Pementasan Sutra Bakti Seorang Anak

Jurnalis : Suwati (Tzu Chi Batam), Fotografer : Jimmy Limando, Ming Wei, Supardi (Tzu Chi Batam)


Adegan penutup dalam pementasan Sutra Bakti Seorang Anak yang membuat orang terharu.

Bertepatan dengan satu tahun berdirinya Aula Jing Si Batam, dalam perayaan Bulan Tujuh Penuh Berkah tahun ini Tzu Chi Batam mementaskan Drama Musikal Sutra Bakti Seorang Anak (SBSA). Acara yang diadakan di hari Minggu, 18 Agustus 2019 ini diselenggarakan sebanyak dua sesi. Sesi Pagi (10.00 s.d. 11.30 WIB) dihadiri oleh 410 penonton, sedangkan sesi siang (14.00 s.d. 15.30 WIB) dihadiri oleh 530 penonton.

Acara dimulai dengan doa bersama dan menyaksikan Ceramah Master Cheng Yen tentang Bulan 7 Penuh Berkah. Dalam ceramahnya, Master Cheng Yen menasihati para muridnya untuk memiliki pandangan yang benar terhadap bulan 7 (penanggalan\kalender Imlek). Master Cheng Yen juga mengingatkan agar memaknai bulan ini dengan berbakti kepada orang tua dan melepaskan belenggu mahkluk yang menderita. Jika orang tua kita sudah tiada, kita juga bisa menghimpun berkah bagi mereka dengan berbuat kebajikan lewat tubuh yang mereka berikan.


Pementasan Sutra Bakti Seorang Anak ini bertujuan mengingatkan kembali pentingnya berbakti kepada orang tua.


Ada 246 orang penyelam Dharma (pemain) yang mementaskan Sutra Bakti Seorang Anak ini di Batam.

Sutra Bakti Seorang Anak merupakan sutra klasik Sang Buddha yang memaparkan kemuliaan pengorbanan orang tua. Oleh sebab itu, panitia giat melakukan berbagai sosialisasi dan bedah buku agar pemeran dapat menyelami sutra tersebut. Hal ini selaras dengan pesan Master Cheng Yen, para pemeran Sutra tidak hanya mementaskan, tapi lu jing chang atau menyelami isi Sutra.

“Persiapan untuk acara SBSA ini lebih kurang selama 6 bulan. Mulai dari mencari orang untuk peran drama SBSA, kemudian mencari cara supaya para pemeran juga mengerti apa yang mereka perankan. Lalu, muncullah ide mengadakan kegiatan bedah buku. Bedah buku diadakan untuk menjelaskan lebih dalam tentang bab-bab yang ada didalam Sutra, agar para pemeran drama lebih mengerti dan memahami,” kata Santoso, Koordinator Kegiatan.

Setelah setengah tahun latihan, para penyelam Dharma (pemain) yang berjumlah 246 orang akhirnya siap untuk membawakan sutra tersebut ke hadapan para penonton. Kesungguhan para penyelam Dharma tersebut mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari para penonton. Tidak sedikit penonton yang meneteskan air mata haru. Salah satunya penonton tersebut ialah Dina yang sampai akhir acara pun wajah masih dibasahi oleh air mata.


Lima orang Suster yang berasal dari Biarawati Franciscanes St. Elizabeth Batam ikut menyaksikan pementasan ini. Suster Gisela (kedua dari kiri) saat doa bersama sebelum kegiatan dimulai.


Kegiatan perayaan Bulan 7 Penuh Berkah Tzu Chi Batam ini dihadiri oleh 940 penonton (sesi siang dan malam).

“Acara hari ini sangat sukses, saya sangat mendalami sebagai seorang Ibu. Acara ini menginspirasikan anak muda sekarang untuk berbakti kepada orang tua, sangat menyentuh sekali. Sebagai seorang ibu dan juga anak, saya akan lebih giat lagi untuk berbakti kepada orang tua saya,” kata Dina, salah penonton.

Selain dihadiri oleh masyarakat umum, perayaan Bulan 7 Penuh Berkah ini juga dihadiri oleh beberapa pemuka agama. Di antara mereka, ada 5 orang Suster yang berasal dari Biarawati Franciscanes St. Elizabeth Batam. “Di sini tadi ditayangkan bagaimana perjuangan orang tua, terus bagaimana seorang anak yang berbakti kepada orang tua. Jadi sungguh-sungguh masuk ke dalam diri, hati kita jadi tersentuh. Sangat menakjubkan karena ini merupakan pengalaman pertama kali bagi saya pribadi. Sangat luar biasa karena dari awal sampai akhir, kita bisa tersentuh dan sampai terharu melihatnya,” kata Suster Gisela.

Walau pementasan ini hanya berlangsung selama 1 setengah jam, namun bagi para pemain (penyelam Dharma) dan panitia, pementasan ini merupakan kelas kehidupan yang telah berlangsung selama setengah tahun. Berbuat kebajikan memang tidak pernah mudah, terlebih lagi berbakti kepada orang tua. Semoga acara ini bisa kembali mengingatkan kita untuk berbakti kepada orang tua.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Cinta Kasih Orang Tua Sepanjang Masa

Cinta Kasih Orang Tua Sepanjang Masa

27 Mei 2015 “Hampir mengucurkan air mata. Pertunjukannya bagus sekali, ya. Segala agama juga mengajarkan bagaimana membalas jasa orang tua dan memberi kasih sayang kepada orang tua."
Cinta Besar Bermula dari Cinta Kecil

Cinta Besar Bermula dari Cinta Kecil

27 Mei 2015
Interaksi manusia satu dengan yang lainnya semakin menjauh meski perkembangan teknologi semakin pesat. Bahkan, ketegangan sering terjadi antara orang tua dengan anaknya. Sikap anak-anak jua semakin tidak peduli terhadap orang tua mereka sendiri.
Mengarungi Samudera Dharma

Mengarungi Samudera Dharma

05 Juni 2015
Seribu lima ratus tahun setelah Buddha Parinibbana, Mahabhiksu Jian Zhen dari Tiongkok diundang untuk membabarkan Dharma di Jepang. Perjalanannya dari Tiongkok ke Jepang tak mudah dan penuh dengan rintangan. Namun itu tidak menyurutkan tekad Mahabiksu Jian Zhen bersama murid-muridnya. Perjalanan ini juga membuat Mahabiksu Jian Zhen kehilangan penglihatannya.
Dengan keyakinan yang benar, perjalanan hidup seseorang tidak akan menyimpang.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -