapat menyempurnakan apa yang ada dalam jiwa kita,” kata dokter Mozes Bernard Homenta yang baru dilantik menjadi Komite Tzu Chi pada September 2018 lalu.

Sukacita dalam Medis Humanis
Budaya humanis memang ada di setiap Misi Tzu Chi. Pengajaran yang insan Tzu Chi dapati adalah pelatihan diri sehingga menjadi suatu manusia yang harus ada dasar, sifat luhur, Tzu Chi, ketulusan hati, cinta kasih universal, welas asih untuk menjadi insan Tzu Chi yang sempurna, dan terus belajar hingga dapat memberikan suatu pelayanan yang berkenan pada mereka yang membutuhkan. “Yang membuat saya terharu karena cinta kasih yang saya dapati di sini adalah proses yang memang diberikan oleh pengajaran yang kita terima dan membuat kita menjadi lebih memahami arti dari welas asih, cinta kasih universal hingga kita mampu berbuat baik dan berbuat banyak untuk membantu orang yang dalam keadaan kesusahan yang membutuhkan kesehatan dan menyembuhkan mereka,” kata Dokter Mozes.

Budaya humanis Tzu Chi merupakan landasan dalam memberikan pelayanan kepada insan Tzu Chi. “Landasan itu harus kita mengerti dan pahami agar kita dapat menerapkan dalam kehidupan kita sehari-hari ataupun dalam pelayanan kita, hingga kita dapat membuat orang lebih mengerti dan memahami arti pelayanan dan misi kesehatan Tzu Chi yang sebenarnya,” jelas dokter Mozes Bernard Homenta.

 

Dokter Yani Haryasih Wigati (69), mengatakan bahwa mendedikasikan diri menjadi seorang dokter umum berarti melayani pasien itu dengan kasih dan memberi kepuasaan.

Di penutupan sharing-nya, dokter Mozes Bernard Homenta menceritakan tentang sukacita yang diperolehnya pada saat bergabung menjadi seorang relawan (medis) Tzu Chi. “Kita bekerja dengan melihat apa yang menjadi keperluan ataupun kebutuhan pasien. Sebagai seorang dokter harus melihat itu.  Merasa senasib dengan mereka agar pelayanan yang kita berikan kepada mereka adalah suatu pelayanan yang menyenangkan hati mereka, menyembuhkan mereka, memulihkan mereka dari segala yang mereka rasakan, termasuk penyakit atau luka batin ataupun permasalahan hidup yang mereka hadapi,” jelas dokter Mozes Bernard Homenta

Pengobatan yang dilakukan Tim Medis Tzu Chi adalah pengobatan berbagai faktor yang membuat insan tersebut dapat berbahagia karena mereka menerima sesuatu pelayanan kesehatan tidak hanya melalui obat, tetapi melalui pelayanan cinta kasih yang diterapkan dalam pelayanan medis yang diberikan. “Kita adalah suatu keluarga yang saling membutuhkan, saling melengkapi, saling menguatkan sehingga pelayanan dapat diberikan adalah pelayanan dalam satu keluarga atas nama Tzu Chi Indonesia. Kita dapat memberikan pelayanan yang membuat semua orang dapat menerima cinta kasih dan menyampaikan bahwa cinta kasih itu harus mengalir terus di muka bumi ini,” tutupnya.

“Dokter Mozes melihat dan bertemu dengan Master Cheng Yen, membuatnya tertarik menjadi salah satu Tim Medis Tzu Chi. Sebagai dokter, kita melayani pasien itu dengan kasih. Ternyata ia juga sama. Kita melayani orang itu, tidak melihat siapapun, pokoknya kita layani. Itu memang seharusnya kita berikan. Bila kita ketemu pasien, kita berusaha memberi dia kasih, kepuasan, apa yang sebetulnya ia inginkan hingga ia datang ke Baksos Kesehatan Tzu Chi,” kata dokter Yani Haryasih Wigati (69), yang pensiun dari dokter umum tahun 2006 silam dan berdedikasi menjadi Tim Medis Tzu Chi sejak 15 Juli 2012.

 

Wie Sioeng Jong menjelaskan meski dokter Mozes seorang kristiani, namun ia bisa tersentuh hatinya untuk sama-sama menjalankan, menyebarkan benih cinta kasih Tzu Chi dan belajar untuk membangun jiwa kebijaksanaan.

Jason Ong (29), anggota Tzu Ching asal Malaysia, senang dalam kegiatan pelayanan. Itulah tujuannya ikut menjadi insan Tzu Ching. Ia merasa kegiatan Tzu Chi, jika para pembicaranya yang pernah pulang ke Taiwan, ada banyak hal yang dirasakan, mereka benar-benar ada merasakan dan tahu kegiatan di Taiwan. “Pengalaman dokter Mozes, adalah suatu terobosan besar. Ia seorang kristiani, tetapi dia bisa menerima semangat ajaran Buddha. Seperti Master Cheng Yen mengimbau kita harus hidup bersungguh hati di saat ini. Dia sangat open, bisa menerima semua ajaran, asal tidak ekstrim, mereka akan bisa menerima. Jadi ini termasuk kelebihan,” kata Jason. Jason Ong sendiri mulai bergabung di Tzu Chi pada tahun 2009 hingga tahun 2011 atau 2012, karena kesibukan bekerja setelah lulus sekolah di Malaysia.

Hal yang sama juga dirasakan Diana (47), “Zaman sekarang itu, jarang ada dokter mau melayani dengan sepenuh hati. Banyak dokter lebih mementingkan finansial, tidak melayani dengan hati. Beda dengan dokter Mozes. Alangkah baik ada dokter seperti ini,” ujar Diana, relawan abu putih.

Tak lupa Wie Sioeng Jong menjelaskan dokter Mozes seorang kristiani, dan bisa tersentuh hatinya untuk sama-sama menjalankan, menyebarkan benih cinta kasih dan belajar untuk membangun jiwa kebijaksanaan. “Seragam Tzu Chi membawa cinta kasih seluas samudera. Tadi kita dengar dokter Mozes, sudah merasakan cinta kasih yang sangat luas. Kita dengar sharingnya, beliau sukses menjalani operasinya, dan sangat kagum dengan Tzu Chi. Bagaimana kita harus menjaga hati, mulut, dan perasaan kita,” kata Wie Sioeng.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Menggugah Semangat Awal Bersumbangsih

Menggugah Semangat Awal Bersumbangsih

11 November 2022

Tzu Chi Biak mengadakan Training Relawan Abu Putih yang bertempat di Swisbell Hotel, Biak, Papua. Kegiatan yang diadakan pada Sabtu 5 November 2022 ini diikuti 31 peserta.

Menjalin Jodoh Baik Melalui Pelatihan Relawan Abu Putih

Menjalin Jodoh Baik Melalui Pelatihan Relawan Abu Putih

01 April 2022

Tzu Chi Tanjung Balai Karimun melakukan kegiatan Pelatihan Relawan Abu Putih pada Minggu, 27 Maret 2022. Sebanyak 29 orang relawan ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Memanfaatkan Waktu Dengan Sebaik-baiknya

Memanfaatkan Waktu Dengan Sebaik-baiknya

10 Oktober 2019

Hari Minggu 22 September bertempat di Kantor Penghubung Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun, sebanyak 59 relawan telah berkumpul untuk mengikuti Pelatihan Relawan Abu Putih.

Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -