Pemberian bantuan banjir Manado: Persembahan yang Indah untuk Tzu Chi

Jurnalis : Supriadi Marthaen (Tzu Chi Palembang) , Fotografer : Heri Wibowo Shixiong (Tzu Chi Palembang)


Kain merah bertuliskan pesan cinta kasih dari warga menunjukkan betapa besarnya arti bantuan yang diberikan oleh Tzu Chi untuk mereka.
Tak pernah terpikir di benak saya bagaimana relawan bekerja dari pagi hingga sore hari hanya untuk menghibur warga di Manado. Apa yang mereka rasakan? Apakah mereka tidak merasa lelah? Apakah mereka tidak merasa panas di suhu yang berkisar 27-29°C tersebut? Dan pertanyaan tersebut terjawab. Saat saya bertanya, mereka dengan tenang menjawab bahwa rasa lelah memang datang, namun rasa senang lebih banyak datang sehingga lelahnya tertutupi oleh senang. Senang karena bisa menghibur mereka dikala susah, senang karena bisa membantu mereka. “Itu kan tujuan kita datang. Untuk membantu meringankan beban mereka,” ucap relawan dengan ringan.

Hal-hal kecil yang dilakukan dengan penuh ketulusan tersebutlah yang sekiranya menyentuh hati para warga Manado. Ketulusan yang tercipta saat mereka bersama-sama menyanyikan lagu “Satu Keluarga” dan isyarat tangannya. Ketulusan yang juga tercipta saat lagu “Cinta dan Damai” menggema di lingkungan mereka. Bahkan saat senyum merebak di wajah relawan dan warga, saya juga melihat ketulusan dan cinta kasih ada di sana, di wajah mereka. Bukan hal yang mudah bagi relawan untuk menghibur mereka setelah bencana yang tak terduga datang. Namun berbekal kasih yang amat besar, warga seakan menunjukkan kepada Tzu Chi bahwa mereka kuat, mereka bisa menjalani hidup, dan yang paling penting adalah semangat mereka tidak akan hanyut terbawa banjir.

 

Tiga Hari Penuh Kenangan

Di setiap wilayah di Manado, relawan selalu mempunyai kenangan manis dengan para warga. Di PAAL IV ada Ibu Shintia yang setiap hari selalu menjamu relawan dengan pisang Goroho dan juga Ubi goreng. Begitu juga di Tikala Baru, Ibu Terry Watuna setiap harinya membawakan camilan bagi relawan. Ada kue-kue Natal, kue Imlek, jagung rebus dan juga bubur Manado. Mereka bahkan tidak mempunyai tempat tinggal yang utuh dan penghasilan. Namun hati mereka tersentuh dengan kesungguhan relawan yang ingin membuat kota mereka kembali bangkit. Sehingga makanan itu tidak ada artinya dibanding dengan semangat yang ingin ditularkan relawan untuk mereka.

Keterangan :

  • Senyum hangat terukir di wajah relawan dan juga warga setelah melakukan kerja bakti (kiri).
  • Ungkapan terima kasih yang tulus ditujukan oleh warga untuk Tzu Chi dengan menggunakan isyarat tangan (kanan).

Bagi warga, tiga hari bersama para relawan Tzu Chi adalah hari-hari yang menggembirakan dan ingin rasanya kebersamaan ini bisa berlangsung lebih dari tiga hari. Banyak warga yang meminta relawan untuk tetap tinggal dengan mereka karena rasa kekeluargaan yang tercipta dalam tiga hari tersebut amatlah besar dirasakan warga. “Warga sangat sayang dengan relawan,” ujar Rudi Suryana. Bahkan warga Tikala Baru sempat meminjamkan orgen tunggal milik salah satu gereja untuk digunakan relawan berlatih lagu “Senyuman Terindah” yang akan dipersembahkan bagi warga.

Ungkapan rasa sayang tidak hanya ditunjukkan oleh Tzu Chi pada warga, namun warga juga menunjukkan rasa sayangnya bagi Tzu Chi yang tertuang dalam sebuah lagu yang diciptakan oleh keluarga Jerry MM Samsudin yang juga menerima bantuan donasi solidaritas dari Tzu Chi. Jerry menciptakan lagu ini dilatarbelakangi oleh kejadian ketika ia melihat tetangga (kakak beradik) bertengkar hingga babak belur. Jerry mencoba menengahi dan mendamaikan mereka seperti relawan yang menghibur para korban bencana. Jerry berujar kepada mereka, “Contohlah relawan Tzu Chi. Jangan lihat wajahnya, tetapi lihatlah hati mereka yang tulus membantu kita.” Mendengar itu, kakak beradik itu pun akhirnya berdamai dan besoknya kembali bekerja dengan rukun.

 

Ini bukan mimpi

Tapi memang so terjadi (tapi memang sudah terjadi)

Manado yang kita cinta

Manado yang kita sayang

So porak poranda (sudah porak poranda)

Hari ini jadi

Bukti ba torang samua (bukti untuk kita semua)

Yayasan Tzu Chi so datang (Yayasan Tzu Chi telah datang)

Baku bantu pe torang (untuk membantu kita semua)

Di Tikala Baru

Rasa-rasa torang mo manangis (rasanya ingin sekali menangis)

Dorang mo kase tinggal pe torang (mereka akan pergi meninggalkan kita semua)

Torang harus bersyukur (kita harus bersyukur)

Torang berterima kasih (kita berterimakasih)

Buat Yayasan Tzu Chi

Keterangan :

  • Selain menghargai berkah yang ada, warga juga menciptakan berkah kembali dengan ikut serta menjadi donatur Tzu Chi melalui celengan bambu (kiri).
  • Pada kesempatan yang sama, Tzu Chi juga membagikan 720 set kompor kepada warga PAAL IV (kanan).

Selain lagu yang khusus diciptakan bagi Tzu Chi. Para warga juga memberikan sebuah kain merah yang bertuliskan ucapan terimakasih dan juga dibubuhi tanda tangan para warga Tikala Baru. Di Kain tersebut bertuliskan; “Atas Perkenaan Tuhan, masyarakat Tikala Baru kembali bangkit dengan semangat gotong royong bersama Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Kami ucapkan terima kasih.”

Mendengar lagu dan juga membaca tulisan di kain, hampir semua relawan merasa trenyuh. Sedikit bantuan yang diberikan Tzu Chi ternyata bernilai luar biasa besarnya bagi warga. Tiga hari kebersamaan mereka ternyata menyisakan kenangan yang manisnya tiada tara. Tidak hanya itu, para warga juga dengan tulus ikut menjadi donatur Tzu Chi melalui celengan bambu yang apabila dihitung jumlahnya mencapai Rp. 3.788.000,- dari Lingkungan Tikala Baru. Hal inilah yang disebut dengan menghargai berkah dan menciptakan berkah kembali.

Bukan hanya warga yang mendapatkan bantuan yang bisa disebut mempunyai berkah dan menghargainya. Para relawan yang berkesempatan menginjakkan kaki di Manado juga mempunyai berkah dan jalinan jodoh. “Seperti yang Master Cheng Yen katakan bahwa jika kita memiliki niat baik tapi tak dilaksanakan, sama saja dengan menyia-nyiakan jalinan jodoh yang baik,” ujar Nining Tanuria, relawan Tzu Chi Biak yang berkesempatan mengikuti kegiatan pemberian bantuan bagi Manado. Di tempat yang berbeda, di PAAL IV, hari itu juga berlangsung pembagian kompor 720 set kompor bagi para warga.


Artikel Terkait

Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -