Peresmian Jembatan Simpay Asih Sungai Cilaki

Jurnalis : M. Galvan (Tzu Chi Bandung), Fotografer : M. Galvan, Rangga Setiadi (Tzu Chi Bandung)

Ketua Tzu Chi Bandung Herman Widjaja, menandatangani prasasti Jembatan Simpay Asih Sungai Cilaki pada 18 Desember 2015. Jjembatan ini menghubungkan Desa Cisewu dan Desa Neglasari.

Dalam kurun waktu kurang dari satu bulan sejak peletakan batu pertama pada 7 April 2015, proses pembangunan Jembatan gantung Sungai Cilaki telah rampung. Jembatan dengan panjang 42 meter dan lebar 1,5 meter ini sudah bisa dilalui oleh warga dari dua desa sekaligus menghubungkan dua kabupaten: Garut dan Cianjur.

Peresmian jembatan yang dilakukan pada 18 Desember 2015, diadakan di Lapang, Kampung Haminten RT 01 / RW 08, Desa Panyirapan, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung. Pada kesempatan tersebut, KODAM III/Siliwangi bekerja sama dengan para pengusaha tionghoa Bandung juga mengadakan peletakan batu pertama program Satu Juta Jamban untuk warga Bandung.

Dalam sambutannya, Inspektorat Kodam III/Siliwangi Kolonel Inf. Mulyo Aji mengungkapkan syukur dan terima kasih karena program peningkatan kesejahteraan masyarakat tersebut mendapat dukungan dari warga dan Tzu Chi. “Semoga ke depannya Tzu Chi bersama TNI bisa semakin maju dan kuat dalam meningkatkan kesejateraan masyarakat Indonesia,” harapnya.

Terlihat seorang warga melintasi jembatan gantung yang menghubungkan dua desa yaitu Desa Cisewu dan Desa Neglasari Kab. Cianjur. Setiap harinya warga yang melintasi jembatan ini harus ekstra hari-hati karena kondisi jembatan yang membahayakan.

Kondisi jembatan Simpay Asih Sungai Cilaki pascapembangunan. Seluruh warga berharap kokohnya jembatan dapat membuat hubungan antar desa semakin terbuka dan meningkatkan keamanan mereka saat melintasi jembatan.

Jembatan yang menghubungkan dua kabupaten ini diresmikan dengan nama Jembatan Simpay Asih Sungai Cilaki. Dalam bahasa Sunda, simpay asih berarti cinta kasih. Nama tersebut diberikan dengan tujuan sebagai pengingat bahwa cinta kasih merupakan landasan berdirinya jembatan.

Ketua Tzu Chi Bandung Herman Widjaja berharap dengan keberadaan jembatan yang nyaman dilintasi warga maka hubungan antardesa semakin terbuka dan meningkatkan keamanan mereka saat melintasi jembatan.

Kenangan Warga Akan Jembatan Cilaki

Jembatan gantung Sungai Cilaki menghubungkan dua desa di dua kabupaten: Desa Cisewu di Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut dan Desa Neglasari di Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur. Jembatan Cilaki, begitu warga sekitar menamainya, mempunyai peranan penting bagi kehidupan masyarakat antarkabupaten ini.

Menurut cerita salah satu warga, pada tahun 1970 lalu masyarakat setempat berinisiatif membangun sebuah jembatan sebagai akses penghubung. Sedangkan bahan yang digunakan masih terbuat dari bambu karena pada masanya jembatan ini hanya diperuntukkan bagi manusia.

Selanjutnya, pada tahun 1980, warga merenovasi jembatan dan mulai mengganti bahan material pembangunan serta melakukan pelebaran jembatan yang awalnya hanya sekitar 30 sentimeter menjadi satu meter. Sejak saat itu, kendaraan seperti sepeda, gerobak, dan lainnya bisa melintasi Sungai Cilaki. “Warga yang bawa ternak juga bisa menyeberang lewat jembatan,” tambah warga.

Seiring berjalannya waktu, kondisi jembatan gantung tersebut mulai menua. Beben Sopandi, tokoh masyarakat Desa Cisewu mengatakan kondisi Jembatan Sungai Cilaki sudah cukup membahayakan bagi warga yang melintas. “Kalau hujan papan jembatannya licin, warga aja nggak ada yang berani lewat. Soalnya kalau hujan itu aliran sungai jadi sangat deras. Air sungainya juga jadi naik,” katanya.

Relawan Tzu Chi, anggota TNI, dan warga saling bahu membahu mengangkat tiang jembatan dalam proses pembangunan. Kebersamaan ini timbul karena adanya rasa kekeluargaan satu sama lain untuk saling tolong menolong.

Harun Lam (seragam biru) menjelaskan progres pembangunan Jembatan Simpay Asih Sungai Cilaki kepada Inspektorat Kodam III/Siliwangi Kolonel Inf. Mulyo Aji saat acara peninjauan di barak dokumentasi.

Uud (31), seorang tukang ojek di sana mengakui hal tersebut. Ia sudah paham betul dengan medan yang dilaluinya. Bukannya tidak khawatir akan kondisi jembatan, namun pekerjaannya menuntutnya demikian. “Kalau jalan muter, jauh sekali,” ucapnya.

Pernah satu senja, saat kondisi jalan sudah gelap, Uud membawa penumpang melintasi jembatan. Dengan kondisi penerangan yang sama sekali tidak tersedia di sepanjang jembatan, ia sadar  betul telah membahayakan diri serta penumpangnya. “Di tengah jembatan, ban motornya selip. Akhirnya penumpang saya bantuin nyalain senter dari handphone buat kasih penerangan,” kisah Uud. Sejak saat itu, ia selalu berpikir ulang untuk melintasi jembatan ketika malam.

Dengan adanya pembangunan jembatan ini, ia merasa tak khawatir lagi. Lebar jembatan yang sempit serta licin ketika hujan datang tinggal kenangan. “Mudah-mudahan dengan adanya jembatan ini  kebutuhan warga dapat semakin terpenuhi dengan baik,” harapnya. Ia mewakili teman seprofesinya juga mengungkapkan ucapan syukur dan terima kasih karena Tzu Chi dan pemerintah mendukung kesejahteraan dari masyarakat kecil. “Kalau jalan dan jembatannya bagus kan waktu jarak tempuh bisa lebih cepat,” kata Uud sumringah.


Artikel Terkait

Peresmian Jembatan Simpay Asih Sungai Cilaki

Peresmian Jembatan Simpay Asih Sungai Cilaki

23 Desember 2015

Dalam kurun waktu kurang dari satu bulan sejak peletakan batu pertama pada 7 April 2015, proses pembangunan Jembatan Gantung Sungai Cilaki telah rampung dan diresmikan pada 18 Desember 2015, di Lapang, Kampung Haminten RT 01 / RW 08, Desa Panyirapan, Kec. Soreang, Kab. Bandung.

Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -