PAT 2018: Wu Liang Yi Jing, Peta Jalan Relawan Tzu Chi

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Ami Haryatmi, Beti Nurbaeti (He Qi Barat 2), Fotografer : Arimami SA, Mery Hasan, Wanda (He Qi Barat 2)


Isyarat tangan Sutra Wu Liang Yi Jing kembali ditampilkan pada Pemberkahan Akhir Tahun 2018 untuk sesi umum hari ini, Minggu 20 Januari 2019 di Aula Jing Si Tzu Chi Indonesia.

Isyarat Tangan Wu Liang Yi Jing yang menjadi tema utama Pemberkahan Akhir Tahun sesi relawan pekan lalu, kembali ditampilkan di Pemberkahan Akhir Tahun sesi umum hari ini, Minggu, 20 Januari 2019. Isyarat tangan Wu Liang Yi Jing kali ini menjadi sambungan penggalan video Dokumenter 25 Tahun perjalanan Tzu Indonesia yang berjudul The Answer to Meaningful Life dan ditampilkan setelah video bagian Hope.

Pada Pemberkahan Akhir Tahun yang ditujukan bagi masyarakat umum ini, Tzu Chi Indonesia memang mengangkat tentang 25 Tahun Tzu Chi Indonesia. Karena itu Isyarat tangan Wu Liang Yi Jing yang berdurasi 45 menit, kali ini diringkas menjadi 15 menit. Tentu tanpa mengurangi maknanya dan tetap menyampaikan pesan bahwa Sutra Wu Liang Yi Jing merupakan pedoman praktik bagi relawan Tzu Chi di dalam menjalankan kegiatannya.

“Relawan mendalami pelatihan dalam rangka 25 tahun Tzu Chi, jadi Isyarat Tangan Wu Liang Yi Jing tidak boleh tidak ada. Tapi juga tidak mungkin ditampilkan semua. Makanya akhirnya kita angkat beberapa bagian saja,” jelas Elvy Kurniawan, salah satu penanggung jawab penampilan isyarat tangan Wu Liang Yi Jing.


Relawan Tzu Chi, Li Chi Ying memukul Genderang Berkah sebelum dimulainya Isyarat tangan Sutra Wu Liang Yi Jing.


Para relawan Tzu Chi dengan penuh penghayatan menampilkan isyarat tangan dan melafalkan Sutra Wu Liang Yi Jing.

Karena tak mungkin ditampilkan semua, maka diambillah beberapa bagian saja, seperti video pembukaan, lalu untuk isyarat tangannya sendiri mengambil sepenggal dari Bab I, sepenggal dari Bab II, dan terakhir penutupan. Yang tampil juga hanya yang di atas panggung saja. Di bagian bawah, semuanya adalah para peserta yang hadir.

Genggam Kesempatan Bersumbangsih Bersama Tzu Chi

Sutra Wu Liang Yi Jing sangat dekat dengan kehidupan relawan Tzu Chi, karena Tzu Chi menjalankan misi-misinya berdasarkan Sutra ini. Karena itu beberapa relawan pun maju ke atas panggung membagikan sekelumit kisah mereka yang bersumbangsih melalui Tzu Chi. Di antaranya Sarpen dan Sriyani asal Pademangan Jakarta Utara, yang dulu merupakan penerima bantuan Tzu Chi dalam bentuk bedah rumah, lalu akhirnya menjadi relawan Tzu Chi.

“Sehari-hari saya jualan nasi uduk dan kuli nyuci untuk membiayai hidup saya dan tiga anak saya setelah suami saya meninggal delapan tahun yang lalu. Saya kenal Yayasan Tzu Chi 10 tahun yang lalu sejak ada bedah rumah. Rumah saya dibedah Tzu Chi. Dulu sebelum dibedah, rumah saya pendek dan kalau hujan pasti banjir, dan kalau mau masuk rumah pun harus menunduk. Tapi semenjak dibedah Tzu Chi, rumah saya bagus, adem, nyaman, dan tidak banjir lagi,” cerita Sriyani.


Sriyani dan Sarpen yang November 2018 lalu dilantik menjadi relawan Komite Tzu Chi berbagi kisahnya. 

Semenjak kenal Tzu Chi, kehidupan Sriyani pun membaik, anak-anak Sri punya masa depan. “Anak saya jadi perawat di RSCK, dan saya sendiri makin banyak pengalaman hidup. Dulu saya nggak tahu mana-mana, sekarang tahu. Saya gan en pada Master Cheng Yen, karena ada Master maka ada Tzu Chi, karena ada Tzu Chi maka ada saya hari ini,” tambah relawan He Qi Pusat ini.  

Relawan lainnya yang membagikan kisah hidupnya adalah pasangan suami-istri Surya Kheng (37) dan Suriyanti Bakri (35) atau yang biasa dipanggil Suri. Pada tahun 2014 hingga 2016, Suri berobat di Rumah sakit Tzu Chi Hualien, Taiwan karena mengidap Idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP) yakni kelainan autoimune yang membuat badannya lunglai. Total ada tiga kali operasi yang dijalani Suri, operasi pertama yakni lutut kanan dan pinggul kanan, Operasi kedua di lutut kiri dan pinggul kiri. Operasi ketiga adalah sendi bahu sebelah kiri.


Surya Kheng (37) dan Suriyanti Bakri (35) berkisah tentang cobaan hidup yang telah mereka lalui. Sakit tak membuat Suriyanti patah arang.

Meski sakit, Suri kala itu tetap menggenggam kesempatan untuk menghibur pasien lain. Dengan segala perjuangannya bersama sang suami dan orang-orang yang mendukungnya termasuk para relawan Tzu Chi, Suri kini telah sembuh total. Ia pun kembali aktif berkegiatan di Tzu Chi.  

“Kami sangat bersyukur, berkat Tzu Chi, berkat rumah sakit Tzu Chi, berkat keluarga besar Tzu Chi yang senantiasa memberikan perhatian, dukungan, motivasi, sehingga kami bisa semangat terus,” kata sang suami, Surya Kheng.

Hati Pun Tergetar Saat Menampilkan Shou Yu Wu Liang Yi Jing

Inggriani Widargo yang akrab dipanggil Inge (66) merupakan relawan Komite Tzu Chi dari He Qi Barat 2 yang kembali tampil memperagakan isyarat tangan Wu Liang Yi Jing. “Saya telah lama tertarik mempelajari Shou Yu (isyarat tangan), bahkan Shou Yu bagi saya adalah gerbang yang membuka hati saya untuk berjodoh dengan Tzu Chi,” kata Inge.

 

Bagi Inge (dua dari kiri), isyarat tangan adalah sarana yang sangat tepat untuk membabarkan Dharma karena lebih mudah diserap mengingat ditampilkan secara audio maupun visual. 

Lebih lanjut, Inge mengatakan, dirinya mengenal Tzu Chi pertama kali ketika melihat penampilan siswa-siswi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang menampilkan Shou Yu pada tahun 2011. Dari situ Inge kemudian bergabung bersama Tzu Chi dan bersumbangsih dalam banyak kegiatan. Di antaranya sebagai pembawa acara bedah buku dan pelatih Shou Yu bagi Insan Tzu Chi di wilayah Kebun Jeruk, Jakarta Barat.

“Tergetar hati saya setiap menampilkan Shou Yu Wu Liang Yi Jing ini. Terutama ketika melihat Lautan Dharma yang ditampilkan oleh ratusan insan Tzu Chi pada Pemberkahan sesi relawan pada tanggal 13 Januari 2019 yang lalu. Sangat luar biasa, pembabaran Dharma lewat gerak dan lagu ini. Saya sangat terharu, bersyukur dan berbahagia terlibat sebagai salah satu penampil dan pelatihnya,” lanjut Inge.  

Bagi Inge, dengan berpedoman pada Sutra Makna Tanpa Batas ini, dirinya dan relawan Tzu Chi lainnya merasa lebih mantap dalam menjalankan Misi Tzu Chi, karena memiliki pedoman luhur yang bisa diteladani.

“Dharma ini selain menjadi pedoman juga menjadi koridor dan panduan bagi setiap langkah kita dalam  mengemban Misi Tzu Chi,” pungkas Inge dengan mata berkaca-kaca.

Larut dalam Haru


Ibu Purwasih (jilbab hitam) dan Ibu Juwartini (jilbab coklat) menjadi peserta Pemberkahan Akhir Tahun sesi umum kali ini.

Ibu Purwasih dan Ibu Juwartini merupakan guru Sekolah Dasar Widuri Jaya di wilayah Jakarta Barat. Keduanya baru pertama kali mengikuti acara Pemberkahan Akhir Tahun yang selalu digelar oleh Tzu Chi Indonesia. Ibu Purwasih yang merupakan guru tari sangat tertarik dengan kegiatan Tzu chi sedari dulu.

“Saya pernah ikut acara bakti sosial di daerah Angke, setelah dari acara baksos itu saya jadi semakin tertarik dengan Tzu Chi. Bagi saya walaupun saya dan teman saya berkerudung, kami sangat tergerak hati dengan apa yang Master Cheng Yen berikan. Cinta kasih Master sangat universal jadi bisa untuk siapa saja tanpa memandang suku agama ras dan golongan,” kata Ibu Purwasih.

Kedua guru ini berpendapat sama bahwa ada perasaan haru setelah mengikuti acara ini. Mereka berharap makin banyak orang yang dapat mendengarkan dharma Master sehingga cinta kasih di dunia semakin tumbuh dan berkembang. “Koin cinta kasih Master ini akan saya simpan dengan baik. Bagi saya merupakan suatu keberkahan bisa menghadiri acara ini” kata Ibu Purwasih usai mendapatkan angpau berkah Master Cheng Yen.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

PAT 2018: Memberikan yang Terbaik

PAT 2018: Memberikan yang Terbaik

20 Januari 2019

Usai mengikuti Pemberkahan Akhir Tahun,  para tamu undangan disuguhkan makan siang. Menu yang disajikan adalah Ifumie Vegetarian. Untuk membuat Ifumie sebanyak 2.300 porsi, relawan Tzu Chi dari seminggu lalu sudah mempersiapkannya.

PAT 2018: Wu Liang Yi Jing, Peta Jalan Relawan Tzu Chi

PAT 2018: Wu Liang Yi Jing, Peta Jalan Relawan Tzu Chi

20 Januari 2019

Isyarat Tangan Wu Liang Yi Jing (Sutra Makna Tanpa Batas) yang menjadi tema utama Pemberkahan Akhir Tahun 2018 sesi relawan pekan lalu, kembali ditampilkan di Pemberkahan Akhir Tahun sesi umum hari ini, Minggu, 20 Januari 2019. 

PAT 2018: Rumah Bersama Bagi Kemanusiaan

PAT 2018: Rumah Bersama Bagi Kemanusiaan

20 Januari 2019
Bertemakan Bersyukur, Menghormati, dan Mengasihi Kehidupan. Harmonis Tanpa Pertikaian, Menciptakan Berkah Bersama, kegiatan Pemberkahan Akhir Tahun 2018 (sesi pertama) dihadiri oleh 1.800 orang peserta. Kegiatan ini diadakan pada Minggu, 20 Januari 2019 di Aula Jing Si Lt. 4, PIK, Jakarta Utara.
Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -