Para Penghibur dari Tzu Chi dan DAAI TV

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika Usha
 
foto

* Berbeda dari biasanya, kali ini sebelum menjalani pemeriksaan gigi, anak-anak dihibur oleh Kak Heru, pembawa acara Rumah Dongeng, DAAI TV.

Bagai gula, Kak Heru kini dikerubuti banyak semut. Tidak hanya siswa-siswi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat, beberapa peserta dari Sanggar Akar, dan anak-anak lain pun ramai mendekat.

Di sebuah ruangan sementara berdinding kain dengan sebuah logo besar Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, terdengar suara gelak tawa yang sangat meriah. Ternyata, acara ”Rumah Dongeng” yang biasanya mengisi salah satu program anak-anak di DAAI TV, kali ini pindah tayang menemani anak-anak yang tengah menunggu giliran pemeriksaan gigi dalam baksos kesehatan Tzu Chi, Sabtu, 9 Mei 2009.

“Adik-adik, Kak Heru mau tanya sama kalian, kenapa kita harus menjaga kebersihan gigi setiap hari?” tanya Heru. Yang ditanya pun kontan menjawab, “Biar bersih dan tidak sakit.” “Supaya tidak bau mulut, Kak!” Walaupun mendekati, Heru menyadari sebenarnya jawaban anak-anak tersebut masih kurang tepat. Oleh sebab itu, melalui acara Rumah Dongeng yang diadakan untuk anak-anak peserta baksos gigi, Heru berharap dapat memberikan informasi yang benar tentang gigi.

“Mendongeng atau bercerita adalah kegiatan yang digemari anak-anak. Sebenarnya dalam kegiatan baksos, mendongeng adalah proses penyampaian informasi yang sangat efektif,” tutur Heru. Meski demikian, proses penyampaiannya pun harus diperhatikan. Menurut Heru, melihat mayoritas anak-anak yang menjadi peserta baksos adalah kelas 4 dan 5 SD, maka informasi tersebut harus dikemas dalam bentuk hiburan, yang diselingi dengan kuis, menyanyi bersama, serta pemberian hadiah, sehingga lebih fun dan mereka bisa menerimanya dengan baik. “Anak-anak yang tidak tahu informasi mengenai gigi yang benar, maka wajar kalau gigi mereka rusak. Belum lagi stres anak, yang mereka alami karena menunggu giliran pemeriksaan. Oleh sebab itu, dengan mendongeng kita mengalihkan stres tersebut,” jelasnya.

foto foto

Ket : - Pendampingan dan hiburan yang diberikan kepada anak-anak yang akan menjalani pemeriksaan gigi
sangat intens, salah satunya adalah pendampingan para anggota Tzu Ching kepada mereka sebelum
masuk ke ruang pemeriksaan. (kiri)
- Lebih kurang 311 pasien gigi, 44 katarak, dan dua pasien pterygium berhasil ditangani dalam baksos
kesehatan Tzu Chi, yang diselenggarakan dalam rangka Pencanangan Pembangunan Aula Jing Si. (kanan)

Ini merupakan kali pertama DAAI TV menerapkan konsep live in Rumah Dongeng dalam kegiatan baksos kesehatan Tzu Chi. “Sambil menunggu giliran, rumah dongeng bisa mengalihkan perhatian anak-anak yang tegang menjadi lebih rileks. Tidak hanya itu, kami juga berharap anak-anak akan memperoleh informasi yang benar mengenai gigi,” jelas Fidelia Kho, selaku produser Rumah Dongeng. Fidelia menambahkan, sejauh ini ia melihat bahwa tanggapan anak-anak pun positif, “Mungkin dari rumah mereka sudah tegang, tapi setelah ikut dalam rumah dongeng, mereka tidak lagi merasa pemeriksaan gigi adalah sesuatu yang menyeramkan.”

“Awalnya sempet takut, tapi karena bermain bersama kak Heru dan teman-teman di rumah dongeng, jadi sudah tidak lagi merasa tegang,” ucap Riska Fadilah Husaini, salah satu pasien gigi dari Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi.

Tidak hanya Rumah Dongeng, sebelum melakukan pemeriksaan, anak-anak yang tengah menunggu giliran di ruang tunggu juga diajak sharing oleh kakak-kakak Tzu Ching dari Tzu Chi. “Sambil mereka menunggu, biasanya kami mengajak mereka sharing, mulai dari kegiatan sekolah, maupun cerita tentang keluarga ataupun teman-teman mereka,” ucap Indra Gunawan, salah satu anggota Tzu Ching yang terlihat akrab bersama anak-anak.

foto foto

Ket : - Dua belas mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Moestopo pun turut serta membantu dalam
kegiatan baksos gigi dan mata Tzu Chi, pada Sabtu, 9 Mei 2009. (kiri)
- Tidak hanya pengobatan, cinta kasih dan perhatian yang diberikan oleh para tim medis maupun relawan
adalah obat yang paling mujarab bagi kesembuhan pasien. (kanan)

Pendampingan yang intens dan penuh cinta kasih, tidak hanya dilakukan kepada para peserta baksos anak-anak saja. Para peserta baksos mata yang mayoritas orang dewasa dan manula, juga mendapatkan perhatian khusus dari para relawan Tzu Chi. Bahkan para keluarga pasien diajak untuk turut serta menghias celengan bambu.

“Kali ini, kami mengajak keluarga pasien untuk turut serta dalam kegiatan baksos. Daripada keluarga menunggu dengan cemas, lebih baik kami mengajak mereka menghias celengan bambu yang nantinya akan diberikan kepada mereka,” tutur Se Ing, salah satu relawan Tzu Chi. Sebelumnya, para relawan Tzu Chi  memperkenalkan Tzu Chi melalui tayangan video sejarah Tzu Chi, maupun beberapa tayangan program DAAI TV Indonesa. “Tidak hanya mengenal Tzu Chi, kami berharap mereka juga nantinya bisa turut serta berbuat kebajikan dan menjadi donatur Tzu Chi melalui celengan bambu,” harap Se Ing.

foto foto

Ket : - Dengan penuh cinta kasih, para relawan Tzu Chi mendampingi para dokter gigi dalam pemeriksaan gigi
anak-anak. Dengan senyum dan hiburan, maka anak-anak dapat lebih tenang berobat. (kiri)
- Para keluarga pasien baksos pun tidak luput mendapatkan perhatian dari insan Tzu Chi. Setelah
pengenalan Tzu Chi, mereka diajak untuk belajar menghias celengan bambu, yang nantinya akan mereka
bawa pulang. (kanan)

Kegiatan baksos yang dilaksanakan tepat pukul 09.00 ini merupakan bagian dari kegiatan Pencanangan Pembangunan Aula Jing Si. “Konsep dasar kegiatan baksos kali ini adalah cinta kasih,” ucap dr Yoke Yulian. Selain menangani lebih kurang 311 pasien gigi, 44 katarak, dan dua pasien pterygium, baksos kali ini juga ingin memperkenalkan lebih dalam tentang Tzu Chi kepada para peserta dan keluarga baksos.

Dr Deasy Thio selaku koordinator acara juga menambahkan, “Mereka tidak hanya tau siapa yang memberikan operasi mereka, tapi juga akan mengenal Tzu Chi lebih dalam. Intinya mereka bisa turut serta terlibat dalam kegiatan baksos Tzu Chi itu sendiri.”

 

Artikel Terkait

Bersatu Hati Belajar Mengukir Sejarah Tzu Chi

Bersatu Hati Belajar Mengukir Sejarah Tzu Chi

11 April 2019

Pada Rabu, 3 April 2019, sebanyak 23 relawan mengikuti kelas belajar menulis artikel dan skrip di Kantor Tzu Chi Medan. Kegiatan ini mengajak para relawan untuk menjadi relawan pencatat sejarah Tzu Chi.

Opa-Oma yang Keren, yang Kini Jadi Relawan Tzu Chi

Opa-Oma yang Keren, yang Kini Jadi Relawan Tzu Chi

26 Februari 2020

Kita yang lebih muda jangan mau kalah dengan opa-oma yang punya aktivitas super positif di Depo Pendidikan dan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi PIK, Jakarta Utara. Setelah hampir setahun bersumbangsih di depo, para oma dan opa ini akhirnya dilantik menjadi relawan Tzu Chi.

Perjuangan Melawan Kanker Kulit

Perjuangan Melawan Kanker Kulit

15 Mei 2019

Nurlela, gadis berusia 24 tahun yang mengalami penyakit langka yang disebut dengan Malignant Neuroleptic Syndrome atau sering disebut dengan kanker kulit yang tumbuh di wajahnya. Ini membuatnya menjadi kurang percaya diri untuk bergabung dengan teman-teman yang lainnya.

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -