Pemberkahan Akhir Tahun: Menguatkan Tekad di Hati

Jurnalis : Leo Samuel Salim / 林惟乔 (Tzu chi Bali), Fotografer : Maggie Hsieh (Tzu Chi Bali)

Kesederhanaan namun penuh makna, itulah yang terlihat dari pelaksanaan acara Pemberkahan Akhir Tahun 2015 Tzu Chi Bali.

Pada tanggal 17 januari 2016, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Kantor Penghubung Bali mengadakan acara Pemberkahan Akhir Tahun yang bertempat di Kantor Tzu Chi Bali. Acara yang dimulai pada pukul 14.00 WITA ini dihadiri oleh 85 orang relawan dan donatur yang hadir bersama anggota keluarganya. Kesederhanaan namun bermakna, itulah kesan yang didapat dari setiap orang yang datang.

Keterbatasan jumlah relawan tidak menjadi hambatan untuk melaksanakan acara tersebut. Masing-masing relawan mengemban tanggung jawabnya dengan penuh syukur dengan tujuan agar setiap orang yang hadir dapat bersama-sama menguatkan tekadnya dalam bersumbangsih di Tzu Chi. Video kilas balik juga ditayangkan sehingga para peserta mengetahui apa yang telah disumbangsihkan Tzu Chi di Indonesia Tak sedikit orang yang kagum akan kinerja Tzu Chi karena segala sesuatunya dilakukan dengan sepenuh hati tanpa memandang suku, agama, ras, maupun golongan.

Dalam acara ini, diadakan sesi sharing dari Septi Wulandari. Septi adalah seorang ibu dari 3 orang anak.  Ia mulai mengenal Tzu Chi sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya Septi dalam kondisi koma karena pendarahan hebat setelah melahirkan anak ketiganya. Sang suami, Edi Chandra, terus berjuang dan berusaha keras mencari cara agar istrinya dapat sembuh. Edi yang pada saat itu dengan sabar menjelaskan satu per satu awal mulanya bagaimana sampai istrinya bisa koma di rumah sakit membuat relawan mengerti dengan baik duduk permasalahannya.

Relawan yang pada saat itu juga tidak berani berharap banyak hanya dapat menguatkan hati Edi dan berdoa karena dokter mengatakan kemungkinan Septi bisa sembuh hanya 10 persen saja. Namun hal tersebut tidak mengurungkan niat relawan untuk memberi perhatian. Dukungan dari keluarga dan harapan yang terus dipupuk telah membuat proses kesembuhan Septi sangat cepat dan dapat kembali menjalankan aktivitasnya dengan baik.

Septi Wulandari bercerita kembali awal mulanya dirinya bertemu dan memperoleh perhatian dari insan Tzu Chi.

Pada saat acara berlangsung, Edi berhalangan hadir karena harus menjalankan tugasnya sebagai pengemudi mobil pariwisata. Septi juga sangat beruntung karena pada saat dirinya masih di tahap penyembuhan, kedua anaknya yang lain bersedia membantunya untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Meski sibuk membantu pekerjaan rumah, hal tersebut tidak membuat prestasi anak-anaknya menurun, bahkan mereka justru meraih juara kelas. Pendampingan pascaoperasi terus dilakukan relawan sampai dokter mengatakan Septi sudah sembuh total.

Salah satu sesi acara adalah kesempatan untuk mendengarkan pesan cinta kasih dari Master Cheng Yen. Dalam ceramahnya, beliau sangat berterima kasih atas sumbangsih dari semua orang selama 50 tahun ini. Tzu Chi dapat bertumbuh besar sampai detik ini, juga tidak luput dari perjuangan para relawan di masa-masa awal lahirnya Tzu Chi. Selangkah demi selangkah yang dijalani membuat Tzu Chi dapat tumbuh kembang sampai hari ini. Master Cheng Yen juga sangat bersyukur karena dapat berjodoh dengan dengan begitu banyak orang yang mendukung dan menemani beliau.

Master Cheng Yen juga mengungkapkan bahwa Sutra adalah jalan. Jalan yang dimaksud adalah jalannya seorang Bodhisatwa sebagai makhluk yang tersadarkan. Saat Tzu Chi didirikan, niat dan langkah pertama adalah membentangkan jalan yang penuh cinta kasih. Master Cheng Yen bercerita di saat beliau masih berusia muda  tebersit sebuah harapan yaitu dapat mengasihi orang lain dan berharap orang-orang dapat mengasihi beliau. Master Cheng Yen mengharapkan kita sendiri dapat bersumbangsih terlebih dahulu dengan hati yang tulus dan penuh kasih sayang kepada semua orang sehingga nantinya secara alami orang-orang akan mengasihi kita.

Bodhisatwa kecil juga tidakmau ketinggalan untuk menuangkan celengan bambunya.

Dalam Pemberkahan akhir tahun ini, relawan Tzu Chi Bali mengajak anak-anak mereka untuk terus bersumbangsih melalui celengan bambu. Di sesi terakhir banyak sekali Bodhisatwa Cilik yang menuangkan celengannya. Mereka sadar bahwa uang yang mereka sumbangkan adalah untuk kebajikan yang dapat menolong orang yang membutuhkan. Niat dan tekad tulus yang bajik ini hendaknya dapat terus dipertahankan dan dikembangkan.


Artikel Terkait

Pemberkahan Akhir Tahun: Menguatkan Tekad di Hati

Pemberkahan Akhir Tahun: Menguatkan Tekad di Hati

22 Januari 2016
Sederhana namun bermakna. Inilah kesan dalam Pemberkahan Akhir Tahun yang diadakan Tzu Chi Bali pada 17 Januari 2016. Acara ini diikuti oleh 85 orang relawan dan donatur beserta keluarganya.
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -